Pendekar Hina Kelana Bab 33 - Adu Pedang
<< Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>
Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana
oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Smiling Proud Wanderer Jilid 4
Bab XXXIII Adu Pedang
Bagian Pertama
Seorang pendeta tua dari Taishan berkata dengan lantang, "Untuk kedudukan ketua Wuyue Pai, kita tentunya harus memilih seseorang yang berbudi luhur dan berkepandaian tinggi, seorang jago senior yang mempunyai pengaruh, mana bisa dijabat secara bergantian begitu?" Suara orang ini keras dan bergaung, di tengah suasana yang ramai para hadirin masih dapat mendengarnya dengan jelas.
Taogen Xian berkata, "Orang yang berbudi luhur dan berkepandaian tinggi serta berpengaruh? Orang yang memenuhi syarat-syarat ini di dunia persilatan menurutku hanya kepala Biara Shaolin, Fang Zheng Dashi".
Setiap kali Taogu Liuxian berbicara, orang-orang lain semua tertawa, tak ada yang menganggap mereka serius, namun kali ini ketika Taogen Xian menyebut nama Fang Zheng Dashi, seketika itu juga ribuan orang yang berada di puncak Songshan diam seribu bahasa. Ilmu silat Fang Zheng Dashi tinggi, sikapnya welas asih dan ksatria, ia selalu menyelesaikan pertikaian di dunia persilatan dengan adil, dalam puluhan tahun terakhir ini ia dikagumi oleh semua orang. Pamor Biara Shaolin telah mencapai puncaknya dan juga menjadi perguruan nomor wahid di dunia persilatan. Kalau ia dianggap 'berbudi luhur dan berkepandaian tinggi serta berpengaruh', tak ada orang yang menganggapnya aneh.
Taogen Xian berkata dengan lantang, "Apakah kepala Biara Shaolin Fang Zheng termasuk orang yang berbudi luhur dan berkepandaian tinggi serta berpengaruh?" Ribuan orang serentak menjawab, "Termasuk!" Taogen Xian berkata, "Baiklah, berarti semua orang setuju. Dibandingkan dengan kami Taogu Liuxian, dukungan orang banyak kepada Fang Zheng Dashi sedikit lebih banyak. Kalau begitu, kedudukan ketua Wuyue Pai ini dijabat saja oleh Fang Zheng Dashi".
Tak sedikit orang-orang Songshan dan Taishan Pai langsung berseru, "Omong kosong! Fang Zheng Dashi adalah ketua Biara Shaolin, apa hubungannya dengan Wuyue Pai kita?"
Taozhi Xian berkata, "Barusan ini si kakek Taois ini berkata hendak minta seorang jago yang berbudi luhur dan berkepandaian tinggi serta berpengaruh untuk menjadi ketua, maka kucarikan orang seperti itu untuknya. Apakah Fang Zheng Dashi tidak berbudi luhur dan berkepandaian tinggi? Apakah beliau tak berpengaruh? Dan apakah beliau bukan seorang jago? Tapi kalian malah menentangnya. Apakah Fang Zheng Dashi tidak berbudi luhur dan berkepandaian tinggi, sama sekali tak punya pengaruh dan seorang junior yang rendah kedudukannya? Benar-benar tak masuk akal! Siapapun yang berani berkata demikian dan tak mengkehendaki beliau menjadi ketua, harus bertarung sampai mati dengan kami Taogu Liuxian".
Taogan Xian berkata, "Fang Zheng Dashi sudah menjabat ketua selama belasan tahun, kalau ia bisa menjadi ketua Biara Shaolin, kenapa ia tak bisa menjadi ketua Wuyue Pai? Memangnya sekarang Wuyue Pai telah mengungguli Biara Shaolin? Siapa orang gila yang berani berkata bahwa Fang Zheng Dashi tak pantas menduduki jabatan ketua?" Yuji Zi dari Taishan Pai berkata sambil mengerutkan keningnya, "Fang Zheng Dashi berbudi luhur dan terhormat, semua orang menghormatinya, akan tetapi hari ini kita sedang memilih ketua Wuyue Pai. Fang Zheng Dashi adalah seorang tamu kehormatan, mana bisa kita menyeret beliau ke dalam urusan kita?"
Taogan Xian berkata, "Menurutmu Fang Zheng Dashi tak dapat menduduki jabatan ketua karena Biara Shaolin tak ada hubungannya dengan Wuyue Pai". Yuji Zi berkata, "Tepat sekali". Taogan Xian berkata, "Kenapa Biara Shaolin tak ada hubungannya dengan Wuyue Pai? Menurutku hubungan diantara mereka sangat erat! Wuyue Pai terdiri dari lima perguruan apa saja?" Yuji Zi berkata, "Tuan sudah tahu dengan jelas. Wuyue Pai terdiri atas Songshan, Taishan, Huashan, Heng Shan dan Hengshan Pai".
Taohua Xian dan Taoshi Xian serentak berseru, "Salah, salah!" Barusan ini Tuan Zuo berkata bahwa setelah peleburan perguruan, nama Songshan, Taishan Pai dan lain-lain sudah hilang, kenapa kau malah menyebut nama kelima perguruan itu?" Taoye Xian berkata, "Hal ini menunjukkan bahwa ia masih terus mengingat perguruan asalnya, ia cinta mati pada perguruannya dan begitu ada kesempatan akan membangkitkannya lagi. Ia hendak menghancurkan perguruan-perguruan lain dan mendirikan nama besar Taishan Pai kembali".
Tak sedikit diantara para hadirin tergelak, pikir mereka, "Taogu Liuxian ini sepertinya sinting, tapi begitu seseorang salah bicara sedikit saja, mereka langsung menjeratnya dan tak melepaskannya lagi". Mereka mana tahu bahwa Taogou Liuxian bisa berdebat tanpa henti sampai dua atau tiga tahun lamanya, dan selama puluhan tahun sudah berpengalaman mendebat saudara mereka yang salah bicara. Terlebih lagi keenam otak mereka ikut bekerja sama, keenam mulut mereka sama-sama berbicara, orang lain mana bisa menandingi mereka enam bersaudara?
Wajah Yuji Zi menghitam, lalu memerah, ia berkata, "Sungguh sial Wuyue Pai punya orang-orang aneh seperti kalian ini".
Taohua Xian berkata, "Kau berkata bahwa Wuyue Pai itu sial, itu berarti kau memandang rendah Wuyue Pai, dan tak mau menjadi anggota Wuyue Pai". Taoshi Xian berkata, "Wuyue Pai kita baru berdiri sehari, tapi kau langsung mengutuknya, berkata bahwa Wuyue Pai itu sial. Di kemudian hari, Wuyue Pai akan berkembang pesat dan berjaya di dunia persilatan, sejajar dengan Shaolin dan Wudang, dan menjadi perguruan besar yang dikagumi semua orang. Pendeta Yuji, kenapa kau bermaksud jelek dan mengucapkan perkataan yang membawa sial seperti itu?" Taoye Xian berkata, "Jelas terlihat bahwa walaupun Pendeta Yuji anggota Wuyue Pai, namun hatinya masih berada di Taishan Pai, ia berharap agar peleburan Wuyue Pai gagal dan Wuyue Pai langsung tumbang di hari pertama. Kalau ia bermaksud seperti itu, bagaimana kita dapat tetap membiarkannya menjadi anggota Wuyue Pai?"
Para pesilat, yang sehari-hari hidup bersama ujung pedang yang berlumuran darah, sangat menabukan perkataan yang membawa kesialan. Semua yang mendengar perkataan Taogu Liuxian menganggap bahwa perkataan mereka itu masuk akal, pada hari baik ini Yuji Zi telah berkata bahwa Wuyue Pai sial, perkataan itu seharusnya tak boleh diucapkan olehnya. Bahkan Zuo Lengchan juga diam-diam tak menyukai perkataan itu. Yuji Zi sadar bahwa ia telah salah bicara, maka ia diam tak bersuara, namun diam-diam memendam amarah.
