Pendekar Hina Kelana - Bab XIV Berbicara Tentang Arak
<< Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>
Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana
oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Smiling Proud Wanderer Jilid 2
Bab XIV Berbicara Tentang Arak
Bagian Pertama
Hari itu mereka tiba di Kaifeng, suami istri Yue Buqun dan para murid berbincang-bincang tentang tokoh-tokoh dunia persilatan di Prefektur Kaifeng. Yue Buqun berkata, "Walaupun Kaifeng kota yang makmur, tapi dunia persilatannya kurang berkembang, orang-orang seperti Ketua Biro Pengawalan si tua Hua, guru ilmu pukulan Hai, Tiga Pahlawan Yu[1], ilmu silat dan reputasi mereka tidak luar biasa. Lebih baik kita melihat-lihat tempat bersejarah saja di Kaifeng, tak usah mengunjungi kawan-kawan, supaya tak membuat orang kaget".
Nyonya Yue tersenyum dan berkata, "Di Prefektur Kaifeng ada seorang tokoh yang sangat terkenal, masa kakak lupa?" Yue Buqun berkata, "Sangat terkenal? Maksudmu......maksudmu siapa?" Nyonya Yue berkata, " 'Sembuhkan seorang, bunuh seorang. Bunuh seorang, sembuhkan seorang. Bunuh orang sama banyaknya dengan orang yang disembuhkan, tidak untung tidak rugi'. Siapa itu?" Yue Buqun tersenyum, "Si 'Tabib Pembunuh' Ping Yizhi [2], dia memang sangat termasyur, tapi orang ini wataknya sangat aneh, kalau kita mengunjunginya, belum tentu dia mau menemui kita". Nyonya Yue berkata, "Benar. Kalau tidak, karena luka dalam Chong er sulit disembuhkan dan kita sudah datang ke Kaifeng, seharusnya kita minta si Tabib Pembunuh itu untuk memeriksanya".
Yue Lingshan bertanya dengan heran, "Ma, kenapa ia disebut si 'Tabib Pembunuh'? Kalau dia membunuh orang, bagaimana ia bisa menjadi tabib terkenal?" Nyonya Yue tersenyum, "Tuan Ping tua ini di dunia persilatan adalah seorang aneh......seorang eksentrik, ilmu pengobatannya sangat tinggi, benar-benar sakti, kata orang bagaimanapun parahnya sakit atau luka seseorang, asalkan ia mau mengobatinya, orang itu pasti sembuh. Namun wataknya memang aneh. Katanya berapa banyak manusia di dunia ini, langit dan yanluowang[3] tentu tahu persis. Kalau ia menyembuhkan banyak orang, orang yang mati akan tambah sedikit, mau tak mau orang hidup jadi terlalu banyak, sedangkan orang mati terlalu sedikit, sehingga yanluowang tak senang. Di kemudian hari setelah ia sendiri mati, walaupun yanluowang sendiri tak perduli, panguan[4] dan setan-setan kecilnya akan membuat susah dirinya, ia takut kelak ia akan tersiksa di akherat". Ketika mendengarnya semua murid tertawa.
Nyonya Yue terus berbicara, "Oleh karena itu ia bersumpah, kalau ia menolong seseorang, maka ia harus membunuh seseorang lain supaya jumlahnya genap, kalau ia membunuh seseorang ia juga harus menolong seseorang lain untuk menggantinya. Kabarnya di kediamannya ia mengantung sebuah papan yang bertuliskan 'Sembuhkan seorang, bunuh seorang. Bunuh seorang, sembuhkan seorang. Bunuh orang sama banyaknya dengan orang yang disembuhkan, tidak untung tidak rugi'. Ia berkata bahwa dengan demikian, Langit tak dapat menyalahkannya karena ia membunuh orang, sedangkan yanluowang juga tak akan murka padanya karena ia membuat dagangan neraka merugi". Para murid tertawa lagi.
Yue Lingshan berkata, "Tabib Ping Yizhi ini sangat lucu. Bagaimana ia bisa mendapatkan nama yang begitu aneh? Apa dia cuma punya satu jari saja?" Nyonya Yue berkata, "Sepertinya ia tak cuma punya satu jari saja. Kakak, apa kau tahu kenapa ia bisa mendapatkan nama seperti itu?"
Yue Buqun berkata, "Tabib Ping ini punya sepuluh jari lengkap, dia hanya menyebut dirinya satu jari, maksudnya begini: menyembuhkan seseorang atau membunuh seseorang hanya dengan satu jari. Kalau ia mau membunuh orang, cukup menyentuh dengan satu jari saja, kalau ia mau mengobati orang, juga cukup dengan menotok jalan darah dengan satu jari". Nyonya Yue berkata, "Ah, begitu rupanya. Tentunya kungfu menotok jalan darahnya sangat lihai". Yue Buqun berkata, "Hal ini tidak jelas, sebenarnya hanya beberapa orang yang pernah bertarung dengan Tabib Ping ini, semua jago dunia persilatan tahu bahwa ilmu pengobatannya sangat cemerlang, manusia yang hidup di dunia ini, tidak ada yang tahu apa ia akan terkena bencana atau tidak, mungkin pada suatu hari kita harus mendatanginya untuk mohon pertolongan, oleh karena itu siapapun juga tak ada yang berani menyinggungnya. Namun kalau tidak terpaksa, mereka juga tak berani sembarangan mohon pertolongannya". Yue Lingshan berkata, "Kenapa?" Yue Buqun berkata, "Kalau orang dunia persilatan mohon dia untuk menyembuhkan penyakit atau luka, ia pasti minta orang itu untuk sebelumnya bersumpah berat, bahwa setelah sembuh dari penyakit atau lukanya, orang itu harus menuruti perintahnya untuk membunuh seseorang yang ditunjuknya, ini namanya satu nyawa dibalas satu nyawa juga. Kalau orang yang ingin dibunuhnya tidak ada sangkut pautnya dengan orang itu, masalah selesai, akan tetapi kalau ternyata orang yang diminta untuk dibunuh adalah sanak saudara atau sahabat orang itu, bahkan ayah, kakak atau anak istri, bukankah ini sangat menyulitkan?" Para murid berkata, "Tabib Ping ini sangat aneh".
Yue Lingshan berkata, "Kakak pertama, kalau begitu, kau tak bisa minta lukamu disembuhkan olehnya".
Sejak tadi Linghu Chong bersandar di samping pintu kabin belakang sambil mendengarkan guru dan ibu guru bercerita tentang si 'Tabib Pembunuh' Ping Yizhi, ketika ia mendengar sang adik kecil berkata demikian, ia tersenyum hambar, lalu berkata, "Benar, jangan-jangan setelah menyembuhkan lukaku, ia akan minta aku membunuh adik kecil!"
Para murid Huashan tertawa.
Yue Lingshan tersenyum, "Aku tak punya permusuhan dengan Tabib Ping ini, kenapa ia ingin kau membunuhku?" Ia berpaling dan bertanya pada ayahnya, "Ayah, sebenarnya Tabib Ping ini orang baik atau jahat?" Yue Buqun berkata, "Kabarnya sikapnya sering berubah-ubah, terkadang lurus dan terkadang sesat, ia tak dapat dikatakan sebagai orang baik, tapi juga tak terhitung orang jahat. Kalau bicara yang baiknya, ia seorang eksentrik, kalau bicara jeleknya, ia seorang jahat".
Yue Lingshan berkata, "Jangan-jangan kabar angin di dunia persilatan ada juga yang dibesar-besarkan. Karena kita sudah sampai di Kaifeng, aku ingin mengunjungi Tabib Ping itu". Yue Buqun dan Nyonya Yue serentak berseru, "Kau sama sekali tak boleh bertindak semberono!" Ketika Yue Lingshan melihat wajah ayah ibunya sangat serius, ia agak terkejut, tanyanya, "Kenapa?" Yue Buqun berkata, "Apa kau cari gara-gara? Kau mau menemui orang semacam itu?" Yue Lingshan berkata, "Kalau cuma mengunjunginya, bagaimana aku bisa cari gara-gara? Aku kan tidak akan minta dia menyembuhkanku, aku takut apa?" Wajah Yue Buqun menjadi masam, "Kita mau berpesiar, bukan cari gara-gara". Melihat ayahnya marah, Yue Lingshan tak berani berbicara lagi, namun hatinya dipenuhi rasa ingin tahu tentang si 'Tabib Pembunuh Ping Yizhi' itu.
Keesokan harinya pagi-pagi, kapal sampai di Kaifeng, namun jaraknya masih agak jauh dari kota Kaifeng sendiri.
Yue Buqun tersenyum, "Tak jauh dari sini ada suatu tempat dimana anggota keluarga Yue kita menjadi termasyur pada zaman dahulu, kita harus mengunjunginya". Yue Lingshan bertepuk tangan sambil tersenyum, lalu berkata, "Aku tahu! Itulah kota Zhuxian, tempat kakek Yue, Yue Pengju mengalahkan Jin Wushu". Semua pesilat sangat memuja Yue Fei, sang jenderal yang melawan Bangsa Jin untuk membela negara. Dahulu, kota Zhuxian adalah tempat Yue Fei mengalahkan pasukan Jin, maka semua orang ingin melihatnya. Yue Lingshan adalah yang pertama melompat ke dermaga seraya berseru, "Ayo kita cepat pergi ke Zhuxian, lalu ke kota Kaifeng untuk makan".
Dengan hiruk pikuk, semua orang naik ke dermaga, namun Linghu Chong tetap duduk diam di buritan. Yue Lingshan berseru, "Kakak pertama, kau tidak ikut?"
Sejak Linghu Chong kehilangan tenaga dalamnya, ia selalu merasa lelah dan lesu, ia malas berjalan-jalan, ia berpikir bahwa selama orang-orang lain berpesiar, ia punya kesempatan untuk berlatih memetik lagu Qingxin Pushan Zhou. Terlebih lagi, ketika ia melihat Lin Pingzhi berdiri di sisi Yue Lingshan dengan ekspresi wajah yang begitu akrab, hatinya terasa dingin, maka ia berkata, "Aku tak bertenaga, tak kuat berjalan cepat". Yue Lingshan berkata, "Baiklah, kau tinggallah di kapal untuk beristirahat. Aku akan belikan beberapa jin arak bagus di Kaifeng".
Linghu Chong memandang Lin Pingzhi dan Yue Lingshan berjalan berendeng, lalu dengan cepat berjalan sampai ke muka rombongan, hatinya terasa pedih, ia berpikir bahwa setelah selesai mempelajari Qingxin Pushan Zhou, meskipun ia benar-benar dapat menyembuhkan luka dalamnya, untuk apa ia menyembuhkan dirinya? Untuk apa ia belajar memetik kecapi? Ia memandang ombak Sungai Kuning yang keruh bergulung-gulung ke arah timur, tiba-tiba ia merasa bahwa hidup manusia penuh penderitaan yang seperti air yang mengalir tiada henti. Pikirannya ini mempengaruhi tenaga dalamnya, daerah dantiannya langsung terasa sakit.
* * *
Yue Lingshan dan Lin Pingzhi berjalan berendeng, mereka menunjuk-tunjuk pemandangan sambil berbisik-bisik, perasaan mereka sungguh berbeda.
Nyonya Yue menarik-narik lengan baju suaminya sambil berbisik, "Shan er dan Ping er masih muda, seorang lelaki dan perempuan berjalan bersama seperti ini di pedesaan tidak apa-apa, namun tidak pantas di kota besar, ayo kita temani mereka sebagai orang tua". Yue Buqun tersenyum, "Kau dan aku sudah tak muda lagi, tak apa kalau kita lelaki perempuan berjalan bersama". Nyonya Yue tertawa, lalu bergegas melangkah ke depan untuk menemani anak gadisnya. Keempat orang itu bertanya kepada sesama pejalan kaki, lalu segera menuju ke kota Zhuxian.
Ketika mereka tiba di kota itu, mereka melihat sebuah kuil besar di tepi jalan, di papan kuil itu tertulis 'Kuil Jenderal Yang' dengan tinta emas. Yue Lingshan berkata, "Ayah, aku tahu, ini adalah kuil Jenderal Yang, Yang Caixing[5]. Ia melakukan kesalahan pergi ke Sungai Shang dan tewas terkena panah pasukan Jin". Yue Buqun mengangguk, "Tepat sekali. Yang Caixing mengorbankan dirinya demi negara, hingga orang memujanya. Ayo masuk ke kuil untuk melihatnya dan bersujud di hadapan sang martir". Mereka melihat bahwa murid-murid yang lain masih jauh ketinggalan di belakang, maka mereka berempat tak menunggu dan mendahului masuk ke kuil.
Mereka melihat patung Yang Caixing yang berwajah putih dan berbaju zirah perak, semangat kepahlawanan memancar darinya, dalam hati Yue Lingshan berkata, "Jenderal Yang ini benar-benar tampan!" Ia melirik ke arah Lin Pingzhi untuk diam-diam membandingkannya dengan patung itu.
Tepat pada saat itu, terdengar seseorang berkata dari luar kuil, "Menurutku, Jenderal Yang di kuil ini pasti Jenderal Yang Caixing". Begitu suami istri Yue Buqun mendengar suara itu, air muka mereka lantas berubah, dengan serentak tangan mereka segera meraih gagang pedang. Namun terdengar suara seseorang lain berkata, "Di kolong langit ini jenderal yang bermarga Yang berapa banyaknya, bagaimana kau bisa memastikan kalau dia adalah Yang Caixing? Mungkin dia Kakek Golok Emas Yang, atau Yang Keenam, atau Yang Ketujuh?[6]" Seseorang lagi berkata, "Diantara keluarga Yang, belum tentu Kakek Yang, Yang Keenam atau Ketujuh, kenapa bukan Yang Zongbao atau Yang Wenkuang?" Seseorang lain berkata, "Kenapa bukan Yang Keempat?" Orang yang tadi berbicara berkata, "Yang Keempat menyerah pada bangsa barbar, tak mungkin orang mendirikan kuil untuknya". Seseorang lain berkata, "Kau mengolok-olok kedudukanku sebagai kakak keempat, mengataiku akan menyerah pada bangsa barbar, benar tidak?" Orang yang tadi berbicara berkata, "Kedudukanmu sebagai kakak keempat, apa hubungannya dengan Jenderal Yang Caixing?" Seseorang lain berkata, "Kau kakak kelima, Yang Kelima menjadi biksu di Wutai Shan, kenapa kau belum jadi biksu?" Orang yang tadi berbicara berkata, "Kalau aku jadi biksu, kau menyerahlah pada bangsa barbar".