Taogan Xian berkata, "Menurut pemdapatku Shaolin ada hubungannya dengan Songshan, tapi menurut Pendeta Yuji tidak ada. Sebenarnya diantara keduanya ada hubungannya atau tidak? Yang benar dia atau aku?" Dengan gusar Pendeta Yuji berkata, "Kalau kau suka mengatakan bahwa keduanya berhubungan, terserah saja". Taogan Xian berkata, "Hah, segala sesuatu di dunia ini ada alasannya. Biara Shaolin berada di gunung apa? Songshan Pai juga berada di gunung apa?" Taohua Xian berkata, "Biara Shaolin terletak di Gunung Shaoshi, sedangkan Songshan Pai terletak di Gunung Taishi, Shaoshi dan Taishi dua-duanya termasuk Songshan, benar tidak? Kenapa kau mengatakan bahwa Shaolin dan Songshan tak ada hubungannya?" Perkataan ini memang sungguh masuk akal sehingga begitu mendengarnya para hadirin mengangguk-angguk.
Taozhi Xian berkata, "Barusan ini Tuan Yue berkata bahwa peleburan perguruan akan dapat mengurangi pertentangan diantara berbagai perguruan, maka ia menyetujui peleburan kelima perguruan itu. Ia juga berkata bahwa setiap perguruan dapat memilih perguruan lain yang serupa ilmu silatnya, atau yang letaknya berdekatan, dan saling bergabung. Kalau bicara tetang perguruan yang letaknya berdekatan, tak ada yang lebih dekat daripada Shaolin dan Songshan. Kedua perguruan itu terletak di gunung yang sama. Kalau Biara Shaolin dan Songshan Pai tak bergabung, itu berarti bahwa perkataan Tuan Yue itu agak......agak......seperti membuang semacam angin".
Ketika para hadirin mendengar mereka menahan kata 'kentut' itu, mereka tertawa terpingkal-pingkal, dalam hati mereka merasa bahwa pengabungan Biara Shaolin dan Songshan Pai itu terlalu mustahil, namun perkataan Taozhi Xian itu memang masuk akal dan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Yue Buqun sebelumnya. Diam-diam Linghu Chong merasa heran, "Taogu Liuxian memang pintar menirukan perkataan orang, namun aku tak menduga mereka dapat berbicara seperti ini. Entah siapa yang memberi mereka petunjuk?"
Taogan Xian berkata, "Fang Zheng Dashi didukung orang banyak, tadinya kami hendak minta beliau untuk menjadi ketua Wuyue Pai. Namun ada orang yang berkata bahwa Fang Zheng Dashi bukan anggota Wuyue Pai. Kalau Biara Shaolin dan Wuyue Pai bergabung menjadi sebuah 'Shaolin Wuyue Pai' barulah Fang Zheng Dashi dapat menduduki jabatan ketua". Taogen Xian berkata, "Tepat sekali. Di dunia saat ini tak ada orang yang lebih layak untuk menduduki jabatan itu dibandingkan dengan Fang Zheng Dashi. Kami Taogu Liuxian tunduk pada Fang Zheng Dashi, apakah ada orang yang tak tunduk pada beliau?"
Taohua Xian berkata, "Kalau ada orang yang tak setuju, tak ada jeleknya kalau kalian maju ke depan dan menjajal kekuatan kami Taogu Liuxian. Kalau kalian bisa mengalahkan Taogu Liuxian, tak ada jeleknya kalau kalian menjajal kepandaian Fang Zheng Dashi. Kalau kalian bisa mengalahkan Fang Zheng Dashi, silahkan menjajal kepandaian para biksu dan jago-jago dari Aula Damo, Aula Lohan, Halaman Jielu dan Paviliun Cangge di Shaolin. Kalau kalian bisa mengalahkan para biksu dan jago-jago dari Aula Damo, Aula Lohan, Halaman Jielu dan Paviliun Cangge di Shaolin, silahkan menjajal kepandaian Pendeta Chong Xu dari Wudang Pai......" Taoshi Xian berkata, "Kakak kelima, kenapa harus menjajal kepandaian Pendeta Chong Xu dari Wudang?" Taohua Xian berkata, "Ketua Shaolin dan Wudang adalah sahabat senasib sepenanggungan. Kalau ada orang yang mengalahkan Fang Zheng Dashi, bagaimana Pendeta Chong Xu dapat hanya berpangku tangan?" Taoye Xian berkata, "Benar sekali. Sama sekali tak salah. Kalau kalian dapat mengalahkan Chong Xu Daozhang dari Wudang, barulah kalian menjajal kepandaian kami Taogu Liuxian".
Taogen Xian berkata, "Ai, mereka sudah pernah menjajal kepandaian Taogu Liuxian, untuk apa kita harus bertarung lagi?" Taoye Xian berkata, "Saat pertama bertarung kita kalah, tapi Taogu Liuxian masa sudi mengaku kalah? Tentu saja kita harus mengebuk haram jadah bau itu sampai mati".
Ketika para hadirin mendengarnya, mereka tertawa terbahak-bahak, ada yang berseru heran, dan ada juga yang mencibir.
Yuji Zi murka, ia tak dapat menahan dirinya lagi dan melompat maju, sambil menekan gagang pedang, ia berkata, "Enam orang aneh dari lembah persik, Yuji Zi tak sudi tunduk, aku ingin menjajal kepandaian kalian". Taogen Xian berkata, "Kita semua anggota Wuyue Pai, kalau kita bertarung, bukankah kita saudara seperguruan akan saling membantai?" Yuji Zi berkata, "Kalian terlalu banyak mengoceh sampai dewa dan setanpun muak mendengarnya. Kalau Wuyue Pai kehilangan kalian berenam, kita semua akan merasa senang dan tenang". Taogan Xian berkata, "Baiklah. Tanganmu menekan gagang pedang, kau bermaksud membunuh, apakah kau tinggal menghunus pedang, lalu wus, wus, wus, wus, wus, wus, dan lantas bisa memotong kepala kami berenam?" Yuji Zi mendengus, diam-diam membenarkan perkataan mereka, nafsu membunuh dalam pandangan matanya makin kentara. Taogen Xian berkata, "Hari ini kelima perguruan kita bergabung, namun kalau pada hari pertama saja kalian cabang Taishan dari Wuyue Pai membunuh kami enam jago cabang Hengshan, bagaimana setelah ini Wuyue Pai dapat bahu membahu dan bersatu padu?"
Yuji Zi berpikir bahwa perkataan itu benar, kalau hari ini ia membunuh keenam orang itu, jangan-jangan setelah ini akan timbul pertentangan tanpa henti, dari Hengshan Pai pasti akan ada orang yang akan membalaskan dendam enam bersaudara itu, maka ia segera menahan amarahnya dan berkata, "Kalau kalian sudah tahu bahwa kita harus bahu membahu dan bersatu padu, maka kalian harus menghentikan omong kosong yang menghalangi urusan penting kita ini". Ia menarik pedang keluar dari sarungnya sampai satu chi lebih, lalu, "Sret!", ia kembali memasukannya.
Taoye Xian berkata, "Kalau perkataan yang ada gunanya untuk mengembangkan Wuyue Pai dan berfaedah bagi semua kawan-kawan seperjuangan di dunia persilatan bagaimana?" Yuji Zi tertawa dingin dan berkata, "Hah, kurasa kalian tak bisa mengucapkan perkataan-perkataan seperti itu!" Taohua Xian berkata, "Bukankah masalah siapa yang akan menjadi ketua Wuyue Pai erat hubungannya dengan masa depan perguruan kita dan kawan-kawan sealiran di dunia persilatan? Kami berenam menyarankan untuk memilih seorang jago senior yang didukung orang banyak untuk menjadi ketua, tapi kau malah mementingkan dirimu sendiri dan ingin memilih orang yang memberimu tiga ribu tahil emas dan empat perempuan cantik sebagai ketua". Yuji Zi murka, bentaknya, "Omong kosong! Siapa bilang ada orang yang memberiku tiga ribu tahil emas dan empat perempuan cantik?" Taohua Xian berkata, "Hmm, aku salah mengatakan jumlahnya, bukan tiga ribu tahil, tapi pasti empat ribu tahil. Bukan empat perempuan cantik, tapi kalau tidak tiga orang, pasti lima orang. Siapa yang memberikannya kepadamu, masa kau tak tahu? Siapa yang hendak kau pilih sebagai ketua, dialah pemberinya".
"Sret!", Yuji Zi menghunus pedangnya seraya membentak, "Kau masih bicara sembarangan, akan kutumpahkan darah kalian disini!"
Taohua Xian tertawa terkekeh-kekeh, membusungkan dadanya dan melangkah menghampirinya, lalu berkata, "Kau dengan menggunakan tipu muslihat rendah telah membunuh ketua Taishan Pai Pendeta Tianmen, apa kau masih ingin membunuh orang lagi? Kau telah menumpahkan darah Pendeta Tianmen dan mencelakai kawan-kawanmu sendiri, kau memang pandai mencelakai orang. Saat ini kau dan aku adalah saudara seperguruan, ayo jajal kepandaianku". Sambil berbicara ia maju selangkah demi selangkah ke arah Yuji Zi.
Yuji Zi mengacungkan pedangnya seraya membentak, "Berhenti, kalau kau maju selangkah lagi aku tak akan bersikap sopan". Taohua Xian berkata sembari tertawa, "Memangnya sekarang kau bersikap sopan padaku? Puncak Songshan ini bukan milik pribadimu, aku mau melangkah ke mana, ke timur atau ke barat, apa urusanmu?" Sambil berbicara ia melangkah ke depan beberapa langkah, sehingga ia hanya terpisah beberapa chi dari Yuji Zi.
Ketika Yuji Zi memandang wajah kudanya yang buruk, dan gigi kuningnya yang nampak ketika ia menyeringai, ia merasa amat muak, ia mengangkat pedangnya, "Wus!", dan menusuk dada Taohua Xian.
Taohua Xian cepat-cepat menghindar seraya memaki, "Bandit bau, kau benar-benar......benar-benar menyerang!" Yuji Zi telah menguasai intisari ilmu pedang Taishan Pai, begitu tusukan pertama tiba, tusukan kedua segera menyusul, gerakan pedangnya amat sebat. Selagi Taohua Xian berbicara, ia telah menghindari empat tusukan pedangnya.
Namun gerakan pedang Yuji Zi makin lama makin cepat, sedangkan tangan dan kaki Taohua Xian sibuk bergerak dengan serabutan, "Wah, wah!", teriaknya, ia hendak mencabut toya besi pendek yang tergantung di pinggangnya, namun tangannya terlalu lambat. Sinar pedang berkilauan, "Sret!", bahu kiri Taohua Xian terkena tikaman. Tepat pada saat itu, pedang Yuji Zi terlepas dari tangannya dan tubuhnya melayang di udara, ternyata sepasang tangan dan kakinya telah dipegang oleh Taogen, Taogan, Taozhi dan Taoye Xian berempat. Kali ini perubahan gerakan mereka amat sebat, bagai elang yang mencengkeram seekor kelinci. Namun terlihat sesosok bayangan kuning berkelebat, sinar pedang berkilauan, ada seseorang yang membacok ke kepala Taogen Xian. Taoshi Xian telah berada di samping untuk melindungi mereka dan mengangsurkan toya besi pendeknya untuk menangkis serangan. Orang itu kembali menikam dada Taogen Xian. Taohua Xian mencabut toya besinya dan menangkis serangan itu, ketika ia melihat orang itu, ternyata ia adalah ketua Songshan Pai, Zuo Lengchan.
Zuo Lengchan tahu bahwa walaupun Taogu Liuxian bicaranya kacau balau, namun kepandaian mereka benar-benar tinggi, beberapa tahun yang silam mereka pernah mencabik Cheng Buyou, jago Faksi Pedang yang dikirimnya ke puncak Huashan, begitu melihat Yuji Zi ditangkap oleh enam bersaudara itu, ia tahu bahwa kalau terlambat sedikit saja, Yuji Zi akan dicabik-cabik oleh mereka. Sebenarnya sebagai tuan rumah ia tak pantas sembarangan turun tangan, namun keadaan amat genting sehingga ia terpaksa menghunus pedang untuk menyelamatkannya. Ia menyerang Taozhi dan Taogen Xian dua kali dengan maksud agar mereka berdua melepaskan pegangan mereka dan mundur, namun koordinasi diantara Taogu Liuxian amat mulus dan sempurna, begitu empat orang diantara mereka menangkap musuh, dua orang sisanya berjaga di samping untuk melindungi mereka. Dua serangan Zuo Lengchan ini hebat dan aneh, gerakannya sebat dan kuat, namun masih bisa ditangkis oleh Taoshi Xian dan Taohua Xian. Saat itu hidup Yuji Zi berada di ujung tanduk, saat serangannya ditangkis oleh Taoshi dan Taohua Xian, Zuo Lengchan tahu bahwa ia harus memaksa kedua orang itu mundur dalam enam jurus, kalau sampai lebih dari enam jurus, Yuji Zi sudah akan dicabik-cabik. Pedangnya segera bergerak melingkar, sinarnya berkilauan.
Terdengar Yuji Zi menjerit keras-keras, kepalanya terjatuh ke lantai. Taogen dan Taozhi Xian masing-masing memegang sepotong tangan, Taogan Xian mengenggam sepotong kaki, hanya Taoye Xian yang masih memegang kaki yang masih menempel di tubuh Yuji Zi. Rupanya Zuo Lengchan sadar bahwa ia tak dapat memaksa Taogu Liuxian untuk melepaskan tangan mereka dalam sekejap, maka ia dengan cepat mengambil keputusan untuk memotong kedua tangan dan telapak kaki Yuji Zi sehingga Taogu Liuxian tak bisa mencabiknya. Ini seperti seseorang yang tangannya digigit ular berbisa lalu memotong tangannya sendiri supaya tak mati keracunan. Setelah memotong ketiga anggota tubuh Yuji Zi, ia merasa bahwa Taogu Liuxian pasti tak akan membuat susah orang cacat ini lagi, maka seraya tertawa sinis, iapun mundur.
Tao Zhixian berkata, "Eh, Zuo Lengchan, kau memberinya emas dan wanita cantik supaya dia membantumu terpilih sebagai ketua, kenapa kau malah memotong tangan dan kakinya? Apa kau ingin menghilangkan saksi mata?" Taogen Xian berkata, "Ia takut kita akan mencabiknya menjadi empat potong, oleh karena itu ia turun tangan membantunya, akan tetapi ia salah sangka". Taoshi Xian berkata, "Ia mengira dirinya pintar, sungguh sayang, lucu sekali. Kami menangkap Yuji Zi hanya karena ingin bergurau dengannya. Hari ini adalah hari baik pendirian Wuyue Pai, siapa yang berani sembarangan membunuh orang?" Taohua Xian berkata, "Yuji Zi benar-benar ingin membunuhku, namun kami selalu mengingat persahabatan diantara sesama saudara seperguruan, mana mungkin kami membunuhnya? Walaupun dia tak punya belas kasihan, kami tak dapat tak bersikap ksatria". Taogan Xian berkata, "Kami cuma ingin melemparkannya ke udara, lalu kembali menangkapnya sebelum ia terjatuh, kami sesama saudara seperguruan hanya bersenda gurau saja! Tapi Zuo Lengchan bertindak dengan begitu semberono dan kasar, otaknya pasti sedang bingung".