Begitu suami istri Yue Buqun mendengar percakapan mereka, mereka segera tahu bahwa orang-orang aneh Lembah Persik telah tiba di tempat itu. Mereka segera memberi isyarat pada putri mereka dan Lin Pingzhi untuk bersembunyi di belakang patung. Mereka suami istri bersembunyi di sebelah kiri, sedangkan Lin Pingzhi dan Yue Lingshan di sebelah kanan.
Mereka mendengar orang-orang aneh Lembah Persik itu tak henti-hentinya berdebat di luar kuil, namun tak seorangpun dari mereka yang masuk untuk mencari tahu jawabannya. Yue Lingshan diam-diam merasa geli, "Untuk apa mereka terus berdebat, tinggal masuk saja, bukankah mereka akan langsung tahu ini kuil Jenderal Yang Caixing atau Yang Keempat?"
Nyonya Yue memilah-milah suara-suara diluar dengan seksama, hanya ada lima orang, ia berpikir bahwa orang yang satunya lagi tentunya telah mati ditusuk oleh dirinya sendiri. Ia dan sang suami jauh-jauh meninggalkan Huashan untuk menghindari kelima orang aneh ini, berjaga-jaga kalau mereka membalas dendam, tak nyana mereka malah bertemu disini. Walaupun mereka belum melihatnya, namun murid-murid yang lain akan segera tiba, bagaimana caranya mereka dapat melarikan diri? Hatinya amat cemas.
Perdebatan diantara kelima orang aneh itu makin sengit, akhirnya seseorang berkata, "Ayo kita masuk dan lihat, kuil ini didirikan untuk dewa bau siapa". Mereka berlima berdesakan masuk. Seseorang berseru keras-keras, "Aha, kalian lihat, disini tertulis dengan jelas 'Arwah Kakek Yang Caixing', ini pasti Yang Caixing". Yang berbicara ialah Dewa Cabang Persik.
Dewa Batang Persik menggaruk-garuk kepalanya sambil berkata, "Yang tertulis disini adalah 'Yang Mulia Cai' bukan 'Yang Caixing'. Ternyata jenderal ini marganya Yang, namanya Mulia Cai. Hmm, Yang Mulia Cai, Yang Mulia Cai, nama yang bagus, nama yang bagus". Dewa Cabang Persik gusar, dengan lantang ia berkata, "Ini jelas-jelas Yang Caixing, kalian bicara sembarangan. Bagaimana namanya bisa jadi Yang Mulia Cai?" Dewa Batang Persik berkata, "Disini jelas-jelas tertulis, 'Yang Mulia Cai' bukan 'Yang Caixing' ". Dewa Akar Persik berkata, "Dua kata 'Arwah Xing' itu apa artinya?" Dewa Daun Persik berkata, "Xing[7], itu berarti gembira, Arwah Xing berarti arwahnya sangat gembira. Si bocah Yang Mulia Cai ini, setelah mati dipuja orang, tentu saja ia sangat gembira". Dewa Batang Persik berkata, "Benar sekali, benar sekali!"
Dewa Bunga Persik berkata, "Menurutku, yang dipuja disini adalah Yang Ketujuh, kalau memang benar, aku si Dewa Bunga Persik pintar meramal". Dewa Cabang Persik berkata dengan gusar, "Ini Yang Caixing, bagaimana bisa jadi Yang Ketujuh?" Dewa Batang Persik berkata dengan gusar juga, "Ini Yang Mulia Cai, bagaimana bisa jadi Yang Ketujuh?"
Dewa Bunga Persik berkata, "Kakak ketiga, Yang Caixing urutan keberapa diantara saudara-saudaranya?" Dewa Batang Persik berkata, "Aku tak tahu". Dewa Bunga Persik berkata, "Yang Caixing urutan ketujuh, dia adalah Yang Ketujuh. Kakak Kedua, Yang Mulia Cai urutan keberapa?" Dewa Batang Persik berkata, "Dulu aku tahu, tapi sekarang lupa". Dewa Bunga Persik berkata, "Aku tahu, dia urutan ketujuh, oleh karena itu dia Yang Ketujuh". Dewa Akar Persik berkata, "Kalau patung ini Yang Caixing, tentunya bukan Yang Mulia Cai; kalau patung ini Yang Mulia Cai, tentunya bukan Yang Caixing. Bagaimana ia bisa sekaligus Yang Caixing dan Yang Mulia Cai?" Dewa Daun Persik berkata, "Kakak pertama, kau tak mengerti. Apa arti kata 'cai' disini? 'Cai' berarti sekali lagi, pasti ada dua orang bukan satu orang, oleh karena itu, patung ini adalah Yang Caixing sekaligus Yang Mulia Cai". Keempat orang lainnya berkata, "Perkataan ini masuk akal".
Tiba-tiba, Dewa Cabang Persik berkata, "Kau bilang karena ada 'cai' di namanya, ini berarti bahwa ada seorang lagi, tapi semua orang tahu bahwa Yang Ketujuh punya tujuh orang putra!" Dewa Akar Persik berkata, "Kalau begitu, kalau di namanya ada kata seribu, dia harus punya seribu putra, kalau di namanya ada kata selaksa, dia harus punya selaksa putra". Makin lama berdebat, perdebatan kelima orang itu makin tak masuk akal. Yue Lingshan beberapa kali hendak tertawa, namun berusaha menahannya sekuat tenaga.
Setelah kelima orang aneh Lembah Persik itu berdebat untuk beberapa lama, Dewa Batang Persik berkata, "Yang Ketujuh, oh, Yang Ketujuh, asalkan kau memberkati adik keenam supaya ia tidak mati, tidak ada jeleknya kalau si tua ini beberapa kali bersujud padamu. Sekarang aku akan bersujud padamu dulu". Sambil berbicara ia melemparkan dirinya ke tanah dan bersujud.
Ketika suami istri Yue Buqun mendengarnya, mereka saling berpandangan, wajah mereka nampak girang, mereka berpikir, "Kalau mendengar perkataan mereka, orang aneh itu walaupun sudah kena tikam tapi masih belum mati". Keenam Dewa Lembah Persik itu sangat aneh, suami istri Yue enggan membuat orang-orang yang tak bisa ditebak maksudnya ini menjadi musuh.
Dewa Cabang Persik berkata, "Bagaimana kalau adik keenam tewas?" Dewa Batang Persik berkata, "Aku akan menghancurkan patung ini hingga berkeping-keping, lalu akan kubenamkan di lumpur dan kukencingi". Dewa Bunga Persik berkata, "Kalaupun kau menghancurkan patung Yang Ketujuh hingga berkeping-keping dan mengencinginya, kalaupun kau memberakinya, apa gunanya? Adik keenam tetap mati dan kau sia-sia saja bersujud!" Dewa Cabang Persik berkata, "Perkataanmu masuk akal, tak usah buru-buru bersujud, kita tanya dulu sampai jelas, apa luka adik keenam bisa disembuhkan atau tidak. Kalau ia sembuh kita akan bersujud, kalau tidak, kita kencingi dia". Dewa Akar Persik berkata, "Kalau dia sembuh, tak usah bersujud dia juga akan sembuh, kita tak usah bersujud. Kalau ia tak sembuh, kita kencingi atau tidak dia juga tak akan sembuh, jadi tak ada gunanya kita kencingi dia". Dewa Daun Persik berkata, "Kalau adik keenam tidak sembuh, masa kita tidak kencingi dia? Apa kandung kemih kita nanti tidak meledak?" Dewa Batang Persik tiba-tiba menangis keras-keras dan berkata, "Kalau adik keenam tidak sembuh, kita tak akan kencing lagi, biar saja kandung kemih kita meledak". Keempat orang lainnya juga ikut menangis keras-keras.
Dewa Cabang Persik tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Kalau adik keenam tidak mati, apa tidak rugi kalau kita menangis keras-keras seperti ini? Kita tanya dulu yang jelas, menangis nanti juga tidak terlambat". Dewa Bunga Persik berkata, "Perkataan ini salah. Kalau adik keenam tidak mati, perkataan 'menangis nanti juga tidak terlambat' ini tidak ada gunanya". Sambil berdebat, mereka melangkah keluar kuil dengan cepat.
* * *
Ketika Yue Buqun melihat bahwa kelima orang aneh itu sudah pergi, ia bertanya pada Nyonya Yue, "Hidup atau matinya orang itu sangat penting bagi kita, aku akan pergi mencari tahu duduk perkaranya. Adik, kau dan Shan er tunggulah disini sampai aku kembali". Nyonya Yue berkata, "Kau sendirian menghadapi bahaya tanpa ada orang yang membantumu, aku akan pergi bersamamu". Sambil berbicara, ia bergegas mendahului keluar kuil. Setiap kali Yue Buqun menghadapi masalah besar, suami istri itu selalu menghadapinya bersama-sama, sekarang karena sang istri sudah berkata demikian, ia tahu bahwa ia tak akan bisa merubah pikiran istrinya, maka ia tak banyak bicara lagi.
Kedua orang itu keluar dari kuil, mereka melihat dari kejauhan kelima orang aneh Lembah Persik itu berjalan memasuki lembah. Mereka berdua tak berani berjalan dekat mereka, maka mereka hanya mengikuti dari jauh, untungnya suara perdebatan kelima orang itu sangat keras, walaupun jarak mereka jauh, namun mereka masih bisa mendengar percakapan mereka berlima. Di ujung jalan itu, setelah melewati belasan batang pohon Liu, terlihat beberapa rumah beratap genting di tepi sebuah kali. Suara perdebatan kelima orang itu masuk ke dalam salah satu rumah beratap genting itu.
Yue Buqun berkata dengan pelan, "Kita memutar ke belakang rumah". Suami istri itu mengerahkan ilmu ringan tubuh dan berlari jauh-jauh ke sebelah kanan, lalu memutar kembali. Di belakang rumah itu tumbuh pohon-pohon Liu, mereka berdua bersembunyi di balik pepohonan itu.
Mendadak terdengar kelima orang aneh Lembah Persik serentak berseru, "Kau telah membunuh adik keenam!" "Bagaimana......bagaimana kau bisa mengiris dadanya?" "Anjing, kau harus membayar dengan nyawamu". "Dadamu juga akan kubelah". "Aiyo, adik keenam, kau mati dengan sangat mengenaskan, kami......kami selamanya tak akan kencing. Biar kemih kami meledak dan kami ikut mati bersamamu".
Suami istri Yue Buqun sangat terkejut, "Bagaimana ada orang yang bisa membelah dada adik keenam mereka?" Mereka berdua saling memberi isyarat untuk melangkah ke bawah jendela, lalu memandang ke dalam ruangan melalui sela-sela jendela.
Mereka melihat bahwa di dalam ruangan menyala tujuh atau delapan lentera dengan terang-benderang, di tengah ruangan terdapat sebuah ranjang besar. Diatas ranjang besar itu tergeletak seorang lelaki yang telanjang bulat, dadanya terbelah, darah segar mengalir deras, kedua matanya terpejam, seakan sudah lama mati. Dari raut wajahnya, jelas bahwa dia adalah Dewa Biji Persik yang tempo hari ditikam Nyonya Yue di puncak Huashan. Kelima orang aneh Lembah Persik menggelilingi ranjang sambil menunjuk-tunjuk seorang pendek gemuk dan berteriak-teriak.
Orang pendek gemuk itu kepalanya sangat besar, kumisnya tipis seperti kumis tikus, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, penampilannya sungguh aneh. Darah segar melumuri kedua tangannya, tangan kanannya mengenggam sebuah pisau pendek yang berkilauan seperti salju, pisau itu penuh bercak darah. Kedua matanya terbuka lebar memelototi kelima orang aneh Lembah Persik, setelah beberapa saat, ia baru berkata dengan suara rendah, "Kalian sudah puas kentut?" Kelima orang aneh Lembah Persik serentak berkata, "Sudah, kau mau kentut juga? Bau tidak?" Si pendek gemuk berkata, "Mayat hidup ini dadanya kena tikam, kalian mengolesi lukanya dengan obat luka emas, lalu membawanya sejauh ribuan li kesini untuk mohon aku supaya menyelamatkan jiwanya. Kalian begitu lambat di perjalanan, lukanya sudah berparut, pembuluh-pembuluhnya sudah rusak. Nyawanya bisa diselamatkan, tapi pembuluhnya sudah terlanjur kacau. Ia bisa tetap hidup, tapi setelah itu ilmu silatnya akan musnah, lagipula bagian bawah tubuhnya akan lumpuh, sama sekali tak bisa bergerak. Orang cacat seperti ini, untuk apa diselamatkan?" Dewa Akar Persik berkata, "Walaupun ia akan cacat, tapi masih sedikit lebih baik dibandingkan kalau ia mati". Si pendek gemuk berkata dengan gusar, "Aku sama sekali tak akan menyembuhkannya, atau kalau kusembuhkan harus sembuh total. Kalau setelah kuobati dia jadi orang cacat, mau ditaruh dimana muka si tua ini? Aku tak mau menyembuhkannya, aku tak mau menyembuhkannya! Bawa mayat ini keluar dari sini, si tua ini sudah memutuskan tak akan menyembuhkannya. Bikin aku marah sampai mati, marah sampai mati!"
Dewa Akar Persik berkata, "Katamu dia bikin kau marah sampai mati, kenapa kau belum mati?" Dewa Batang Persik berkata, "Karena kau tak mampu menyembuhkan adik keenam kami, untuk apa kau membedah dadanya?" Si pendek gemuk tertawa sinis, "Apa nama julukanku?" Dewa Batang Persik berkata, "Nama julukanmu yang bau kentut adalah si 'Tabib Pembunuh'!"
Suami istri Yue Buqun merasa cemas, mereka saling memandang dan berpikir, "Ternyata si pendek gemuk yang penampilannya aneh ini adalah si 'Tabib Pembunuh' yang termasyur. Benar, ilmu pengobatannya sangat hebat, menurut semua orang dunia persilatan Ping Yizhi ini nomor satu, begitu orang aneh itu terluka parah, mereka datang untuk memohonnya untuk menyembuhkannya, hal ini sangat masuk akal".