Taoye Xian menyeret satu-satunya kaki Yuji Zi yang masih tersisa, tubuhnya bersimbah darah pendeta itu, ia melangkah ke hadapan Zuo Lengchan, lalu melepaskan kaki itu, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berkata, "Zuo Lengchan, kau terlalu kejam, bagaimana kau bisa mencelakai Yuji Zi sampai seperti begini? Ia telah kehilangan sepasang tangan, tinggal punya satu kaki saja, setelah ini ia akan jadi orang macam apa?"
Dengan amarah yang memenuhi dada, Zuo Lengchan berpikir, "Barusan ini kalau aku terlambat sedikit saja, Yuji Zi sudah dicabik menjadi empat potong, ia mana bisa masih hidup? Tapi sekarang kalian malah bicara sembarangan seperti itu. Akan tetapi sekarang aku tak punya dasar untuk membela diri".
Taogen Xian berkata, "Kalau Zuo Lengchan ingin membunuh Yuji Zi, ia tinggal menikamnya saja sampai mati dan semuanya akan beres, tapi memotong sepasang tangan dan kakinya sehingga ia hidup segan matipun tak mau, benar-benar sangat kejam, boleh dibilang bahwa ia sama sekali tak punya belas kasihan". Taogan Xian berkata, "Kita semua sama-sama saudara seperguruan Wuyue Pai, apapun masalah yang timbul diantara kita, dapat dibicarakan perlahan-lahan, kenapa harus bertindak dengan begitu kejam? Sama sekali tak punya rasa setia kawan".
Si Tapak Pengusung Pagoda Ding Mian berkata dengan lantang, "Kalian enam orang aneh sering mencabik-cabik orang menjadi empat potong. Ketua Zuo menolong Yuji Zi demi rasa setia kawan, tapi kalian malah mengoceh tak keruan".
Taozhi Xian berkata, "Kami jelas-jelas hanya bergurau dengan Yuji Zi, tapi Zuo Lengchan menganggapnya sungguhan, ia tak bisa membedakan kelakar dengan pertarungan sungguhan, sangat tak bijaksana". Taoye Xian berkata, "Seorang lelaki sejati, berani berbuat berani menanggung akibatnya. Kau sudah terlanjur mencelakai Yuji Zi, maka kau harus mengakui perbuatanmu. Tapi kau malah mengelak dan berusaha mengingkarinya, kau sama sekali tak punya nyali. Di puncak Songshan ini, kau telah memotong tangan dan kaki Yuji Zi di depan mata dan kepala ribuan orang gagah tapi tak nyana kau masih mengingkarinya". Taohua Xian berkata, "Tak punya belas kasihan, tak punya rasa setia kawan, tak bijak dan tak punya nyali. Jabatan ketua Wuyue Pai mana bisa diserahkan kepada orang semacam ini? Zuo Lengchan, kau hanya mimpi di siang bolong". Seraya berbicara keenam bersaudara itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sebenarnya kalau Zuo Lengchan tak menggunakan ilmu pedangnya yang hebat untuk memotong kaki dan tangan Yuji Zi, tak sampai satu shichen saja, pendeta ketua Taishan Pai itu sudah akan tercabik menjadi empat potong. Para jago kelas satu yang berada di sisi Panggung Fengshan dapat melihat hal itu, mereka diam-diam memuji kehebatan ilmu pedang Zuo Lengchan, dan kecepatan reaksinya dalam menghadapi keadaan genting. Namun karena Taogu Liuxian menyangkalnya dengan sengit, orang lain sukar memperdebatkannya. Orang yang tahu bahwa Zuo Lengchan dituduh secara tak adil, diam-diam tertawa; orang yang tak mengerti duduk perkaranya menganggap tindakan Zuo Lengchan itu terlalu semberono dan kejam, di wajah mereka nampak rasa tak puas.
* * *
Linghu Chong sudah lama bergaul dengan Taogu Liuxian dan amat kenal dengan sifat mereka, ia berpikir, "Hari ini setiap perkataan Zuo Lengchan dengan telak mengenai kelemahan Zuo Lengchan. Bagaimana otak mereka bisa tiba-tiba pintar begitu? Kemungkinan besar ada orang yang diam-diam memberi mereka petunjuk". Ia perlahan-lahan mendekati Taogu Liuxian, ia ingin melihat dimana orang pandai itu bersembunyi. Namun ia melihat bahwa Taogu Liuxian sedang bergerombol dan di sisi mereka sama sekali tak ada orang lain. Kelima bersaudara itu sedang berusaha secepatnya menghentikan pendarahan di bahu Taohua Xian. Linghu Chong berpaling dan memandang ke segala penjuru, sekonyong-sekonyong di telinganya terdengar sebuah suara yang sangat lirih bagai dengingan nyamuk, "Chong Ge, apa kau sedang mencariku?"
Linghu Chong terkejut sekaligus girang, walaupun suara itu amat lirih, namun terdengar dengan jelas, itulah suara Yingying. Ia sedikit menelengkan kepala ke arah asal suara itu dan melihat seorang lelaki berperawakan gemuk dan bercambang ikal sedang bersandar di sebongkah batu besar, lelaki itu sedang dengan kemalas-malasan mengaruk-garuk kepalanya. Di puncak Songshan ini lelaki bertubuh besar dan bercambang ikal seperti ini paling sedikit ada seratus atau dua ratus orang, sehingga tak ada orang yang memperhatikan mereka. Linghu Chong memandanginya dengan penuh perhatian, tiba-tiba dari sinar mata lelaki bertubuh besar itu muncul sekilas senyum licik namun menawan. Ia amat girang dan berjalan menghampirinya.
Yingying mengirimkan suaranya kepadanya dan berkata, "Jangan kesini, nanti rahasia akan terbongkar". Suaranya ini bagai sehelai benang sutra, masuk ke telinganya dari kejauhan. Linghu Chong segera berhenti melangkah, pikirnya, "Aku tak tahu kau ternyata punya kungfu memindahkan suara, tentunya ini adalah ilmu yang diturunkan oleh ayahmu". Seketika itu juga ia sadar, "Perkataan Taogu Liuxian itu tentunya ajaranmu, pantas saja keenam orang dungu itu bisa berbicara tentang tak punya belas kasihan, tak punya rasa setia kawan, tak bijak dan tak punya nyali segala". Hatinya girang dan ia tak kuasa menahan rasa girangnya itu, dengan lantang ia berkata, "Perkataan Tujuh Dewa Lembah Persik memang sangat masuk akal. Tadinya aku mengira Taogu Liuxian hanya terdiri dari enam orang, namun ternyata masih ada seorang Dewi Kelopak Bunga yang cerdas dan jelita lagi!"
Ketika para hadirin mendengar Linghu Chong sekonyong-konyong berbicara, tapi perkataannya tak jelas artinya, mereka tercengang.
Yingying mengirimkan suaranya, "Ini adalah saat yang genting, kau adalah ketua Hengshan Pai, jangan bicara sembarangan. Saat ini Zuo Lengchan sedang terjepit, ini adalah kesempatan yang baik bagimu untuk menjadi ketua Wuyue Pai".
Hati Linghu Chong terkesiap, ia berkata dalam hati, "Yingying menyamar untuk datang ke Songshan, ternyata ia melakukannya untuk membantuku menjadi ketua Wuyue Pai. Dia adalah putri ketua Riyue Shenjiao, musuh bebuyutan orang-orang aliran lurus yang berada disini, kalau ia sampai dikenali orang, keadaannya akan sangat berbahaya. Ia rela menempuh bahaya, dengan sepenuh hati membantuku mendirikan jasa besar di dunia persilatan dan mendapatkan nama besar, cintanya kepadaku begitu mendalam, aku......aku......aku benar-benar tak tahu bagaimana aku dapat membalasnya".
Terdengar Taogen Xian berkata, "Kalian tak menghendaki Fang Zheng Dashi, seorang jago sepuh, menjadi ketua Wuyue Pai. Tangan dan kaki Yuji Zi telah buntung, sedangkan Zuo Lengchan tak punya belas kasihan dan rasa setia kawan, tentu saja mereka tak bisa menjadi ketua. Kami ingin memilih seorang ksatria muda yang ilmu pedangnya nomor satu di dunia saat ini untuk menjadi ketua Wuyue Pai. Kalau ada yang tak setuju, tak ada jeleknya kalau yang bersangkutan minta petunjuk tentang ilmu pedang dari beliau". Ketika berbicara sampai disini, ia membuka telapak tangan kirinya dan melambaikannya ke arah Linghu Chong.
Taogan Xian berkata, "Linghu Saoxia ini adalah ketua Hengshan Pai, hubungannya dengan Tuan Yue dari Huashan Pai sangat erat, ia juga berteman baik dengan Tuan Mo Da dari Heng Shan Pai. Diantara Wuyue Jianpai, tiga perguruan sudah pasti akan mendukungnya". Taozhi Xian berkata, "Tak semua anggota Taishan Pai adalah hutuchong[1], pasti lebih banyak yang mendukung daripada yang menentangnya". Taoye Xian berkata, "Semua orang di Wuyue Pai menggunakan pedang, oleh karena itu mereka sebelumnya disebut Wuyue Jianpai, dan oleh karena itu juga, siapa yang ilmu pedangnya paling tinggi, ia yiding[1] lisuo dangran[2] akan buke bujie menduduki jabatan ketua". Ia mengucapkan perkataan lisuo dangran, dan terlebih lagi 'buke bujie' karena ia tak mengerti maksud perkataan itu.
Sebelumnya Taoye Xian berpikir, "Murid Lisuo Dangran Buke Bujie nama agamanya seharusnya apa, ya?" Walaupun Taogen Xian berkata bahwa bagian depan namanya tak bisa ditambahi lagi, namun bagian belakangnya bisa, maka ia menyarankan supaya namanya menjadi 'Lisuo Dangran Buke Bujie Zhizhi'. Akan tetapi walaupun Taogen Xian berbicara dengan sangat logis, namun ia merasa bahwa nama itu masih jauh dari sempurna. Barusan ini ia mendapat ide cemerlang, maka ia langsung menyebut nama 'Lisuo Dangran Buke Bujie' dengan menambahkan kata 'Yiding' di depannya, maka mau tak mau ia merasa sangat puas diri.
Sambil menekan luka di bahunya, Taohua Xian berkata, "Zuo Lengchan, kalau kau tak setuju, tak ada jeleknya kalau kau beradu pedang dengan Linghu Saoxia. Siapa yang menang, dialah yang akan menjadi ketua Wuyue Pai. Ini namanya merebut jabatan lewat adu pedang!"
Para hadirin yang datang ke Songshan, selain para anggota Wuyue Jianpai dan orang-orang luar yang sengaja datang seperti Fang Zheng Dashi dan Pendeta Chong Xu, bertujuan ingin menyaksikan keramaian. Saat ini semua sudah tahu bahwa peleburan kelima perguruan adalah suatu keniscayaan, yang masih harus diperebutkan adalah jabatan ketuanya. Yang paling ditakuti oleh para pendekar dunia persilatan ini adalah perdebatan yang diwarnai pidato yang panjang-panjang. Ketika barusan ini Taogu Liuxian berdebat dengan Zuo Lengchan, karena perkataan mereka jenaka, para pendekar itu menyukainya, akan tetapi kalau semua seperti Yue Buqun yang selalu membicarakan budi dan moralitas, dan bicaranya tak selesai-selesai sampai matahari terbenam, mereka bosan setengah mati. Oleh karena itu, begitu para hadirin mendengar Taohua Xian berkata "merebut jabatan lewat adu pedang", mereka langsung bersorak sorai dengan gegap gempita. Di puncak gunung, para pendekar telah menyaksikan Pendeta Tianmen bunuh diri karena didesak musuh, dan Zuo Lengchan mengutungi tiga anggota tubuh orang dengan pedangnya, kedua peristiwa ini membuat pikiran mereka terguncang, bahkan boleh dibilang bahwa mereka ketakutan. Akan tetapi kalau para jago Wuyue Pai akan bertarung dengan sengit untuk memperebutkan jabatan ketua, keadaan akan menjadi sangat seru dan mereka akan dapat memuaskan nafsu mereka. Oleh karena itu mereka bertepuk tangan dan bersorak sorai, mereka benar-benar merasa antusias.
Linghu Chong berpikir, "Aku telah berjanji pada Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang untuk mencegah Zuo Lengchan menjadi ketua Wuyue Pai supaya ia tak menimbulkan bencana di dunia persilatan. Tapi kalau shifu menjadi ketua, beliau akan bersikap adil, maka semua orang tentu akan menerimanya. Selain beliau, di Wuyue Jianpai siapa lagi yang pantas memikul tanggung jawab yang berat ini?" Dengan suara lantang ia berkata, "Di depan mata kita ada seorang qianbei yang sangat pantas, kenapa kita semua melupakannya? Kalau si Pedang Budiman Tuan Yue tidak menjadi ketua Wuyue Pai, dimana lagi kita bisa mencari orang yang pantas menjabatnya? Ilmu silat Tuan Yue tinggi, selain itu wawasannyapun luar biasa. Beliau selalu bersikap adil, semua orang mengetahuinya, kalau tidak bagaimana beliau bisa dijuluki si Pedang Budiman? Hengshan Pai kami memilih Tuan Yue sebagai ketua Wuyue Pai". Begitu ia mengucapkan perkataan itu, murid-murid Huashan bertepuk tangan dan bersorak sorai.
Seorang anggota Songshan Pai berkata, "Walaupun Tuan Yue cukup baik, namun kalau dibandingkan dengan Ketua Zuo ia masih kalah sedikit". Seseorang berkata, "Ketua Zuo adalah ketua perserikatan Wuyue Jianpai, lagipula ia telah menduduki jabatan itu selama bertahun-tahun, kalau sekarang beliau menduduki jabatan ketua Wuyue Pai, hal ini adalah memang sudah sepantasnya. Untuk apa memilih orang lain?" Seseorang lain berkata, "Menurut pendapatku, jabatan ketua perserikatan dapat dijabat oleh Ketua Zuo, sedangkan keempat orang lainnya dapat menjadi wakilnya, yaitu Tuan Yue, Tuan Mo Da, Linghu Saoxia dan Pendeta Yu......Yu......Yuqing Zi atau Yuyin Zi. Hal ini sangatlah pantas".
Taozhi Xian berseru, "Yuji Zi kan belum mati? Ia cuma kehilangan kedua tangan dan satu kaki, apa kalian sudah tak mengkehendakinya?"
Taoye Xian berseru, "Adu pedang untuk merebut jabatan ketua! Adu pedang untuk merebut jabatan ketua! Siapa yang ilmu silatnya paling tinggi akan jadi ketua!"
Ribuan orang dunia persilatan ikut berseru-seru, "Benar, benar! Adu pedang untuk merebut jabatan ketua!"