Ping Yizhi berkata dengan dingin, "Karena aku dijuluki si 'Tabib Pembunuh', kalau aku bunuh satu atau dua orang, apa anehnya?" Dewa Bunga Persik berkata, "Apa susahnya membunuh orang? Apa kami juga tak bisa? Kalau kau cuma bisa membunuh orang namun tak bisa menyembuhkan orang, untuk apa kau disebut 'Tabib Terkenal'?" Ping Yizhi berkata, "Kata siapa aku tidak bisa menyembuhkannya? Aku membedah dada mayat hidup ini untuk menyambung pembuluh-pembuluhnya, setelah ia sembuh, ilmu silat luar dalamnya akan sama seperti sebelum ia terluka, dengan demikian barulah terlihat kepandaian si tabib pembunuh".
Kelima orang aneh dari Lembah Persik amat girang, dengan serentak mereka berkata, "Ternyata kau bisa menyelamatkan nyawa adik keenam kami, kami telah salah menyalahkanmu". Dewa Akar Persik berkata, "Kau kenapa......kenapa belum mulai menyembuhkannya? Sejak dada adik keenam kau bedah, darah mengalir tak henti-hentinya, cepatlah mulai mengobatinya sebelum terlambat". Ping Yizhi berkata, "Siapa si Tabib Pembunuh? Kau atau aku?" Dewa Akar Persik berkata, "Tentu saja kau, untuk apa kau tanya?" Ping Yizhi berkata, "Karena akulah sang tabib, bagaimana kau bisa tahu terlambat atau tidak? Lagipula, aku membedah dadanya untuk menyembuhkannya, tapi kalian lima setan yang menyebalkan ini terus menerus mengoceh tak keruan tanpa henti, bagaimana aku bisa menyembuhkan dia? Aku menyuruh kalian bermain ke kuil Jenderal Yang untuk beberapa lama, lalu ke kuil Jenderal Niu dan Jenderal Zhang, kenapa kalian begitu cepat kembali?" Dewa Batang Persik berkata, "Cepat sembuhkan lukanya, kaulah yang mengoceh tidak keruan, kau malah bilang kami yang mengoceh tak keruan".
Ping Yizhi menatapnya tanpa berkedip, tiba-tiba ia berkata, "Ambilkan jarum dan benang!"
Karena ia tiba-tiba berteriak seperti itu, Lima Dewa Lembah Persik dan suami istri Yue Buqun terkejut, mereka melihat seorang nyonya bertubuh tinggi kurus memasuki ruangan, ia membawa sebuah baskom kayu dan meletakkannya di atas meja tanpa berbicara apa-apa. Nyonya ini berumur empat puluh lebih, wajahnya berbentuk kotak, kedua telinganya besar dan matanya amat cekung, wajahnya pucat pasi.
Ping Yizhi berkata, "Kalian mohon aku untuk menyembuhkan orang ini, sebelumnya aku sudah memberitahukan peraturanku kepada kalian, benar tidak?" Dewa Akar Persik berkata, "Benar. Sebelumnya kami juga sudah menyetujuinya dan bersumpah. Tak perduli harus membunuh siapapun yang kau perintahkan, kami enam bersaudara semua akan mematuhi perintahmu". Ping Yizhi berkata, "Bagus. Saat ini aku belum memikirkan siapa orang yang hendak aku bunuh, kalau aku sudah tahu, kalian akan kuberitahu. Sekarang kalian semua minggir dan jangan bersuara sedikitpun, kalau kalian bersuara, aku akan langsung berhenti bekerja, tak perduli apa orang ini mati atau hidup".
Sejak kecil Enam Dewa Lembah Persik selalu tidur di kamar yang sama, duduk semeja makan, tak pernah tutup mulut, bahkan saat mimpipun mereka sering masih berdebat tanpa henti. Saat ini mereka saling berpandangan, masing-masing dipenuhi perkataan yang ingin mereka keluarkan, namun karena berpikir bahwa kalau mengeluarkan sepatah kata saja, adik keenam akan menghantar nyawa, mereka berusaha sekuat tenaga menahan diri, bahkan menghela napaspun mereka tak berani, mereka juga takut kalau tak hati-hati mereka akan kentut.
Ping Yizhi mengambil sebuah jarum besar dari baskom, ia memasukkan sebuah benang besar yang tembus pandang, lalu menjahit belahan di dada Dewa Biji Persik. Kesepuluh jari tangannya tebal dan pendek, seperti sepuluh buah wortel, namun tak nyana gerakannya amat lincah, jarumnya bagai terbang, dalam sekejap luka sepanjang sembilan cun lebih telah dijahitnya. Menyusul ia membalikkan tangannya dan mengambil bubuk obat dan obat oles dari botol keramik, lalu mengoleskannya di permukaan luka. Ia juga membuka mulut Dewa Biji Persik dan menuangkan obat ke dalamnya, lalu ia mengelap darah yang berlumuran di tubuhnya dengan lap basah. Wanita yang tinggi kurus itu selalu berada di sampingnya untuk membantunya, mengambilkan jarum atau obat, gerakannya juga amat terlatih.
Ping Yizhi melirik ke arah Lima Dewa Lembah Persik, ia melihat bibir dan lidah mereka bergerak-gerak, tak sabar untuk berbicara, maka ia berkata, "Orang ini belum hidup kembali, tunggu sampai ia hidup kembali, baru kalian bicara". Kelima mulut itu membisu, raut muka mereka amat malu. Ping Yizhi mendehem, lalu duduk di samping. Nyonya itu membawa jarum, benang, pisau dan lain-lain keluar ruangan.
Suami istri Yue Buqun bersembunyi di balik jendela sambil menahan napas, saat itu di dalam ruangan sunyi senyap, kalau ada suara sedikitpun saja dari balik jendela, orang yang berada di dalam ruangan pasti akan mendengarnya.
Setelah lama, Ping Yizhi bangkit dan melangkah ke samping Dewa Biji Persik, tiba-tiba ia memukul titik baihui di ubun-ubun Dewa Biji Persik keras-keras. "Ah!", enam orang serentak berseru kaget. Yang lima adalah kelima Dewa Lembah Persik, namun yang keenam tak nyana berasal dari ranjang dimana Dewa Biji Persik yang selama ini tak sadarkan diri berbaring.
Dewa Biji Persik berteriak, lalu duduk dan memaki, "Nenekmu, kenapa kau memukul ubun-ubunku?" Ping Yizhi balas memaki, "Nenekmu, kalau bapakmu ini tidak memakai hawa murni untuk membuka titik baihuimu, bagaimana kau bisa begini cepat sembuh?" Dewa Biji Persik berkata, "Nenekmu, apa bapakmu ini cepat sembuh atau tidak, apa urusanmu?" Ping Yizhi berkata, "Nenekmu, kalau kau tidak cepat sembuh, bukankah kepandaianku si 'Tabib Pembunuh' kelihatan kurang cemerlang? Bukankah kalau kau terus-terusan berbaring di kamarku, kau akan membuatku muak?" Dewa Biji Persik berkata, "Nenekmu, kalau kau muak padaku, bapakmu ini pergi saja, memangnya kenapa?" Ia berguling dan bangkit, lalu melangkah ke depan.
Ketika kelima Dewa Lembah Persik melihat ia bisa melangkah seperti dikatakannya dengan begitu cepat, mereka terkejut sekaligus girang dan segera mengikutinya keluar.
Suami istri Yue Buqun tercengang, mereka berpikir, "Ilmu pengobatan Ping Yizhi ternyata memang mengejutkan, tenaga dalamnyapun tak bisa diremehkan, barusan ini ketika ia memukul titik baihui di ubun-ubun Dewa Biji Persik, ia tentunya telah memasukkan tenaga dalam yang kuat ke dalam tubuhnya, sehingga ia dapat langsung sadar". Selagi mereka berdua agak bimbang, mereka melihat Enam Dewa Lembah Persik sudah pergi jauh, sedangkan Ping Yizhi bangkit dan masuk ke ruangan lain.
Yue Buqun memberi isyarat pada istrinya, mereka berdua berjingkat-jingkat pergi, sampai puluhan zhang jauhnya dari ruangan itu, lalu mereka baru mempercepat langkah mereka. Nyonya Yue berkata, "Tenaga dalam tabib pembunuh itu sangat hebat, namun tingkah lakunya sangat aneh". Yue Buqun berkata, "Karena keenam orang aneh Lembah Persik itu sudah berada disini, akan banyak masalah di kota Kaifeng, kita harus pergi secepat mungkin supaya tak diganggu oleh mereka". Nyonya Yue mendehem, seumur hidupnya, ia belum pernah mengalami begitu banyak kesulitan seperti dalam beberapa bulan terakhir ini. Bahkan sang suami yang seorang ketua salah satu Perguruan Pedang Lima Puncak tak nyana harus bersembunyi disana-sini, walaupun dunia luas, namun seakan tiada tempat untuk berlindung. Biasanya mereka suami istri selalu terbuka satu sama lain, namun mereka selalu menghindari masalah yang satu ini, agar mereka berdua tak sama-sama malu. Sekarang karena mereka berpikir bahwa Dewa Biji Persik akhirnya tidak mati, mereka merasa seakan sebongkah batu besar telah terangkat dari pikiran mereka.
* * *
Ketika mereka kembali ke kuil Jenderal Yang, mereka melihat Yue Lingshan, Lin Pingzhi, Lao Denuo dan para murid lain semuanya sedang menunggu di aula belakang. Yue Buqun berkata, "Kembali ke kapal!" Mereka semua sudah tahu bahwa kelima orang aneh Lembah Persik berada di tempat itu, tanpa banyak bicara, mereka segera buru-buru kembali ke kapal.
Ketika mereka baru memerintahkan nakhoda untuk berlayar, tiba-tiba terdengar suara kelima Dewa Lembah Persik serentak berseru keras-keras, "Linghu Chong, Linghu Chong, dimana kau?"
Wajah suami istri Yue Buqun dan seluruh murid Huashan langsung pucat pasi, mereka melihat enam orang dengan cepat berlari ke dermaga, selain kelima Dewa Lembah Persik, Ping Yizhi juga ikut.
Lima Dewa Lembah Persik mengenali suami istri Yue Buqun dari kejauhan, mereka bersorak sorai, lalu melompat ke atas kapal dengan serentak.
Nyonya Yue segera menghunus pedang dan menikam ke arah dada Dewa Akar Persik. Yue Buqun juga telah menghunus pedangnya, "Trang!", ia menekan pedang istrinya sambil berbisik, "Jangan semberono!" Haluan kapal terasa agak berat, rupanya Lima Dewa Lembah Persik berdiri di haluan.
Dewa Akar Persik berteriak, "Linghu Chong, kau sembunyi dimana? Kenapa kau tidak keluar?"
Linghu Chong gusar, ia berseru, "Memangnya aku takut pada kalian? Untuk apa aku sembunyi?"
Tepat pada saat itu, lambung kapal bergoyang-goyang, di haluan kapal bertambah seorang lagi, ialah si Tabib Pembunuh Ping Yizhi. Diam-diam Yue Buqun terkejut, pikirnya, "Aku dan adik baru kembali ke kapal, tapi si kerdil ini sudah mengikuti kami, jangan-jangan ia mengikuti jejak kami sesudah kami mengintip di balik jendela. Kelima orang aneh Lembah Persik lawan yang tangguh, ditambah lagi dengan tokoh yang lihai ini, jangan-jangan hari ini suami istri Yue Buqun akan menghantar nyawa di Kaifeng ini".
Terdengar Ping Yizhi berkata, "Siapakah diantara kalian adalah Saudara Linghu?" Tak nyana perkataannya amat sopan. Linghu Chong perlahan-lahan melangkah ke haluan, "Aku Linghu Chong, aku tak tahu nama dan marga tuan yang mulia, mohon tuan beritahu apa yang tuan inginkan dariku?".
Ping Yizhi menatapnya dari ujung kaki sampai ubun-ubun, lalu berkata, "Ada orang yang memintaku menyembuhkan lukamu". Ia memegang pergelangan tangannya dan memeriksa denyut nadinya. Tiba-tiba kedua alisnya terangkat, "Eh!", katanya dengan terkejut. Setelah beberapa saat, dahinya berkerut, "Ah!", ujarnya lagi. Ia mendongak ke angkasa, tangan kirinya tak henti-hentinya mengaruk-garuk kepalanya sambil mengumam, "Aneh sekali, aneh sekali!" Setelah beberapa lama, ia memeriksa denyut nadi di tangan Linghu Chong yang lain, tiba-tiba ia bersin, lalu berkata, "Sungguh aneh, aku si tua ini seumur hidupku belum pernah menjumpainya".
Dewa Akar Persik tak bisa menahan diri untuk berbicara, "Apanya yang aneh? Saat pembuluh jantungnya terluka, kami sudah mengobatinya dengan hawa murni". Dewa Batang Persik berkata, "Kau masih saja bilang pembuluh jantungnya luka, jelas bahwa pembuluh parunya yang tidak benar. Kalau aku tidak membuka pembuluh jantungnya dengan hawa murni, bagaimana bocah ini bisa tetap hidup sampai hari ini?" Dewa Cabang Persik, Dewa Daun Persik dan Dewa Bunga Persik bertiga dengan riuh rendah berdebat tanpa ada juntrungannya, masing-masing berkeras bahwa dirinyalah yang paling berjasa.
Tiba-tiba Ping Yizhi berseru, "Omong kosong, omong kosong!" Dewa Akar Persik berkata, "Kau yang omong kosong, atau kami lima bersaudara yang omong kosong?" Ping Yizhi berkata, "Tentu saja kalian enam bersaudara yang omong kosong. Di tubuh Saudara Linghu ada dua aliran hawa murni yang saling bertentangan, sepertinya dimasukkan oelh Biksu Bujie, selain itu ada enam aliran tenaga yang lemah, kemungkinan besar milik kalian enam orang tolol".
Suami istri Yue Buqun saling berpandangan, mereka berpikir, "Ping Yizhi ini memang benar-benar luar biasa, begitu memeriksa nadinya, ia tahu bahwa ada delapan aliran hawa murni dalam tubuhnya, namun ini tidak luar biasa, yang luar biasa ialah bahwa ia bisa mengatakan dari mana mereka berasal, tahu bahwa kedua aliran tenaga itu berasal dari Biksu Bujie".
Dewa Batang Persik berkata dengan gusar, "Kenapa enam aliran tenaga kami berenam lemah, sedangkan aliran tenaga Biksu Bujie kuat? Jelas-jelas bahwa tenaga kamilah yang kuat, dan tenaga dia yang lemah!"
Ping Yizhi tertawa sinis, "Tak tahu malu! Dua aliran tenaga miliknya telah menekan enam aliran hawa murni kalian, apa aliran tenaga kalian yang lebih kuat? Si bajingan tua Biksu Bujie itu walaupun ilmu silatnya tinggi, tapi sama sekali tak punya otak, sialan, bajingan tua sialan!"
Dewa Bunga Persik menjulurkan jarinya dan pura-pura memeriksa denyut nadi di tangan kanan Linghu Chong, lalu berkata, "Begitu aku memeriksa denyut nadinya aku tahu bahwa aliran hawa murni Enam Dewa Lembah Persik telah menekan aliran hawa murni Biksu Bujie sehingga tak bisa berkutik......" Tiba-iba ia berteriak, jarinya terasa seakan digigit. Ia cepat-cepat menariknya seraya berseru, "Aiyo, sialan!"
Ping Yizhi tertawa terbahak-bahak, ia sangat puas. Semua orang tahu bahwa ia telah mengalirkan tenaga dalam kelas satunya ke tubuh Linghu Chong untuk menggetarkan jari Dewa Bunga Persik keras-keras.
Setelah Ping Yizhi tertawa untuk beberapa saat, wajahnya berubah masam, ia berkata, "Kalian semua tunggu aku di kabin kapal, siapapun tak boleh bersuara".
Dewa Daun Persik berkata, "Aku adalah aku, kau adalah kau, kenapa aku harus mendengarkan perkataanmu?" Ping Yizhi berkata, "Kalian sudah bersumpah untuk membunuh satu orang untukku, benar tidak?" Dewa Cabang Persik berkata, "Benar, kami berjanji untuk membunuh satu orang untukmu, tapi tidak berjanji untuk mendengarkan perkataanmu". Ping Yizhi berkata, "Terserah apa kalian mau mendengar perkataanku atau tidak. Tapi kalau aku menyuruh kalian membunuh Dewa Biji Persik ini, apa pendapatmu?" Kelima Dewa Lembah Persik serentak berseru, "Tak masuk akal! Kau baru saja menghidupkan dia kembali, bagaimana kau bisa menyuruh kami membunuh dia?"
Ping Yizhi berkata, "Kalian berlima sudah bersumpah apa padaku?" Dewa Akar Persik berkata, "Kami bersumpah padamu, bahwa kalau kau menyembuhkan saudara kami Dewa Biji Persik, kalau kau menyuruh kami membunuh seseorang, tak perduli siapa orang itu, kami harus menurut dan tak boleh membuat-buat alasan apapun". Ping Yizhi berkata, "Benar. Aku sudah menyembuhkan saudara kalian belum?" Dewa Bunga Persik berkata, "Sudah sembuh!" Ping Yizhi berkata, "Dewa Biji Persik itu orang bukan?" Dewa Daun Persik berkata, "Tentu saja dia orang, masa dia setan?" Ping Yizhi berkata, "Baiklah, aku menyuruh kalian membunuh seseorang, orang ini ialah Dewa Biji Persik!"
Lima Dewa Lembah Persik saling menatap, mereka semua merasa bahwa masalah ini terlalu tak masuk akal, namun mereka sulit menyangkalnya.
Ping Yizhi berkata, "Kalau kalian benar-benar tak ingin membunuh Dewa Biji Persik, aku bisa membuat pengecualian. Kalian sebenarnya mau mendengar perkataanku atau tidak? Aku menyuruh kalian untuk pergi ke kabin kapal dan duduk dengan manis, siapapun tak boleh sembarangan bicara atau bergerak". Kelima Dewa Lembah Persik berulang-ulang berjanji, dalam sekejap, mereka berlima menumpangkan kedua tangan mereka di lutut, duduk tenang dengan patuh.
Linghu Chong berkata, "Sesepuh Ping, kabarnya kalau anda menyembuhkan atau menyelamatkan nyawa orang, ada persyaratannya, yaitu setelah disembuhkan, orang itu harus membunuh seseorang untuk anda". Ping Yizhi berkata, "Benar. Memang ada persyaratan seperti itu". Linghu Chong berkata, "Sesepuh, aku tidak ingin membunuh orang untuk anda, oleh karena itu anda tidak usah menyembuhkanku".
Begitu mendengar perkataan itu, Ping Yizhi berseru, "Ha!" Ia memandang Linghu Chong dengan seksama dari mata kaki sampai ke ubun-ubunnya, seakan sedang memandang sesuatu yang sangat aneh bin ajaib. Setelah cukup lama, ia baru berbicara, "Pertama, lukamu parah, aku tak bisa menyembuhkanmu. Kedua, kalaupun aku bisa menyembuhkanmu, sudah ada orang yang berjanji akan membunuh seseorang untuk aku, tak perlu kau sendiri yang turun tangan".
Sejak Yue Lingshan mengalihkan cintanya kepada orang lain, Linghu Chong sudah tak memperdulikan apa-apa lagi, namun ketika tiba-tiba mendengar tabib terkenal yang kabarnya dapat menghidupkan orang mati itu membenarkan bahwa lukanya tak dapat disembuhkan, mau tak mau ia berduka.
Suami istri Yue Buqun saling memandang, mereka berdua berpikir, "Siapa yang mukanya begitu cemerlang sehingga bisa membuat si 'Tabib Pembunuh' mendatangi seorang pasien? Apa hubungan orang ini dengan Chong er?"
Ping Yizhi berkata, "Saudara Linghu, di dalam tubuhmu ada delapan aliran hawa murni yang berlainan, tak bisa dikeluarkan, tak bisa dirubah, tak bisa dikurangi dan tak bisa dikendalikan, sungguh menyulitkan. Aku diminta seseorang untuk menyembuhkanmu, bukannya aku tak mau berusaha sebisaku, sebenarnya penyebab penyakitmu ada hubungannya dengan hawa murni, tidak bisa diobati dengan tusuk jarum, moxa[8] maupun obat. Sejak aku mulai menjadi tabib, aku belum pernah menemui penyakit seperti ini, aku tak bisa menyembuhkanmu dan aku sungguh malu". Sembari berbicara ia mengambil sebuah botol keramik dari saku dadanya, lalu mengeluarkan sepuluh butir pil merah, katanya, "Ini adalah 'Pil Penenang Hati Dan Penyelaras Qi', obat minum yang sangat langka dan berharga, membuatnya tidaklah mudah. Setiap sepuluh hari, minumlah satu butir, obat ini bisa memperpanjang hidupmu untuk seratus hari".
Linghu Chong menjura seraya berkata, "Banyak terima kasih". Ping Yizhi berbalik, hendak melangkah ke dermaga, namun tiba-tiba ia berpaling, "Dalam botol masih ada dua butir lagi, lebih baik sekalian kuberikan padamu saja". Linghu Chong tidak menyambutnya, ia berkata, "Sesepuh amat menghargai pil ini, obat ini sangat mujarab, lebih baik tinggalkan saja untuk menolong orang. Apa aku bisa hidup sepuluh atau delapan hari lebih lama, bagi diriku sendiri dan bagi orang lain, tidak ada kebaikannya".
Ping Yizhi menelengkan kepalanya yang besar dan memandanginya untuk beberapa saat, lalu berkata, "Kau tak memperdulikan hidup dan mati, benar-benar sifat seorang lelaki sejati. Ternyata begitu. Tak heran, tak heran! Ai, sayang sekali, sayang sekali! Aku sungguh malu, aku sungguh malu!" Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu melangkah ke dermaga dan pergi.
Ia datang dan pergi sesuka hatinya, sama sekali tak memandang muka ketua Perguruan Huashan Yue Buqun.
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Nama lain Propinsi Henan, propinsi dimana Kaifeng berada.
[2] Berarti 'Ping Satu Jari'.
[3] Yama, penguasa neraka (Hokkian: Giam Lo Ong).
[4] Hakim di akherat.
[5] Salah satu jenderal pemimpin pasukan Yue Fei (Hokkian: Gak Hui). Dalam Shendiao Xialu (Sin Tiauw Hiap Lu), Yang Guo disebutkan sebagai keturunan Jenderal Yang Caixing.
[6] Anggota keluarga Jenderal Yang yang legendaris.
[7] Xing (兴) berarti gembira, huruf yang sama dipakai di nama tengah Yang Caixing.
[8] Cara pengobatan tradisional China dengan membakar titik akupuntur menggunakan dupa atau bubuk yang terbuat dari tanaman mugwort.
Bagian Kedua
Yue Buqun merasa gusar, hanya saja di lambung kapal masih ada lima musuh yang sangat berbahaya, untuk mengusir mereka akan sangat sulit. Terlihat kelima Dewa Lembah Persik duduk diam tanpa bergerak-gerak, mata mereka memandang hidung, hidung mereka menghadap ke dada, seperti biksu tua yang sedang bersemedi saja. Kalau ia memerintahkan nakhoda untuk mengangkat sauh, ia akan harus membawa serta kelima musuh ini, namun kalau mereka tak berangkat, entah berapa lama lagi mereka akan duduk disitu, dan ia juga tak tahu apa mereka akan tiba-tiba menyerang untuk membalas dendam pada Nyonya Yue yang telah menikam Dewa Biji Persik.
Lao Denuo, Yue Lingshan dan yang lain-lain telah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana mereka mencabik-cabik Cheng Buyou, saat ini masih tersisa rasa takut dalam diri mereka, mereka saling berpandangan, tak ada yang berani memandang kearah kelima orang itu.
Linghu Chong berbalik dan masuk ke dalam kabin kapal, lalu berkata, “Hei, apa yang kalian lakukan disini? Dewa Akar Persik berkata, “Kami duduk dengan manis, tak melakukan apa-apa”. Linghu Chong berkata, “Kami akan mengangkat sauh, mohon kalian naik ke dermaga”. Dewa Batang Persik berkata, “Ping Yizhi menyuruh kami duduk dengan manis di kabin kapal, tak boleh sembarangan bicara dan bergerak, kalau tidak ia akan membunuh saudara kami. Oleh karena itu kami duduk dengan manis, tak berani bergerak dan bicara sembarangan”. Linghu Chong tak bisa menahan tawa, katanya, “Tabib Ping sudah lama naik ke dermaga, kalian bisa bicara dan bergerak sembarangan!” Dewa Bunga Persik menggeleng sambil berkata, “Tak bisa, tak bisa! Kalau ia melihat kami bicara dan bergerak sembarangan, akan sangat berbahaya.”
Terdengar sebuah suara serak berteriak dari dermaga, “Lima orang yang manusia bukan setan juga bukan ada dimana?”
Dewa Akar Persik berkata, “Dia memanggil kita”. Dewa Batang persik berkata, “ Kenapa memanggil kita? Bagaimana kita bisa manusia bukan setan juga bukan?” Orang itu berseru lagi, “Disini ada seorang manusia yang bukan manusia bukan setan, Tabib Ping baru menyembuhkan lukanya, kalian mau dia tidak? Kalau tak mau, aku akan melemparkan dia ke Sungai Kuning untuk memberi makan kura-kura raksasa”.
Begitu mereka mendengar perkataan itu, Lima Dewa Lembah Persik segera berteriak, mereka berlima melompat keluar dari kabin bersama-sama dan berdiri di tepi sungai. Mereka melihat nyonya yang tadi membantu Tabib Ping menjahit luka berdiri tegak bagai buluh, tangan kirinya terjulur, mengangkat sebuah tandu, Dewa Biji Persik tergeletak diatasnya. Nyonya itu nampak sakit-sakitan, namun tenaganya sangat kuat, hanya dengan satu tangan ia dapat dengan mudah mengangkat Dewa Biji Persik yang beratnya seratus jin lebih berikut tandunya.
Dewa Akar Persik cepat-cepat berkata, “Tentu saja mau, kenapa tak mau?” Dewa Batang Persik berkata, “Kenapa kau bilang kami manusia bukan setan juga bukan?”
Dewa Biji Persik yang terbaring diatas tandu berkata, “Kalau melihat tampangmu, dibandingkan kami kau lebih seperti orang yang manusia bukan, setan juga bukan”. Ternyata setelah Ping Yizhi menjahit luka Dewa Biji Persik, memberinya obat mujarab ajaib, dan juga memukul ubun-ubunnya serta memasukkan hawa murni ke dalam tubuhnya, ia langsung pergi, namun karena ia telah kehilangan banyak darah, sebelum sempat berjalan jauh ia sudah pingsan, lalu dibawa kembali oleh nyonya setengah baya itu. Walaupun lukanya parah, namun mulutnya masih bawel dan ia tak dapat menahan diri untuk berdebat dengan nyonya itu.
Nyonya itu berkata dengan sinis, “Kalian tahu apa yang paling ditakuti Tabib Ping seumur hidupnya?” Enam Dewa Lembah Persik berkata serentak, “Tak tahu, memangnya dia takut apa?” Nyonya itu berkata, “Dia paling takut istri!” Enam Dewa Lembah Persik tertawa terbahak-bahak, lalu serentak berkata, “Dia orang yang tak takut pada langit dan bumi, tapi ternyata takut istri, lucu sekali, lucu sekali!” Nyonya itu berkata dengan dingin, “Apanya yang lucu? Aku istrinya!” Enam Dewa Lembah Persik langsung diam tak bersuara. Nyonya itu berkata, “Apapun yang kuperintahkan, dia tak berani tak mendengarkan. Kalau aku ingin membunuh seseorang, dia akan langsung memerintahkan kalian untuk membunuh orang itu”. Enam Dewa Lembah Persik serentak berkata, “Baik, baik! Entah siapa yang hendak dibunuh Tabib Ping?”
Mata nyonya itu memandang ke dalam kabin kapal, ia memandang Yue Buqun, Nyonya Yue dan Yue Lingshan, lalu murid-murid Perguruan Huashan satu persatu. Setiap orang yang dipandanginya bulu romanya bangkit, semua orang tahu, bahwa siapapun yang ditunjuk oleh nyonya yang berwajah buruk dan pucat pasi ini akan langsung dicabik-cabik oleh Lima Dewa Lembah Persik. Bahkan jago-jago seperti Yue Buqunpun sulit menghindar.
Pandangan mata nyonya itu perlahan-lahan kembali kearah wajah keenam Dewa Lembah Persik, jantung keenam bersaudara itu berdebar-debar seakan hendak melompat. “Hah!”, ujar nyonya itu, Enam Dewa Lembah Persik serentak berkata, “Baik, baik!” “Hmm!”, nyonya itu mendehem, Enam Dewa Lembah Persik serentak berkata, “Baik, baik!”