Linghu Chong berpikir, "Melihat keadaan hari ini, kita harus mengulingkan Zuo Lengchan dahulu dan memupuskan harapan Songshan Pai, kalau tidak shifuku selamanya tak akan dapat menjadi ketua Wuyue Pai". Seketika itu juga, ia menghunus pedang seraya berseru, "Tuan Zuo, semua pendekar di kolong langit ini berada disini, dan semuanya ingin agar kita beradu pedang untuk memperebutkan jabatan ketua. Caixia dan kau akan bertanding dahulu untuk membuka jalan, bertukar beberapa jurus, bagaimana?" Ia diam-diam berpikir, "Kekuatan Yinhan Zhang Zuo Lengchan amat lihai, sedangkan kepandaian silat tangan kosongku dibandingkan dengannya bagai bumi dan langit, namun dalam ilmu pedang aku pasti tak akan kalah darinya. Setelah berhasil mengalahkan Zuo Lengchan, aku akan mengalah kepada shifu, siapapun juga tak akan bisa bicara apa-apa. Kalaupun Tuan Mo Da ingin ikut bertanding, ia belum tentu dapat mengalahkan shifu. Kedua jago Taishan Pai yang satu tewas dan yang satunya lagi terluka, tak mungkin ada jago lain yang tersisa. Kalaupun ilmu pedangku tak dapat menandingi Zuo Lengchan, tapi aku kalah setelah ribuan jurus dilancarkan, setelah tenaga dalamnya terkuras dan shifu bertanding dengannya, shifu akan punya lebih banyak harapan untuk menang". Pedangnya menebas di tempat kosong dua kali, lalu ia berkata, "Tuan Zuo, kita murid-murid Wuyue Jianpai semua menggunakan pedang, biarlah pedang menentukan siapa yang kalah atau menang". Ia terlebih dahulu berkata demikian untuk menyumpal mulut Zuo Lengchan, supaya ia tak berkata hendak beradu ilmu silat tangan kosong atau ilmu telapak.
Para hadirin berseru-seru, "Linghu Saoxia benar, biarlah pedang menentukan siapa yang kalah atau menang". "Yang menang menjadi ketua, yang kalah mendengar perintah, hal ini sangat adil dan baik". "Tuan Zuo, ayo adu pedang. Memangnya kenapa, kau takut kalah, ya?" "Bicara terus seharian, apa gunanya? Ayo mulai bertarung!"
Di puncak Songshan, teriakan para pendekar makin lama makin nyaring, begitu banyak orang dan semuanya berteriak-teriak, bahkan orang-orang yang sudah berpengalaman dan biasanya hati-hati juga tak kuasa menahan diri untuk tak berseru-seru. Orang-orang ini adalah bala bantuan yang diundang Zuo Lengchan, siapa yang akan menjadi ketua Wuyue Pai, dan bagaimana caranya ia dipilih, sebenarnya sama sekali bukan urusan mereka. Mereka tak ingin ikut campur, akan tetapi pertandingan untuk merebut jabatan adalah tontonan yang sangat seru, dan mereka semua berharap agar dapat menyaksikan beberapa pertarungan yang mendebarkan. Mereka begitu berpengaruh sehingga tamu seakan mengantikan kedudukan tuan rumah, kalau tak ada adu pedang, siapa yang menduduki jabatan ketua ini tak dapat dipastikan.
Ketika Linghu Chong melihat para hadirin menyokong pendapatnya, hatinya amat girang, serunya, "Tuan Zuo, kalau kau tak bersedia bertanding pedang dengan caixia, tak ada jeleknya kalau kau menyatakan di depan umum bahwa kau tak akan mencalonkan diri sebagai ketua Wuyue Jianpai. Orang-orang lain silahkan adu pedang!"
Para pendekar berseru-seru dengan riuh rendah, "Adu pedang, adu pedang! Yang tak mau bertanding bukan orang gagah tapi pengecut!"
Di Songshan Pai tak sedikit orang yang tahu bahwa ilmu pedang Linghu Chong hebat, Zuo Lengchan belum tentu dapat mengunggulinya, tapi kalau mereka berkata bahwa ia tak bisa bertanding pedang dengan Linghu Chong, tak ada alasan yang masuk akal yang bisa mereka kemukakan untuk mendukung pernyataan itu, maka untuk sesaat mereka hanya bisa mengerutkan dahi dan diam tak bersuara.
Di tengah suara riuh rendah, terdengar sebuah suara yang jernih berkumandang, "Para pendekar semua sepakat, ingin agar kedudukan ketua Wuyue Pai ditentukan dengan adu pedang, kita tak bisa melawan kehendak publik". Orang yang berbicara ialah Yue Buqun.
Para pendekar berseru-seru, "Perkataan Tuan Yue tak salah, adu pedang untuk merebut jabatan ketua, adu pedang untuk merebut jabatan ketua!"
Yue Buqun berkata, "Adu pedang untuk memperebutkan jabatan ketua adalah salah satu cara, namun tujuan kita melebur kelima perguruan menjadi satu adalah untuk mengurangi pertentangan diantara berbagai perguruan, dengan harapan agar kawan-kawan sealiran dapat hidup dengan damai dan penuh rasa setia kawan, oleh karenanya dalam pertandingan ini menyentuh saja sudah cukup, siapapun yang menang atau kalah harus berhenti, tak boleh melukai atau membunuh lawan. Kalau tidak kita akan mengingkari tujuan peleburan perguruan kita itu".
Para hadirin mendengar bahwa perkataannya itu masuk akal, dan mereka semuapun menjadi tenang. Seorang lelaki bertubuh besar berkata, "Berhenti setelah dapat menyentuh lawan memang baik, akan tetapi pedang dan golok tak punya mata, jadi kalau ada yang terluka atau tewas, itu adalah karena nasib sial sendiri, siapa yang bisa dipersalahkan?" Seseorang lagi berkata, "Kalau takut luka atau mati, lebih baik sembunyi saja di rumah dan bikin anak, untuk apa memperebutkan jabatan ketua Wuyue Jianpai?" Para pendekar tertawa terbahak-bahak. Yue Buqun berkata, "Walaupun demikian, paling baik kalau kita tak mencederai rasa setia kawan. Caixia hanya mempunyai beberapa pandangan yang dangkal, mohon pertimbangan kalian semua".
Seseorang berkata, "Ayo cepat bertarung, untuk apa banyak bicara?" Seseorang lain berkata, "Jangan sembarangan berbuat onar, dengarkan dulu perkataan Tuan Yue". Orang yang sebelumnya berbicara berkata, "Siapa yang bikin onar? Pulang sana tanya adik kecilmu di rumah!" Di sudut itu mereka langsung saling memaki.
Yue Buqun berkata, "Setiap orang yang memenuhi syarat boleh ikut dalam pertandingan memperebutkan jabatan ketua, akan tetapi harus ada peraturannya......" Tenaga dalamnya melimpah, begitu berbicara, suaranya langsung menenggelamkan perkataan kotor orang-orang yang saling memaki itu, terdengar ia melanjutkan berbicara, "Pertandingan ini adalah untuk memperebutkan jabatan ketua Wuyue Pai, oleh karenanya orang yang bukan anggota Wuyue Pai, tak perduli apakah kepandaiannya setinggi langit, tak boleh merasa gatal untuk ikut bertanding. Kalau tidak, pertandingan ini akan menjadi pertandingan untuk menentukan siapa 'pendekar pedang nomor satu di kolong langit', tapi bukan untuk memilih ketua Wuyue Pai".
Para pendekar berkata, "Benar! Kalau bukan anggota Wuyue Pai tentu saja tak boleh ikut bertanding". Seseorang berkata, "Kita bertarung saja untuk memperebutkan gelar 'pendekar pedang nomor satu di kolong langit'!" Orang ini jelas hanya ingin membuat keributan, maka orang-orang lain tak ada yang menghiraukannya.
Yue Buqun berkata, "Mengenai bagaimana pertandingan ini dapat dilangsungkan tanpa melukai atau menewaskan lawan, dan tanpa mencederai rasa setia kawan, mohon pendapat Tuan Zuo".
Zuo Lengchan berkata, "Karena kita akan bertarung, tak melukai atau menewaskan lawan, dan tak mencederai rasa setia kawan sangatlah sulit. Entah apa pendapat Tuan Yue?"