Nyonya itu berkata, “Saat ini aku belum memutuskan akan membunuh siapa. Namun Tabib Ping berkata bahwa di kapal ini ada seorang Tuan Muda Linghu, Linghu Chong, yang sangat dihormatinya. Kalian harus melayani dia baik-baik sampai dia meninggal. Kalian harus menuruti semua perkataannya, tak boleh membantah”. Enam Dewa Lembah Persik mengerutkan dahi mereka dan berkata, “Melayani dia sampai dia mati?” Nyonya Ping berkata, “Benar, melayaninya sampai dia mati. Namun ia cuma tinggal bisa hidup seratus hari lagi, dalam seratus hari ini, kalian harus menuruti setiap perkataannya".
Begitu Enam Dewa Lembah Persik mendengar bahwa Linghu Chong tak bisa hidup lebih dari seratus hari lagi, mereka langsung girang dan berkata, "Melayani dia selama seratus hari bukan hal yang sulit".
Linghu Chong berkata, "Sesepuh Ping bermaksud baik, aku sangat tersentuh. Namun aku tak berani merepotkan Enam Dewa Lembah Persik untuk merawatku, mohon minta supaya mereka naik ke dermaga, aku mohon diri dahulu".
Wajah Nyonya Ping nampak sedingin es, sedikitpun tak menunjukkan rasa gusar atau girang, ia berkata, "Tabib Ping berkata, luka Tuan Muda Linghu disebabkan oleh kelima keparat ini, mereka tak hanya membuat Tuan Muda Linghu kehilangan nyawanya, tapi juga membuat Tabib Ping tak berdaya menyembuhkannya sehingga ia kehilangan muka dan tak bisa memenuhi amanat orang yang mempercayakan hal ini padanya, maka keenam keparat ini harus dihukum berat. Sebelumnya Tabib Ping ingin mereka melaksanakan sumpahnya sendiri dan membunuh salah seorang saudara mereka, namun ia memperlunak hukuman mereka dan cuma menyuruh mereka melayani Tuan Muda Linghu". Ia berhenti sejenak, lalu berkata lagi, "Kalau keenam bajingan ini tidak menuruti kata-kata Tuan Muda Linghu, begitu Tabib Ping tahu, ia akan mencabut nyawa salah seorang dari mereka berenam".
Dewa Bunga Persik berkata, "Luka Saudara Linghu disebabkan oleh kami, bukankah sudah sepantasnya kalau kami melayaninya untuk sementara waktu? Seorang lelaki sejati tahu kapan harus membalas dendam dan budi". Dewa Cabang Persik berkata, "Bagi seorang lelaki, kalaupun iganya harus ditusuk pisau demi seorang teman, ia juga rela, apalagi cuma merawat lukanya?" Dewa Biji Persik berkata, "Lukaku juga perlu dirawat, aku merawat lukanya, dia merawat lukaku, semua orang senang". Dewa Batang Persik berkata, "Lagipula, kita cuma bisa merawat dia selama seratus hari, waktunya sangat pendek". Dewa Akar Persik menepuk pahanya sambil berkata, "Kata pepatah, kalau ada yang teman kesusahan, seribu li pun ditempuh, kalau di jalan kita melihat ketidakadilan, kita harus segera menghunus golok untuk menolong....." Nyonya Ping mendelikkan matanya, lalu langsung pergi tanpa berpamitan pada siapapun.
Dewa Batang Persik dan Dewa Batang Persik mengusung tandu dan naik ke atas kapal, Dewa Akar Persik dan yang lain-lain ikut naik ke kapal sambil berseru, "Angkat sauh, angkat sauh!"
Linghu Chong tahu bahwa bagaimanapun juga mereka tak akan dapat menghentikan keenam orang itu mengikuti mereka, maka ia berkata, "Enam saudara persik, kalian ingin mengikutiku, tapi kalian harus bersikap sopan kepada guru dan ibu guruku, ini adalah perintah pertamaku. Kalau kalian tak menurut, aku tak mau kalian layani". Dewa Daun Persik berkata, "Enam Dewa Lembah Persik dari dahulu terkenal di kolong langit ini sebagai orang budiman yang anggun, jangankan guru dan ibu gurumu, bahkan terhadap murid dan cucu muridmupun kami akan bersikap sopan".
Ketika Linghu Chong mendengar mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai "orang budiman yang anggun", ia tak dapat menahan tawa, lalu ia berkata pada sang guru, "Guru, keenam saudara persik ini ingin naik perahu kita untuk berlayar ke timur, bagaimana menurut guru?"
Yue Buqun berpikir bahwa saat ini sepertinya keenam orang itu tidak akan membuat susah Perguruan Huashan, tapi karena mereka semua berada dalam satu kapal, mereka mau tak mau menjadi duri dalam daging. Namun ia melihat bahwa keadaan tidak memungkinkan untuk menendang mereka keluar, untung saja walaupun ilmu silat mereka tinggi, namun mereka tidak waras, tentunya mereka masih bisa diatasi dengan siasat, maka ia mengangguk dan berkata, "Baik, tidak ada jeleknya kalau mereka ingin menumpang kapal ini, hanya saja sifatku suka ketenangan, aku tak suka mendengar mereka tak henti-hentinya berdebat".
Dewa Batang Persik berkata, "Perkataanmu ini salah, Tuan Yue. Di dunia ini, kalau manusia mau berbuat apa saja, bukankah harus buka mulut? Buka mulut ini selain untuk makan nasi, ya untuk bicara. Untuk apa juga kita punya telinga? Untuk mendengar orang berbicara. Kalau watakmu suka ketenangan, ini berarti kau mensia-siakan kebaikan Tuhan memberikan mulut dan telinga untukmu".
Yue Buqun tahu kalau ia sampai berdebat dengannya, dan kalau kelima bersaudara itu ikut berdebat, entah bagaimana ributnya. Kalau berkelahi ia tak dapat melawan mereka,
berdebatpun ia tak akan bisa menang, maka ia segera tersenyum dan berkata dengan lantang, "Nakhoda, angkat sauh!"
Dewa Daun Persik berkata, "Tuan Yue, kau ingin nakhoda angkat sauh maka kau buka mulut, kalau watakmu benar-benar senang ketenangan, seharusnya kau cukup memberi isyarat dengan tanganmu". Dewa Batang Persik berkata, "Nakhoda ada di buritan, Tuan Yue ada di kabin tengah, kalau ia memberi isyarat tangan, si nakhoda tak akan melihatnya, tentunya akan sia-sia saja". Dewa Akar Persik berkata, "Kenapa dia tak bisa pergi ke buritan untuk memberikan isyarat?" Dewa Bunga Persik berkata, "Bagaimana kalau si nakhoda tak mengerti isyaratnya dan mengira 'angkat sauh' itu 'tenggelamkan kapal', bukankah ini bencana?"
Di tengah suara perdebatan Enam Dewa Lembah Persik, nakhoda mengangkat sauh dan berlayar.
Secara kebetulan suami istri Yue Buqun bersama-sama memandang ke arah Linghu Chong, memandang ke arah Enam Dewa Lembah Persik, lalu saling memandang satu sama lain, dalam hati mereka mempunyai pikiran yang sama, "Ping Yizhi berkata bahwa ia telah menerima amanat seseorang untuk menyembuhkan Chong er, dari perkataannya nampaknya orang yang memberinya amanat ini adalah orang yang kedudukannya di dunia persilatan amat tinggi, sampai dia tak memandang sebelah mata pada ketua Perguruan Huashan, tapi malah luar biasa hormat pada murid Perguruan Huashan. Sebenarnya siapa yang memberinya amanat untuk menyembuhkan Chong er? Ia memaki Biksu Bujie sebagai "si bajingan tua sialan", tak mungkin bahwa ia telah menerima amanat dari Biksu Bujie". Dahulu suami istri itu akan memanggil Linghu Chong dan menanyainya dengan seksama, namun sekarang tanpa disadari telah timbul banyak kesalahpahaman diantara guru dan murid, mereka berdua tahu bahwa sekarang belum saatnya untuk menanyai Linghu Chong.
Nyonya Yue berpikir bahwa Ping Yizhi, tabib yang paling terkenal di dunia persilatan, tak bisa menyembuhkan luka Linghu Chong, dan berkata bahwa hidupnya tinggal seratus hari lagi, hatinya berduka dan iapun tak kuasa menahan air matanya meleleh.
* * *
Dengan menghiliri sungai dan ditiup angin buritan, perahu berlayar dengan cepat, malam itu mereka berlabuh tidak jauh dari Lanfeng. Nakhoda memasak makanan dan mereka semua makan. Tiba-tiba terdengar sebuah seruan dari dermaga, "Mohon tanya, apakah para pendekar dari Perguruan Huashan menumpang perahu ini?"
Sebelum Yue Buqun sempat menjawab, Enam Dewa Lembah Persik sudah mendahului berbicara, "Enam Dewa Lembah Persik dan para pendekar dan orang gagah dari Perguruan Huashan semuanya ada di atas kapal, ada keperluan apa?"
Orang itu berkata dengan girang, "Bagus sekali. Kami sudah menunggu disini sehari semalam. Cepat, cepat, bawa kesini".
Dua barisan yang terdiri dari lebih dari sepuluh lelaki kekar melangkah keluar dari gubuk beratap jerami di tepi sungai, setiap orang membawa sebuah peti yang dilak merah. Seorang lelaki berbaju biru yang bertangan kosong melangkah ke depan perahu, lalu menyoja sambil berkata, "Majikan hamba mendengar bahwa Pendekar Muda Linghu sedang tidak enak badan, beliau sangat khawatir dan sebenarnya ingin datang berkunjung secara pribadi, namun ia tak punya waktu untuk kembali, maka beliau mengirim surat melalui burung merpati dan memerintahkan hamba untuk menghantarkan sedikit hadiah, mohon Pendekar Muda Linghu sudi menerimanya". Para lelaki kekar itu naik ke haluan dan meletakkan sepuluh lebih peti di atas kapal.
Linghu Chong berkata dengan heran, "Siapa gerangan majikanmu yang mulia itu? Linghu Chong tak berani menerima hadiah yang begitu berharga". Lelaki itu berkata, "Semoga Pendekar Muda Linghu beruntung dan dapat segera sembuh, mohon jaga dirimu baik-baik". Seraya berbicara ia menyoja menghormat, lalu memimpin rombongan lelaki kekar itu pergi tanpa berpamitan lagi.
Linghu Chong berpikir, "Entah siapa yang memberiku hadiah, benar-benar aneh bin ajaib".
Lima Dewa Lembah Persik sudah tak dapat menahan diri lagi, mereka serentak berkata, "Ayo buka untuk lihat isinya". Dengan serabutan kelima orang itu membuka tutup peti berlak merah, mereka melihat bahwa peti itu penuh berisi makanan kecil yang indah buatannya, dan juga ada ayam asap, ham dan penganan lain yang enak dinikmati dengan arak, ditambah lagi dengan ginseng, tanduk rusa, sarang burung walet, jamur emas dan berbagai bahan obat lain yang berharga dan menguatkan. Kedua peti terakhir penuh berisi tahil emas dan perak kecil, jelas untuk bekal Linghu Chong di perjalanan. Orang itu berkata bahwa ia hanya menghantarkan "sedikit hadiah", namun hadiah-hadiah ini sama sekali tidak sedikit.
Begitu melihat kue-kue, manisan, buah-buahan dan makanan kecil, Enam Dewa Lembah Persik langsung meraupnya dan memasukkannya ke dalam mulut sambil berteriak-teriak,"Enak sekali, enak sekali!"
Linghu Chong mencari-cari diantara lebih dari sepuluh peti itu, namun tak bisa menemukan sepucuk surat atau selembar kartupun, juga tak ada cap atau benda lain yang menunjukkan siapa sebenarnya yang mengirim hadiah-hadiah itu, sama sekali tak ada petunjuk. Ia berkata pada Yue Buqun, "Guru, murid sama sekali tak tahu apa-apa tentang hal ini. Orang yang memberi hadiah ini nampaknya tidak punya maksud buruk, dan juga tidak bermaksud mengolok-olok". Sambil berbicara, ia mengangsurkan makanan kecil itu dengan kedua tangannya kepada guru dan ibu guru dengan hormat, lalu membagi sisanya untuk adik-adik seperguruannya.
Yue Buqun melihat Enam Dewa Lembah Persik menyantap makanan itu, wajah mereka tak menunjukkan tanda-tanda keracunan, ia bertanya pada Linghu Chong, "Apa kau punya teman dari dunia persilatan yang tinggal di sekitar sini?" Linghu Chong mengumam untuk beberapa saat, lalu berkata, "Tidak ada".
Terdengar suara derap kaki kuda, delapan penunggang kuda mencongklang di tepi sungai, seseorang berseru, "Apakah Pendekar Muda Linghu Chong dari Perguruan Huashan berada disini?"
Enam Dewa Lembah Persik berseru keras-keras dengan gembira, "Ada disini, ada disini! Barang-barang bagus apa lagi yang hendak kalian hadiahkan?"
Orang itu berseru, "Ketua perkumpulan kami tahu Pendekar Muda Linghu datang ke Lanfeng, dan juga mendengar bahwa Pendekar Muda Linghu suka minum arak, maka beliau menyuruh hamba untuk mencari enam belas guci arak bagus simpanan dan membawanya kemari, supaya dapat diminum Pendekar Muda Linghu di atas kapal".
Kedelapan penunggang kuda itu mencongklang mendekat, terlihat bahwa di masing-masing sadel mereka tergantung dua guci arak. Diatas guci itu tertera huruf-huruf 'Arak Persembahan Bermutu Terbaik', ada juga guci yang bertuliskan 'Arak Fen Simpanan'[1], dan ada juga guci arak yang bertuliskan 'Zhuanyuanhong Shaoxing'[2], ternyata keenambelas guci arak itu isinya masing-masing berlainan.
Ketika Linghu Chong melihat begitu banyak arak enak, ia merasa bahwa tak ada hadiah lain yang lebih baik darinya, ia cepat-cepat menuju ke haluan, lalu menjura seraya berkata, "Maafkan mataku yang lamur ini, aku tak tahu nama perkumpulan kalian yang mulia. Siapakah nama dan marga saudara yang mulia?"
Lelaki itu tertawa, "Ketua perkumpulan kami mewanti-wanti supaya tidak menyebutkan nama perkumpulan kami pada Pendekar Muda Linghu. Beliau berkata bahwa hadiah yang sangat kecil ini tidak ada artinya, kami tak punya muka untuk membawa-bawa nama perkumpulan kami". Tangan kirinya melambai, para penunggang kuda segera menurunkan guci-guci arak bagus dan menaruhnya di haluan kapal.
Yue Buqun memperhatikan kedelapan lelaki itu dengan seksama dari kabin kapal, gerakan tangan dan tubuh mereka lincah, setiap tangan mereka menjinjing seguci arak, lalu dengan ringan melompat ke haluan. Kedelapan orang itu tak punya ilmu silat yang luarbiasa, jelas bukan berasal dari satu perguruan, namun kelihatannya mereka memang berasal dari satu perkumpulan. Setelah kedelapan orang itu membawa enam belas guci arak ke haluan kapal, mereka menyoja memberi hormat kepada Linghu Chong, menaiki kuda dan mencongklang pergi.
Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Guru, peristiwa ini sungguh aneh, entah siapa yang bercanda dengan murid dan mengirim begitu banyak guci arak ini". Yue Buqun mengumam pada dirinya sendiri, "Apa bukan Tian Boguang? Atau Biksu Bujie?" Linghu Chong berkata, "Benar, kedua orang itu tingkah lakunya aneh bin ajaib. Mungkin mereka yang melakukannya, entahlah. Hei, Enam Dewa Lembah Persik! Ada banyak arak bagus, kalian mau minum tidak?"
Enam Dewa Lembah Persik tertawa dan berkata, "Minum, minum! Tentu saja kami mau minum!" Dewa Akar Persik dan Dewa Batang Persik berdua membawa dua guci arak, membuka segelnya, lalu menuang arak ke mangkuk, kontan wangi arak menyeruak menusuk hidung. Keenam orang itu tanpa sungkan lagi pada Linghu Chong langsung menenggak arak itu.
Linghu Chong juga mengambil semangkuk, lalu mengangsurkannya ke hadapan Yue Buqun seraya berkata, "Guru, silahkan coba. Arak ini benar-benar tidak jelek". Yue Buqun sedikit mengerutkan keningnya sambil mendehem. Lao Denuo berkata, "Guru, kita harus tetap waspada. Kita tak tahu siapa yang memberikan arak ini, siapa tahu ada yang aneh dalam arak ini". Yue Buqun mengangguk-angguk, "Chong er, lebih baik kita berhati-hati".
Begitu mencium aroma wangi arak, Linghu Chong tak bisa menahan dirinya lagi, ia tertawa dan berkata, "Hidup murid sudah tak akan lama lagi, apa arak ini mengandung racun atau tidak, sama saja bagiku". Kedua tangannya mengangkat mangkuk, lalu ia menengaknya sampai tandas dalam beberapa teguk, lalu memuji, "Arak bagus, arak bagus!"
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Arak yang dibuat di Fenyang, Shanxi, salah satu arak yang terbaik di China.
[2] Arak kelas satu dari Shaoxing.
Bagian Ketiga
Terdengar dari tepi sungai seseorang juga memuji, "Arak bagus, arak bagus!" Linghu Chong memandang ke arah suara itu berasal, ia melihat seorang sastrawan berpakaian lusuh di bawah pohon-pohon liu, tangan kanannya mengibas-kibaskan sebuah kipas rusak, kepalanya mendongak mencium-cium wangi arak yang menyeruak dari kapal, katanya, "Benar-benar arak bagus!"
Linghu Chong tertawa, "Saudara, kau sama sekali belum mencicipinya, bagaimana kau tahu arak ini bagus atau jelek?" Sastrawan itu berkata, "Begitu mencium bau arak, kau seharusnya tahu itu arak Fen bermutu tinggi berumur enam puluh tahun, bagaimana bisa tidak enak?"
Linghu Chong telah menerima pelajaran Luzhuweng yang sungguh-sungguh, pengetahuannya tentang arak sudah jauh melebihi orang biasa, ia sudah tahu terlebih dahulu bahwa ini adalah arak Fen bermutu tinggi yang umurnya kurang lebih enam puluh tahun, namun sukar untuk memastikan umur pastinya, ia mengira sastrawan itu melebih-lebihkan kemampuannya sendiri, maka ia berkata, "Kalau saudara tidak menampik, silahkan datang minum beberapa cawan!"
Sastrawan itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kau dan aku belum pernah bertemu, cuma orang asing yang kebetulan berpapasan saja, begitu mencium wangi arak, aku sudah membuatmu repot, bagaimana aku berani merasakan arak bagusmu itu, ini sama sekali tak mungkin, sama sekali tak mungkin!" Linghu Chong tertawa, "Di empat samudera, semua bersaudara. Begitu mendengar perkataan saudara, aku tahu saudara adalah sesepuh ahli arak, aku ingin minta petunjuk. Silahkan naik ke kapal, tak usah sungkan-sungkan. Guruku Tuan Yue dan ibu guruku Nyonya Yue juga ada di atas kapal".
Sastrawan itu perlahan-lahan datang menghampiri, lalu menjura dalam-dalam seraya berkata, "Ternyata kalian adalah para pendekar Perguruan Huashan, aku si sastrawan tua ini bermarga Zu, sama dengan huruf zu di kata zuzong[1]. Zu Ti[2]yang bangun begitu ayam berkokok di zaman dahulu, adalah leluhur jauhku. Namaku Qianqiu[3], seribu musim gugur berarti panjang umur. Aku tak berani menanyakan nama saudara yang mulia". Linghu Chong berkata, "Margaku kembar yaitu Linghu, sedangkan namaku hanya satu kata saja yaitu Chong". Zu Qianqiu itu berkata, "Marga yang bagus, marga yang bagus, namamu juga bagus! Di zaman Dinasti Tang, Linghu Chu dan Linghu Xuan adalah tokoh-tokoh besar yang menjabat sebagai perdana menteri!" Sambil berbicara, ia melangkah ke haluan kapal melalui papan titian.
Linghu Chong tersenyum kecil, pikirnya, "Begitu aku mengundangnya minum arak, semuanya lantas jadi bagus". Ia segera menuang secawan arak dan memberikannya pada Zu Qianqiu sambil berkata, "Silahkan minum!" Ia melihat bahwa sastrawan itu berusia lima puluhan lebih, kulit wajahnya kecoklatan, hidungnya merah menandakan suka minum, matanya sayu, janggutnya jarang-jarang, bagian depan bajunya berkilat-kilat karena terkena minyak, ketika ia mengangsurkan tangannya, terlihat kesepuluh kukunya penuh lumpur kehitaman. Sosoknya kurus kering, namun perutnya buncit.
Zhu Qianqiu melihat Linghu Chong mengangsurkan cawan arak, namun ia tidak menyambutnya, katanya, "Walaupun Saudara Linghu punya arak bagus, namun tak punya tempat bagus, sayang sekali, sayang sekali". Linghu Chong berkata, "Kami sedang dalam perjalanan, hanya punya mangkuk dan cawan kasar ini, mohon Tuan Zhu sudi minum menggunakannya". Zhu Qianqiu menggeleng, "Tak bisa, tak bisa! Kau begitu sembarangan memakai cawan arak, kau pasti belum mengerti cara minum arak yang benar. Minum arak harus memperhatikan cawannya, untuk minum arak tertentu juga harus memakai cawan tertentu. Minum arak Fen harus pakai cawan kumala. Orang Dinasti Tang mempunyai puisi yang berbunyi, 'Cawan kumala menambah indahnya cahaya ambar'[4]. Jelas bahwa mangkuk dan cawan kumala dapat menambah keindahan warna arak". Linghu Chong berkata, "Tepat sekali".
Zu Qianqiu menunjuk ke sebuah guci arak, "Arak putih dari luar tembok besar ini rasanya lezat, namun sayang aromanya kurang harum, paling baik kalau diminum dengan cawan cula badak, rasanya akan menjadi manis tanpa tandingan. Kau harus tahu kalau cawan kumala membuat warna arak menjadi lebih indah, sedangkan cawan cula badak membuat aroma arak menjadi lebih wangi, orang zaman dahulu benar-benar tidak membohongi kita".
Setelah mendengar penjelasan Luzhuweng di Luoyang, Linghu Chong sudah tahu hampir semuanya tentang asal usul arak bagus di kolong langit ini, rasa dan aromanya, cara membuat dan menyimpannya, namun ia sama sekali tak tahu apa-apa tentang wadah arak. Saat ini, ketika mendengar Zu Qianqiu berbicara dengan begitu bersemangat dan percaya diri, ia merasa mendapat pencerahan.
Terdengar ia berkata lagi, "Untuk minum arak yang dibuat dari buah anggur, tentunya harus memakai cawan yeguang[5]. Puisi kuno berbunyi, 'Anggur memenuhi cawan yeguang, hendak minum namun suara pipa[6] telah memanggilku naik kuda'.[7] Kau harus tahu bahwa warna arak anggur merah padam, kurang menonjolkan semangat kepahlawanan kalau diminum oleh lelaki jantan seperti kita. Kalau arak anggur dituang ke dalam cawan yeguang, warnanya akan menjadi tak ada bedanya dengan darah segar, minum arak jadi seperti minum darah. Puisi Yue Wumu[8] berbunyi, 'Aku bercita-cita makan daging tawanan Hu[9], sambil bersenda gurau aku akan minum darah Xiongnu[10] untuk penawar hausku' [11], hebat bukan?"
Linghu Chong terus manggut-manggut, pengetahuan sastranya sangat sedikit, ketika mendengar Zu Qianqiu mengutip puisi-puisi itu, ia tidak sepenuhnya mengerti, namun baris yang berbunyi 'sambil bersenda gurau aku akan minum darah Xiongnu untuk penawar hausku' itu benar-benar membangkitkan semangat kepahlawanan dan meninggalkan kesan yang mendalam baginya.
Zu Qianqiu menunjuk ke arah sebuah guci arak, "Arak kaoliang[12] ini arak yang sangat tua. Pada zaman Dinasti Xia ketika Yu[13] memerintah, Yi Di menemukan arak. Yu meminumnya dan rasanya manis, arak itu adalah arak kaoliang ini. Saudara Linghu, orang biasa pikirannya picik, mereka mengira Yu Yang Agung hanya bisa mengendalikan masalah banjir saja sehingga memberi manfaat bagi generasi selanjutnya, namun mereka tak mengira bahwa selain mengendalikan banjir, ada lagi penemuan terbesar Yu Yang Agung. Apa kau tahu apa itu?"
Linghu Chong dan keenam Dewa Lembah Persik serentak berseru, "Menemukan arak!" Zu Qianqiu berkata, "Tepat sekali!" Mereka berdelapan serentak tertawa terbahak-bahak.
Zu Qianqiu berkata lagi, "Untuk minum arak kaoliang, harus memakai jue[14] perunggu supaya terasa keantikannya. Sedangkan arak beras, arak beras yang bagus, rasanya lezat, namun kurang manis dan terlalu ringan, harus diminum dengan gantang besar supaya semangatnya yang tinggi terasa".
Linghu Chong berkata, "Aku cuma orang udik yang hanya sedikit kenal sekolahan. aku tak tahu bahwa hubungan diantara arak dan wadahnya ternyata begitu penting".
Zu Qianqiu menepuk guci arak yang bertuliskan 'Arak Bagus Seratus Rumput' sambil berkata, "Untuk membuat Arak Bagus Seratus Rumput ini, orang harus mengumpulkan seratus macam rumput, lalu direndam di dalam arak, sehingga aromanya menjadi wangi lembut, seperti kalau kita berjalan di padang rumput saat musim semi, sehingga sebelum meminumnyapun orang sudah mabuk. Untuk minum arak rumput ini, kita harus memakai cangkir rotan tua. Cangkir yang diukir dari rotan tua berumur seratus tahun akan melipatgandakan wangi Arak Seratus Rumput". Linghu Chong berkata, "Rotan tua berumur seratus tahun tentunya sangat langka". Zu Qianqiu berkata dengan wajah bersungguh-sungguh, "Saudara Linghu, perkataanmu itu salah. Arak Bagus Seratus Rumput jauh lebih langka dibanding rotan tua berumur seratus tahun. Coba pikir, rotan berumur seratus tahun masih bisa dicari di hutan belantara, namun semua orang ingin minum Arak Bagus Seratus Rumput, setelah habis diminum, arak itu habis. Akan tetapi cangkir rotan tua, walaupun dipakai minum seribu atau selaksa kali, masih tetap berupa cangkir rotan yang tak kurang suatu apa". Linghu Chong berkata, "Tepat sekali. Aku tak tahu, terima kasih atas petunjuk tuan".
Yue Buqun mendengarkan perkataan Zu Qianqiu itu dengan seksama, kata-katanya dilebih-lebihkan, namun masuk akal. Terlihat Dewa Cabang Persik, Dewa Batang Persik dan yang lain-lain mengusung guci Arak Bagus Seratus Rumput itu dan menumpahkan isinya di atas meja hingga basah kuyup ketika mereka menuangnya, mereka sama sekali tak perduli bahwa arak itu adalah arak bagus yang sangat berharga. Walaupun Yue Buqun tak suka minum, namun ketika mencium harumnya arak yang menusuk hidung, ia tahu bahwa arak itu memang arak kelas satu, alangkah sayangnya kalau Enam Dewa Lembah Persik mensia-siakannya seperti itu.