Yue Buqun berkata, "Menurut pendapat caixia, paling baik kalau kita minta Fang Zheng Dashi, Chong Xu Daochang, Ketua Jie dari Gaibang, Kepala Kuil Yu dari Qingcheng Pai dan tokoh-tokoh lain yang berbudi luhur dan terhormat untuk menjadi wasit. Siapa yang menang atau kalah, biar mereka yang menentukannya, agar orang-orang yang bertanding tidak terus bertarung tanpa henti. Kita hanya menentukan siapa yang menang atau kalah, bukan siapa yang hidup atau mati".
Fang Zheng berkata, "Shancai, shancai! Perkataan 'hanya menentukan siapa yang menang atau kalah, bukan siapa yang hidup atau mati' ini akan mencegah pertumpahan darah, bagaimana menurut Tuan Zuo?"
Zuo Lengchan berkata, "Karena Dashi memikirkan kebaikan perguruan kami, tentu saja aku akan mematuhinya. Kelima perguruan asli dari Wuyue Jianpai masing-masing boleh mengirimkan seorang utusan untuk bertanding memperbutkan jabatan ketua. Kalau tidak, setiap perguruan akan mengirimkan ratusan orang, dan entah sampai berapa bulan atau tahun baru dapat diketahui hasilnya".
Para hadirin merasa bahwa kalau setiap perguruan hanya mengirim satu orang untuk bertarung, pertandingan akan kurang seru. Namun kalau setiap perguruan mengutus ketua mereka masing-masing, tak akan ada orang yang berani menantang mereka. Terdengar ratusan orang Songshan Pai berseru mendukung ucapan ketuanya, maka orang-orang lain tak ada yang menentangnya.
Taozhi Xian mendadak berkata, "Ketua Taishan Pai ialah Yuji Zi, apa hidung kerbau yang tangan dan kakinya buntung ini akan ikut bertanding memperebutkan jabatan ketua?" Taoye Xian berkata, "Kalau tangan dan kakinya buntung, kenapa ia tak bisa ikut bertanding? Ia masih punya sebuah kaki dan bisa menendang orang". Ketika para hadirin mendengarnya, mereka semua tertawa terbahak-bahak.
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Orang dungu', perkataan ini kedengarannya seperti nama Linghu Chong.
[2] 'Pasti'.
[3] 'Tentunya'.
Bagian Kedua
Yuyin Zi dari Taishan Pai berkata dengan gusar, "Kalian enam orang aneh ini telah mencelakai saudaraku Yuji Zi sampai cacat, tapi kalian masih mengolok-oloknya lagi, aku harus memotong kaki dan tangan kalian masing-masing. Kalau kalian punya nyali, ayo bertarung satu lawan satu denganku si Taois tua ini". Sambil berbicara ia menghunus pedangnya dan maju ke depan. Perawakan Yuyin Zi ini tinggi dan kurus kering, pembawaannya gagah, ia berdiri dengan penuh wibawa, jubah Taoisnya berkibar-kibar ditiup angin sehingga ia nampak makin gagah. Ketika para pendekar melihatnya, tak sedikit orang yang bersorak sorai.
Taogen Xian berkata, "Apa kau yang akan mewakili Taishan Pai bertanding untuk memperebutkan jabatan ketua?" Taoye Xian berkata, "Apa kau dipilih saudara-saudara seperguruanmu, atau kau sendiri yang maju dengan sukarela?" Yuyin Zi berkata, "Apa hubungannya denganmu?" Taoye Xian berkata, "Tentu saja ada hubungannya, sangat ada hubungannya. Kalau Taishan Pai memilihmu untuk bertanding memperebutkan jabatan, setelah kau kalah nanti, Taishan Pai tak boleh mengajukan orang kedua". Yuyin Zi berkata, "Kalau orang kedua tak boleh maju, memangnya kenapa?"
Mendadak seseorang anggota Taishan Pai berkata, "Yuyin Xiongdi sama sekali tak dipilih oleh kami, kalau ia kalah, jago lain dari Taishan tentu saja boleh maju". Ia adalah Yuqing Zi. Taohua Xian berkata, "Hahaha, jago lain itu jangan-jangan tuan sendiri?" Yuqing Zi berkata, "Benar, mungkin si Taois tuamu ini". Taoshi Xian berkata, "Kalian semua silahkan lihat, di Taishan Pai telah timbul perpecahan internal, Pendeta Tianmen telah tewas, Pendeta Yuji terluka, sedangkan Yuqing dan Yuji berdua ini berebut jabatan ketua Taishan Pai yang baru".
Yuyin Zi berseru, "Omong kosong!" Akan tetapi Yuqing Zi hanya tertawa dingin dan sama sekali tak bersuara. Taohua Xian berkata, "Siapa sebenarnya yang akan maju mewakili Taishan Pai?" Yuyin Zi dan Yuqing Zi serentak berseru, "Aku!" Taogen Xian berkata, "Baiklah, kalian dua bersaudara bertarung saja dulu untuk melihat siapa yang lebih unggul. Kalau hanya bicara saja keadaan tidak jelas, tapi kalau bertarung akan dapat diketahui siapa yang menang atau kalah!"
Yuqing Zi keluar dari kerumunan, lalu melambaikan tangannya seraya berkata, "Adik, kau mundurlah dahulu supaya tak mengundang tawa orang lain". Yuyin Zi berkata, "Kenapa mengundang tawa orang lain? Saudara Yuji terluka parah, aku hendak membalaskan dendamnya". Yuqing Zi berkata, "Kau mau balas dendam atau bertanding untuk memperebutkan jabatan ketua?" Yuyin Zi berkata, "Dengan kepandaianku yang rendah ini, aku mana pantas menjadi ketua Wuyue Pai? Bukankah itu mimpi di siang bolong? Kita murid-murid Taishan Pai telah sepakat untuk meminta Zuo Mengzhu menjadi ketua Wuyue Pai, untuk apa kita kakak beradik unjuk kebodohan?" Yuqing Zi berkata, "Kalau begitu, kau mundurlah, di Taishan Pai sekarang akulah yang paling senior". Yuyin Zi berkata dengan dingin, "Hah, walaupun kau yang paling senior, tapi melihat kelakuanmu sehari-hari, siapa yang akan tunduk padamu? Apa semua orang akan mematuhi perintahmu?"
Air muka Yuqing Zi berubah saking gusarnya, bentaknya, "Apa maksud perkataanmu ini? Kau tak memperdulikan urutan senioritas dan menghina guru dan leluhur, apa bunyi peraturan pertama perguruan kita?" Yuyin Ji berkata, "Hahaha, kau jangan lupa bahwa sekarang kita semua sudah menjadi anggota Wuyue Pai, kita serentak masuk Wuyue Pai pada saat yang sama, mana ada urutan senioritas? Peraturan Wuyue Pai belum ditetapkan, mana ada peraturan pertama dan kedua? Kau sering memakai peraturan Taishan Pai untuk menekan orang, tapi sayang saat ini hanya ada Wuyue Pai dan Taishan Pai sudah tak ada lagi". Taozhi Xian menyela, "Berdirinya Wuyue Pai dan hilangnya Taishan Pai adalah suatu hal yang amat baik, kenapa Yuyin Zi berkata 'sayang'? Kalian hendak memecah belah Wuyue Pai dan membangkitkan Taishan Pai, benar tidak? Yuyin Zi, coba kau jelaskan, kenapa kau mengucapkan kata 'sayang' itu?" Yuyin Zi dan Yuqing Zi keduanya seketika itu juga bungkam tak menjawab.