Zu Qianqiu berkata lagi, "Untuk minum arak zhuangyuanhong dari Shaoxing ini, kita harus memakai cawan porselen kuno, yang paling baik ialah cawan porselen dari zaman Dinasti Song Utara. Walaupun cawan porselen zaman Lima Dinasti lebih baik, yang terbaik adalah cawan seladon longquan[15] Negara Wu atau Yue[16] yang berasal dari tungku 'kakak' atau 'adik', namun cawan seperti itu sangat langka. Kalau terpaksa, cawan keramik dari Dinasti Song Selatan juga bisa dipakai, tapi sudah menurun mutunya, sedangkan cawan Dinasti Yuan itu norak. Bagaimana kalau kita ingin minum arak bunga pir ini? Kita harus memakai cawan zamrud. Puisi Bai[17] tentang pemandangan musim semi di Hangzhou berbunyi, 'Lengan baju merah gadis penenun sutra mencerminkan kelopak bunga kesemek, bendera hijau kedai arak kontras dengan arak bunga pir'. Coba bayangkan, sebuah kedai arak di tepi Danau Barat di Hangzhou menjual arak bunga pir ini, di sebelah kedai arak itu ada sebatang pohon kesemek, bunga dan buahnya bergelantungan bagai gincu merah, gadis pelayan kedai memakai gaun sutra, lengan bajunya yang merah melambai-lambai selagi menjual arak, wajah mereka lebih putih dari salju, kontras dengan bendera hijau zamrud yang berkibar di kedai arak itu. Warna merah menyala dan hijau zamrud ini tercermin di arak bunga pir dan membuatnya makin kuat. Sedangkan untuk minum lujiu[18] kumala ini, kita harus menggunakan cawan yang terbuat dari gelas berwarna-warni. Di dalam lujiu kumala ada gelembung-gelembung kecil yang seperti manik-manik, kalau diminum memakai cawan gelas yang tembus pandang, keindahannya akan terlihat".
Tiba-tiba terdengar suara seorang gadis berkata, "Tut, tut, tut. Kau sedang meniup terompetmu sendiri saja". Orang yang berbicara itu memang Yue Lingshan adanya, ia menjulurkan telunjuk kanannya dan menunjuk-tunjuk pipi kanannya. Yue Buqun berkata, "Shan er, jangan kurang ajar. Perkataan Tuan Zu ini masuk akal". Yue Lingshan berkata, "Masuk akal bagaimana? Kalau minum beberapa cawan arak untuk bersenang-senang tentu tak apa, tapi kalau sehari semalam minum arak dengan begitu banyak peraturan, apa ini pekerjaan seorang gagah?"
Zu Qianqiu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Perkataan nona ini salah. Leluhur Dinasti Han Liu Bang apakah bukan seorang pahlawan? Kalau waktu itu ia tidak membunuh seekor ular putih dengan pedangnya setelah mabuk, bagaimana ia bisa mendirikan Dinasti Han yang berkuasa selama ratusan tahun? Fan Kuai apakah bukan seorang gagah? Saat itu di Perjamuan Hongmen[19], Jenderal Fan memotong daging di atas perisainya, bertarung sambil minum arak, apakah dia bukan seorang gagah?"
Linghu Chong tertawa, "Tuan Zu, karena anda sudah tahu bahwa ini arak bagus, dan kata anda orang gagah suka minum untuk bersenang-senang, kenapa anda belum minum juga?"
Zu Qianqiu berkata, "Aku sudah berkata sebelumnya, kalau tak ada wadah yang pantas, kita cuma akan mensia-siakan arak bagus saja".
Dewa Batang Persik berkata, "Kau cuma membual saja, cawan zamrud, cawan yequang, di dunia ini mana ada cawan semacam itu? Kalaupun ada juga paling hanya ada satu dua buah, siapa yang bisa mengumpulkan semuanya?" Zu Qianqiu berkata, "Seorang sastrawan anggun yang mengerti arak sudah mesti punya. Kalian yang minum seperti keledai yang minum air, tentu saja akan memakai sembarang cawan dan mangkuk". Dewa Daun Persik berkata, "Memangnya kau seorang sastrawan yang anggun?" Zu Qianqiu berkata, "Sedikit banyak, aku cukup anggun". Dewa Daun Persik tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Cawan-cawan yang diperlukan untuk minum delapan macam arak bagus ini, ada berapa yang kau bawa?" Zu Quanqiu berkata, "Sedikit banyak, aku punya semuanya".
Enam Dewa Lembah Persik serentak berseru dengan riuh, "Pembual besar, pembual besar!"
Dewa Akar Persik berkata, "Aku akan bertaruh denganmu. Kalau kau membawa kedelapan cawan arak itu, akan kumakan semuanya satu persatu. Kalau ternyata kau tak punya, lalu bagaimana?" Zu Qianqiu berkata, "Kalau begitu hukum aku untuk makan cawan dan mangkuk arak ini satu persatu!"
Enam Dewa Lembah Persik serentak berseru, "Bagus sekali, bagus sekali! Ayo kita lihat dia......"
Sebelum mereka sempat menyelesaikan pertanyaan itu, Zu Qianqiu telah memasukkan tangannya ke dalam saku dadanya, ia mengeluarkan sebuah cawan arak yang halus dan licin, ternyata cawan itu adalah sebuah cawan kumala yang seputih gajih kambing. Enam Dewa Lembah Persik terkejut, mereka tak berani berkata apa-apa, hanya melihat saja ketika ia mengeluarkan dengan tak putus-putusnya satu demi persatu cawan arak dari saku dadanya. Benar saja, ia mempunyai semua cawan arak itu, mulai dari cawan zamrud, cawan cula badak, cawan rotan tua, jue perunggu, cawan yeguang, cawan gelas berwarna dan cawan porselen kuno. Setelah ia mengeluarkan kedelapan cawan itu, ia masih mengeluarkan cawan emas yang berkilauan, cawan perak yang digrafir dengan indah, dan cawan batu yang diukir dengan pola hias berwarna-warni, selain itu juga masih ada cawan gading, cawan gigi macan, cawan kulit kerbau, cawan ruas bambu, cawan kayu zitan[20] dan lain-lain, ada yang besar dan ada yang kecil, semuanya tak ada yang sama.
Ketika melihatnya semua orang tercengang, tak seorangpun yang menduga bahwa di saku dada sastrawan rudin yang sok menggurui itu tersembunyi begitu banyak cawan arak.
Dengan penuh rasa kemenangan, Zu Qianqiu bertanya pada Enam Dewa Lembah Persik, "Sekarang bagaimana?"
Wajah Dewa Akar Persik nampak sedih, ia berkata, "Aku kalah, aku akan makan delapan cawan arak itu". Ia mengambil cawan rotan tua, "Krek!", ia mengigitnya hingga cawan itu patah menjadi dua, ia menjejalkan patahan yang kecil ke dalam mulutnya, dengan suara bergemeretakan, ia mengunyah dan menelannya.
Ketika semua orang melihat bahwa ia benar-benar memakannya, mengunyah cawan rotan tua itu dan menelannya, mereka sangat tercengang.
Dewa Akar Persik mengangsurkan tangannya untuk mengambil cangkir cula badak, Zu Qianqiu mengangkat tangan kirinya dan memukul ke arah pergelangan tangannya. Dewa Akar Persik menurunkan tangan kanannya dan memukul pergelangan tangan Zu Qianqiu, namun jari Zu Qianqiu menyentil telapak tangannya. Dewa Akar Persik menarik kembali tangannya dengan heran sambil berkata, "Kau tak memperbolehkan aku makan cawan itu?" Zu Qianqiu berkata, "Aku kalah. Anggap saja kau sudah makan delapan cawan arakku itu. Kau sudah menepati kata-katamu, aku tak mau kehilangan cawan-cawanku". Semua orang tertawa terbahak-bahak.
Pada mulanya Yue Lingshan sangat jeri pada Enam Dewa Lembah Persik, namun setelah lama bergaul dengan mereka, dan mereka tidak menunjukkan sikap keras, apalagi tingkah laku dan perkataan mereka ramah dan lucu, ia berani berkata pada Dewa Akar Persik, "Hei, cawan rotan tua ini rasanya enak tidak?"
Dewa Akar Persik menjilat bibirnya dan mendecakkan lidahnya, "Pahit sekali, apa enaknya?"
Zu Qianqiu mengerutkan keningnya dan berkata, "Karena kau memakan cawan rotan tuaku, kau mengacaukan rencanaku. Ai, karena cawan rotan tua sudah hancur, dengan apa aku harus minum arak seratus rumput ini? Aku terpaksa memakai cawan kayu". Dari saku dadanya ia mengeluarkan sebuah sapu tangan, yang lalu digunakannya untuk mengelap sisa cawan rotan tua yang tadi digigit oleh Dewa Akar Persik. Ia juga mengeluarkan sebuah cawan dari kayu tan dan mengelap luar dalamnya tanpa henti, namun sapu tangan itu hitam dan lembab, jelas bahwa makin lama ia mengelap, makin kotorlah cawan itu. Setelah mengelap untuk beberapa saat, ia meletakkan cawan kayu itu di atas meja lalu meletakkan kedelapan cawan dalam satu baris. Cawan-cawan lain seperti cawan emas, cawan perak dan lain-lain dimasukkannya kembali ke dalam saku dadanya. Setelah itu, ia menuang arak Fen, arak anggur, arak Shaoxing dan arak-arak bagus lain ke masing-masing delapan cawan itu, ia menghela napas panjang dan berkata kepada Linghu Chong, "Saudara Linghu, minumlah kedelapan cawan arak ini, minumlah satu persatu, lalu aku akan menemanimu minum delapan cawan. Mari kita rasakan dengan seksama, lalu bandingkanlah dengan arak yang sebelum ini kau minum".
Linghu Chong berkata, "Baik!" Ketika ia meminum arak dalam cawan kayu, ia merasakan rasa yang tajam menusuk ke dalam perutnya, mau tak mau ia merasa terkejut, pikirnya, "Kenapa arak ini rasanya begitu aneh?"
Zu Qianqiu berkata, "Arak dalam beberapa cawan ini adalah benar-benar harta karun orang yang gemar minum arak. Namun orang yang nyalinya kecil, begitu merasakan rasa arak yang aneh, setelah minum cawan pertama, ia pasti tak akan berani minum cawan kedua. Dari dulu sampai sekarang, tidak ada orang yang berani minum delapan cawan ini secara berturut-turut".
Linghu Chong berpikir, "Walaupun araknya diracun, namun hidup Linghu Chong sudah tak akan panjang lagi, kalau aku memang harus mati keracunan, biar saja, memangnya kenapa?" Ia segera menenggak arak dalam cawan itu, disusul dua buah cawan berturut-turut, ia merasa arak dalam cawan pertama itu sangat pahit, sedangkan yang kedua sangat masam, sama sekali tak terasa seperti arak bagus. Ketika ia baru hendak mengangkat cawan keempat, tiba-tiba terdengar Dewa Akar Persik berseru, "Aiyo, celaka, perutku panas, seperti ada bara apinya".
Zu Qianqiu berkata, "Kau menelan separuh cawan rotan tuaku, bagaimana perutmu tidak sakit? Cawan rotan tua itu sekeras besi, tak bisa dicernakan dalam perut, cepatlah makan banyak obat pencahar supaya bisa dikeluarkan, kalau tak bisa dikeluarkan, kau terpaksa minta Tabib Pembunuh Ping Yizhi untuk membedah perutmu".
Sebuah pikiran berkelebat di benak Linghu Chong, "Pasti ada sesuatu yang aneh di dalam delapan cawan araknya. Dewa Akar Persik memakan cawan rotan tuanya, walaupun cawan rotan itu tak bisa dicernakan dan perutnya sakit, kenapa rasanya seperti terbakar? Hei, seorang lelaki sejati harus berani menghadapi maut. Makin ampuh racunnya, makin baik". Ia mendongak dan minum secawan arak lagi.
Yue Lingshan tiba-tiba berkata, "Kakak pertama, jangan minum arak ini, mungkin di dalamnya ada racun. Kau sudah membutakan mata beberapa orang itu, kau harus berhati-hati terhadap muslihat orang untuk membalas dendam".
Linghu Chong tersenyum pedih dan berkata, "Tuan Zu ini adalah seorang lelaki yang jujur, kurasa ia tak mempunyai suatu muslihat apapun terhadap diriku". Dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia malah berharap supaya arak itu mengandung racun supaya ia lantas mati, kalau mayatnya tergeletak di hadapan Yue Lingshan, apakah dia akan merasa sedih, walaupun hanya sedikit? Ia segera minum dua cawan lagi. Cawan keenam ini rasanya masam sekaligus asin, dan juga berbau tak enak. Jangankan disebut 'arak bagus', disebut 'arak' pun tak pantas. Ketika ia menelannya, mau tak mau dahinya agak berkerut.
Ketika Dewa Batang Persik melihatnya minum cawan demi cawan, ia tak bisa menahan diri untuk mencobanya, ia berkata, "Dua cawan ini untuk aku saja". Ia mengangsurkan tangan untuk mengambil cawan ketujuh. Zu Qianqiu mengayunkan kipasnya untuk memukul punggung tangannya, sambil tersenyum ia berkata, "Tunggu dulu, kalian bergantian minum, setiap orang harus minum delapan cawan berturut-turut dahulu, supaya kau benar-benar tahu rasa arak yang sesungguhnya". Dewa Batang Persik melihat bahwa kekuatan yang digunakannya untuk memukul dengan kipas sangat besar, kalau kena pukul, jangan-jangan tulang tangannya akan patah, ia membalikkan tangannya untuk meraih kipas Zu Qianqiu sambil berseru, "Aku mau minum cawan arak ini dahulu, kau mau apa?"
Kipas Zu Qianqiu terlipat menjadi sebuah tongkat pendek, ketika jari Dewa Batang Persik menyentuhnya, tiba-tiba, "Krek!", kipas membuka dan tepi kipas menghantam telunjuknya. Dewa Batang Persik sama sekali tak menduga serangan itu, ia cepat-cepat menarik kembali tangannya yang terkena pukul, jarinya terasa agak kesemutan, "Ah, ah!", ia mundur ke belakang. Zu Qianqiu berkata, "Saudara Linghu, cepatlah sedikit minum kedua cawan ini......"
Tanpa banyak pikir, Linghu Chong meminum kedua cawan yang tersisa. Kedua cawan itu tidak berbau, namun yang satu begitu pedas sehingga tenggorokannya seakan diiris-iris, sedangkan yang satu lagi berbau obat yang menyengat hidung. Arak ini bau obatnya lebih keras dari obat yang paling keras.
Ketika Enam Dewa Lembah Persik melihat wajahnya nampak aneh, mereka heran dan bertanya, "Setelah kau minum delapan cawan arak, bagaimana rasanya?"
Zu Qianqiu cepat-cepat berkata, "Kalau kedelapan cawan itu diminum bersama-sama, rasanya amat manis. Begitulah kata buku kuno".
Dewa Batang Persik berkata, "Omong kosong, buku kuno apa?" Tiba-tiba, entah dengan menggunakan isyarat aneh apa, empat orang diantara mereka menerjang dan menarik keempat anggota tubuh Zu Qianqiu. Cara Enam Dewa Lembah Persik menarik tangan dan kaki orang sangat aneh dan sebat, mereka seakan muncul begitu saja, bagai setan, walaupun ilmu silat Zu Qianqiu hebat, namun ia masih tak kuasa membebaskan diri.
Para murid Perguruan Huashan yang sudah menyaksikan bagaimana Cheng Buyou dicabik menjadi empat oleh empat Dewa Lembah Persik tak dapat menahan diri untuk tak berseru kaget.
Sebuah pikiran muncul di benak Zu Qianqiu, ia segera berseru, "Dalam arak ada racun, kalian mau obat pemunahnya tidak?"
Keempat Dewa Lembah Persik yang memegang tangan dan kaki Zu Qianqiu telah minum tidak sedikit arak, begitu mendengar perkataan "dalam arak ada racun", mereka lantas tertegun.
Zu Qianqiu memang ingin membuat mereka berempat bimbang, tiba-tiba ia berteriak, "Kentut bau, kentut bau!" Keempat Dewa Lembah Persik tiba-tiba merasa memegang sesuatu yang licin, lalu memegang udara kosong, "Brak!", menyusul sebuah suara keras terdengar, di atap kapal nampak sebuah lubang besar, Zu Qianqiu telah melubangi atap kapal dan melarikan diri, entah kemana perginya. Tangan Dewa Akar Persik dan Dewa Cabang Persik kosong melompong, namun di tangan Dewa Bunga Persik dan Dewa Daun Persik masing-masing terdapat sehelai kaus kaki bau dan sebuah sepatu yang berlumuran lumpur.
Gerakan tubuh kelima Dewa Lembah Persik juga amat cepat, dalam sekejap mereka telah dengan serentak tiba di tepi sungai, namun jejak Zu Qianqiu sudah tak terlihat. Ketika kelima orang itu sedang hendak mengerahkan ilmu ringan tubuh untuk mengejar,
tiba-tiba terdengar seseorang berteriak dari ujung jalan, "Zu Qianqiu kau telur busuk, cepat kembalikan pilku, kalau kurang sebutir saja akan kuputus uratmu dan kukuliti kau!" Orang itu berteriak keras-keras dan dengan cepat berlari menghampiri. Ketika Enam Dewa Lembah Persik mendengar orang itu memaki Zu Qianqiu, sesuatu yang sangat mereka setujui, mereka ingin melihat seperti apa orang yang pantas disebut teman ini, maka mereka segera berhenti mengejar dan berjalan menuju ke arah orang itu untuk melihatnya.
Mereka melihat sebuah bola daging menggelinding ke arah mereka sambil terengah-engah, setelah makin dekat, mereka melihat bahwa bola daging itu ternyata seorang manusia. Orang itu luar biasa pendek dan gemuk, sulit untuk disebut manusia. Ia tak mempunyai leher, sebuah kepala yang pipih dan lebar bercokol diantara kedua bahunya, seakan ketika ia baru lahir, seseorang memukul kepalanya dengan palu keras-keras sehingga kepalanya melesak ke dalam, pipi, mulut dan hidungnya tertarik melebar. Semua orang diam-diam tertawa sambil berpikir, "Ping Yizhi itu pendek dan gemuk, tapi dibandingkan dengan orang ini, sama sekali tak ada artinya". Walaupun Ping Yizhi pendek dan lebar bahunya, namun orang ini dada dan punggungnya juga amat lebar, selain itu, tangan dan kakinya juga amat pendek, seakan ia tak punya lengan, hanya tangan saja, dan perutnya juga amat buncit.
Orang itu melangkah ke depan kapal, berkacak pinggang dan bertanya dengan angkuh, "Zu Qianqiu si maling bau itu kabur kemana?" Dewa Akar Persik tertawa, "Si maling bau itu sudah kabur, larinya sangat cepat, kalau kau menggelinding perlahan-lahan seperti ini, kau tak akan bisa mengejarnya".
Orang itu mendelik ke arah Dewa Akar Persik dengan matanya yang bulat dan kecil, mendehem, lalu tiba-tiba berteriak, "Pilku, pilku!" Kedua kakinya menjejak tanah dan sebuah bola dagingpun menerjang ke dalam kabin kapal, ia mencium-cium beberapa kali, lalu mengambil cawan yang tergeletak di atas meja, begitu ia mendekatkan hidungnya untuk menciumnya, raut wajahnya langsung berubah. Wajahnya aslinya memang sudah buruk rupa, namun dengan perubahan raut wajah itu, rupanya bertambah aneh lagi hingga sulit dilukiskan, nampaknya ia benar-benar sedih. Ia mengambil ketujuh cawan yang tersisa satu persatu, setelah menciumnya, ia berkata, "Pilku!" Setelah ia berkata "Pilku!" delapan kali, wajahnya nampak begitu sedih hingga orang tak tahan melihatnya. Tiba-tiba ia terduduk di tanah dan menangis keras-keras.
Lima Dewa Lembah Persik bertambah heran, mereka serentak mengelilinginya seraya bertanya, "Kau kenapa menangis? Apa Zu Qianqiu menganiayamu? Tak usah bersusah hati, kita akan cari maling bau itu dan kita cabik menjadi empat potong untuk melampiaskan amarahmu".
Orang itu berkata sambil tersedu sedan, "Ia mencampur pilku dengan arak dan meminumnya, membunuh......membunuh maling bau itu tidak......tidak......ada gunanya".
Sebuah pikiran muncul dalam benak Linghu Chong, ia bertanya, "Pil macam apa itu?"
Sambil berlinangan air mata, orang itu berkata, "Aku telah menghabiskan dua belas tahun penuh untuk mengumpulkan ginseng seribu tahun, jamur fuling, jamur lingzi, tanduk rusa, umbi shouwu, lingzhi, empedu beruang, notoginseng, jebat dan bahan-bahan obat yang sangat berharga lain. Lalu setelah kusuling dan kujemur sembilan kali, aku berhasil membuat delapan butir 'Pil Penyambung Nyawa' yang dapat membangkitkan orang mati, tapi Zu Qianqiu terkutuk itu mencurinya, mencampurnya dengan arak dan meminumnya".
Linghu Chong sangat terkejut, ia bertanya, "Kedelapan butir pilmu ini apakah rasanya sama semua?" Orang itu berkata, "Tentu saja tidak sama, ada yang sangat bau, ada yang sangat pahit, ada yang begitu dimakan mulut seperti diiris-iris, ada yang sangat pedas seperti bara. Hanya perlu menelan pil ini saja, tak perduli betapa parah luka dalam atau luar seseorang, niscaya ia akan sembuh". Linghu Chong menepuk pahanya sambil berseru, "Sialan, sialan! Zu Qianqiu ini mencuri Pil Penyambung Nyawamu bukan untuk dimakan sendiri, tapi......tapi......" Orang itu bertanya, "Tapi kenapa?" Linghu Chong berkata, "Tapi dicampurnya dengan arak, lalu dia menipu aku hingga aku meminumnya. Aku tak tahu dalam arak ada pil obat berharga, aku kira dia meracuniku".
Orang itu tak bisa menahan amarahnya, ia memaki, "Diracuni, diracuni! Diracuni nenekmu! Apa kau benar-benar telah menelan kedelapan Pil Penyambung Nyawaku?" Linghu Chong berkata, "Arak bagus dalam delapan cawan yang dituang oleh Zu Qianqiu dan kuminum itu memang ada yang sangat pahit, ada yang sangat bau, ada yang setelah meminumnya mulutku seperti diiris-iris, dan ada yang pedas seperti bara. Tapi aku tak melihat satu pilpun". Orang itu menatap Linghu Chong sambil mendelik, wajahnya yang gemuk tak henti-hentinya bergerak-gerak, lalu tiba-tiba ia berteriak, bangkit dan menerjang Linghu Chong.
Ketika Lima Dewa Lembah Persik melihat raut mukanya yang geram, mereka sudah bersiap-siap terlebih dahulu, begitu ia menerjang, empat Dewa Lembah Persik menjulurkan tangan mereka bagai kilat, masing-masing menarik keempat anggota tubuhnya.
Linghu Chong cepat-cepat berteriak, "Jangan bunuh dia!"
Namun anehnya begitu kaki dan tangan orang itu ditarik, keempat anggota tubuhnya itu mengkerut ke dalam seperti sebuah bola. Empat Dewa Lembah Persik sangat terkejut dan berteriak, mereka menarik keempat anggota tubuh orang itu dengan lebih kuat lagi, namun semakin ditarik, tangan dan kakinya semakin panjang, lengan dan pahanya terjulur dari tubuhnya, seperti kalau keempat kaki seekor kura-kura ditarik orang.
Linghu Chong lagi-lagi berteriak, "Jangan bunuh dia!"
Keempat Dewa Lembah Persik mengurangi kekuatan tarikan mereka, keempat anggota tubuh orang itu kembali mengkerut, ia menjadi sebuah bola lagi. Dewa Biji Persik yang tergeletak di atas tandu berteriak, "Sungguh menarik, sungguh menarik! Kungfu apa itu?" Keempat Dewa Lembah Persik menariknya kuat-kuat sekali lagi, tangan dan kaki orang itu memanjang hingga sekitar satu chi. Ketika melihatnya, Yue Lingshan dan murid-murid perempuan lain tak bisa menahan tawa. Dewa Akar Persik berkata, "Hei, kalau kami menarik kaki dan tanganmu menjadi panjang, kau jadi tambah ganteng".
Orang itu berteriak keras-keras, "Aiyo, celaka!" Keempat Dewa Lembah Persik tertegun, mereka bertanya, "Kenapa?" Kekuatan tangan mereka melemah. Keempat anggota tubuh orang itu mendadak mengkerut hingga terlepas dari cengkeraman keempat Dewa Lembah Persik, "Krek!" Dasar perahu berlubang besar, ternyata orang itu telah melarikan diri lewat air Sungai Kuning.
Semua orang berteriak kaget ketika melihat air Sungai Kuning mengalir masuk dengan deras tanpa henti melalui lubang itu.
Yue Buqun berteriak, "Semua orang ambil bawaan kalian dan lompat ke tepian".
Lubang besar di dasar kapal garis tengahnya ada empat chi, air sungai mengalir melaluinya dengan amat cepat, tak lama kemudian, air dalam kabin kapal sudah selutut tingginya. Untung saja kapal itu sedang tertambat di tepi sungai hingga semua orang bisa naik ke tepi sungai. Nakhoda kapal nampak khawatir, tak tahu harus berbuat apa.
Linghu Chong berkata, "Kau tak usah khawatir, berapa harga kapal ini, akan kami ganti dobel". Dalam hati ia amat heran, "Aku dan Zu Qianqiu ini sama sekali belum pernah bertemu, untuk apa dia mencuri obat berharga dan menipuku supaya aku memakannya?" Ketika ia sedikit menggerakkan qinya, ia merasa daerah dantiannya panas membara, namun kedelapan hawa murni dalam tubuhnya masih saling bertumbukan, tak dapat disatukan.
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Zuzong berarti 'leluhur'.
[2] Zu Ti adalah seorang tokoh di zaman Dinasti Han. Semasa muda, ia bangun tiap pagi saat ayam berkokok untuk berlatih ilmu pedang. Setelah dewasa, ia menjadi seorang jenderal terkenal.
[3] Qianqiu berarti 'seribu musim gugur'.
[4] Larik sajak ini adalah kutipan dari puisi Li Bai yang berjudul 'Ditulis Sebagai Seorang Tamu'. Puisinya berbunyi: Arak Lanling lezat keemasan, cawan kumala menambah indahnya cahaya ambar. Kalau saja tuan rumah dapat membuat sang tamu mabuk, segenap penjuru menjadi kampung halaman.
[5] Batu kumala yang berpendar karena mengandung fosfor.
[6] Alat musik petik tradisional China.
[7] Ini adalah kutipan dari puisi Wang Han, seorang penyair Dinasti Tang yang hidup di awal abad kedelapan Masehi, yang mengambarkan para prajurit yang hendak pergi berperang. Puisinya berbunyi: Anggur memenuhi cawan yeguang, hendak minum namun suara pipa telah memanggilku naik kuda. Kalau aku mabuk dan berbaring di medan perang, jangan tertawai aku. Dari perang yang begitu banyak, berapa prajurit yang kembali pulang?
[8] Yue Fei (Hokkian: Gak Hui)
[9] Bangsa 'barbar' yang hendak menaklukkan China.
[10] Bangsa 'barbar' yang sering menyerang China, kadang disebut bangsa Hun.
[11] Kutipan dari puisi terkenal karya Yue Fei yang berjudul 满江红 (Man Jiang Hong) atau Sungai Merah, yang mengambarkan tekadnya untuk membebaskan tanah air dari penjajah Jin. Nama Yang Kang dan Guo Jing di Pendekar Pemanah Rajawali diambil dari puisi ini.
[12] Sejenis gandum, disebut juga sorghum dalam Bahasa Inggris.
[13] Seorang raja legendaris pendiri Dinasti Xia (2200 - 2100 SM) yang konon berhasil mengatasi banjir Sungai Kuning dan memulai pemerintahan kerajaan di China.
[14] Cangkir arak kuno yang berkaki tiga.
[15] Pusat pembuatan porselen seladon terkenal di Propinsi Zhejiang. Pada masa Dinasti Ming, porselen terbaik dari tempat ini digolongkan sebagai keramik 'kakak' atau 'adik', sesuai dengan tradisi bahwa kakak beradik Zhang yang terkenal sebagai ahli keramik pernah membuat keramik mereka disana.
[16] Negara-negara pada zaman Negara-Negara Berperang (Warring States) (770-256 SM).
[17] Bai Juyi (772-846) adalah seorang penyair Dinasti Tang.
[18] Arak yang bercampur sari buah.
[19] Perjamuan Hongmen adalah suatu perjamuan yang diadakan oleh Xiang Yu untuk membunuh saingannya, Liu Bang. Fan Kuai, salah seorang jenderal Liu Bang, masuk ke ruang perjamuan untuk melindungi tuannya dari usaha pembunuhan. Xiang Yu menawari Fan Kuai makan dan minum. Fan Kuai makan daging dari perisainya dan minum arak dari gantang besar. Xiang Yu mengagumi semangat kepahlawanannya dan tak jadi membunuh Liu Bang. Liu Bang melarikan diri dan kelak menjadi pendiri Dinasti Han (206 SM - 220 M).
[20] Sejenis kayu cendana merah yang mahal harganya.