Lebih dari seribu lelaki serentak berkata, "Ayo berkelahi saja, siapa yang lebih unggul akan langsung bisa diketahui". Pedang di tangan Yuqing Zi tak henti-hentinya bergoyang-goyang, namun ia tak maju ke depan, walaupun ia adalah sang kakak seperguruan, ia sehari-hari suka minum dan main perempuan, sehingga ilmu silat maupun ilmu pedangnya berada di bawah Yuyin Zi. Setelah peleburan perguruan, para anggota Wuyue Pai masih akan tetap tinggal di puncak gunung masing-masing, dan di setiap gunung tentu masih akan ada pemimipinnya. Yuqing Zi dan Yuyin Zi berdua sadar bahwa kepandaian mereka berada jauh di bawah Zuo Lengchan, dan tak ingin menjadi ketua Wuyue Pai, tapi setelah kembali ke gunung mereka nanti, mereka ingin menjadi pemimpin. Saat ini, di bawah hasutan orang banyak, kedua saudara seperguruan itu tentunya akan beradu senjata, Yuyin Zi tak berani sembarangan bertarung, namun ia tak rela tunduk pada Yuqing Zi di hadapan semua orang gagah di kolong langit ini; lagipula, Zuo Lengchan kemungkinan besar akan mengangkat Yuqing Zi menjadi pemimpin Taishan, sehingga sejak saat ini ia harus tunduk pada perintahnya dan tak bisa mengangkat kepalanya lagi seumur hidupnya. Seketika itu juga, kedua saudara seperguruan itu saling memandang dengan penuh amarah, keduanya sama-sama tak sudi mundur.
Tiba-tiba dari tengah kerumunan orang sebuah suara melengking terdengar, "Kulihat bahwa kalian berdua sama sekali belum memahami intisari ilmu silat Taishan, tapi kalian bermuka tebal dan malah berdebat disini dan mensia-siakan waktu para orang gagah di dunia ini saja".
Semua orang memandang ke arah orang yang berbicara itu, mereka melihat bahwa ia adalah seorang pemuda jangkung yang langsing dan anggun, wajahnya rupawan, namun pucat pasi, ujung-ujung bibirnya terangkat membentuk seulas senyuman sinis. Ialah Lin Pingzhi dari Huashan Pai. Seseorang mengenalinya dan berseru, "Inilah menantu baru Tuan Yue dari Huashan Pai".
Linghu Chong berpikir, "Lin Shidi selalu amat berhati-hati dan tak banyak bicara, tak nyana dalam beberapa hari saja sifatnya sangat banyak berubah dan ia berani mengolok-olok dua pendeta pengkhianat itu di depan semua orang gagah di dunia ini". Baru-baru ini Yuqing Zi, Yuyin Zi dan Yuji Zi berkomplot untuk menganiaya ketua Taishan Pendeta Tianmen sampai mati dan menjilat Zuo Lengchan. Dalam hati Linghu Chong sangat tak suka pada kedua pendeta itu, ketika ia mendengar Lin Pingzhi memaki mereka, ia amat senang.
Yuyin Zi berkata, "Kalau aku belum menguasai ilmu silat Taishan Pai, apakah tuan sudah menguasainya? Aku hendak minta tuan memperagakan beberapa jurus ilmu silat Taishan Pai, sehingga mata semua orang gagah di dunia ini terbuka". Ia sengaja mengucapkan perkataan 'Taishan Pai' itu keras-keras, maksudnya hendak mengatakan bahwa walaupun ilmu silat Lin Pingzhi tinggi, namun ilmu silatnya itu adalah ilmu silat Huashan, dan ia tak akan bisa menggunakan ilmu silat Taishan Pai mereka.
Lin Pingzhi tertawa dingin, lalu berkata, "Ilmu silat Taishan Pai luas dan mendalam, mana bisa dipahami oleh murid durhaka yang tega mencelakai saudara seperguruan sepertimu ini....." Yue Buqun membentak, "Ping er, Pendeta Yuyin adalah seniormu, jangan kurang ajar!" Lin Pingzhi menjawab, "Baik!"
Yuyin Zi berkata dengan gusar, "Tuan Yue, kau sangat pandai mendidik murid dan menantumu! Sampai-sampai ia bisa bicara sembarangan tentang ilmu silat Taishan Pai".
Mendadak seorang wanita berkata, "Bagaimana kau tahu kalau ia bicara sembarangan?" Seorang nyonya muda yang cantik menawan keluar dari kerumunan orang, ujung gaunnya yang panjang menyapu lantai, ikat pinggangnya melambai-lambai ditiup angin, di keningnya tersunting setangkai bunga merah kecil, ia adalah Yue Lingshan. Di punggungnya terselip sebilah pedang. Ia membalikkan tangan kanannya dan mengengam gagang pedang seraya berkata, "Aku hendak menggunakan ilmu pedang Taishan Pai untuk mohon petunjuk daozhang".
Yuyin Zi mengenalinya sebagai putri Yue Buqun, ia berpikir bahwa Yue Buqun sangat menyetujui peleburan perguruan, dan sikap Zuo Lengchan terhadapnyapun amat sopan, maka ia tak berani menyinggungnya, ia tersenyum kecil, lalu berkata, "Pindao belum sempat memberi selamat atas pernikahan Nona Yue dan minum arak kegiranganmu, apakah oleh karena itu nona marah padaku? Ilmu pedang perguruanmu yang mulia hebat, pindao sejak dahulu amat mengaguminya. Akan tetapi pindao hari ini baru mendengar kalau orang-orang Huashan Pai pandai memainkan ilmu pedang Taishan Pai".
Yue Lingshan mengangkat alisnya yang indah, lalu berkata, "Ayahku ingin menjadi ketua Wuyue Pai, tentunya ia telah mempelajari masing-masing ilmu pedang Wuyue Jianpai dengan seksama. Kalau tidak, kalaupun ayahku dapat mengalahkan keempat ketua lainnya, ia hanya patut memimpin Huashan Pai saja dan tak bisa dianggap sebagai ketua Wuyue Pai yang sebenarnya".
Begitu perkataan itu terucap, para hadirin menjadi gempar. Seseorang berkata, "Tuan Yue ingin menjadi ketua Wuyue Pai?" Seseorang berkata dengan lantang, "Apakah Tuan Yue dapat menggunakan ilmu silat Taishan, Heng Shan, Songshan dan Hengshan Pai?"
Yue Buqun berkata dengan lantang, "Putriku bicara sembarangan, omongan anak kecil mohon tak usah kalian anggap serius".
Namun Yue Lingshan berkata, "Paman Guru Zuo, kalau kau dengan menggunakan ilmu silat Taishan, Heng Shan, Huashan dan Hengshan Pai dapat mengalahkan jago-jago dari keempat perguruan itu, kami tentu akan tunduk dan menerimamu sebagai ketua Wuyue Pai. Kalau tidak, walaupun ilmu pedang Songshan Paimu tak ada tandingannya di kolong langit ini, hanya ilmu pedang Songshan Pai saja yang cemerlang, namun pada akhirnya tak ada hubungannya dengan keempat perguruan lainnya".
Para hadirin berpikir bahwa perkataan itu benar-benar tak salah. Kalau ada orang yang dapat menguasai ilmu pedang Wuyue Jianpai, orang itu memang patut menjabat sebagai ketua Wuyue Jianpai. Namun ilmu pedang masing-masing perguruan Wuyue Jianpai telah disempurnakan melalui jerih payah para jago yang tak terhitung jumlahnya selama beberapa ratus tahun. Kalaupun seseorang berlatih ilmu yang diajarkan oleh seorang guru kenamaan dari kelima perguruan itu dengan keras selama puluhan tahun, ia belum tentu dapat menguasai ilmu kelima perguruan itu, lagipula, ilmu simpanan setiap perguruan hanya diajarkan pada murid perguruan itu sendiri. Tak mungkin ada orang yang dapat menguasai ilmu keempat perguruan lainnya secara bersamaan.
Namun Zuo Lengchan berpikir, "Kenapa putri Yue Buqun berkata demikian? Pasti ada maksud tertentu di baliknya. Apakah Yue Buqun benar-benar sudah gila dan hendak memperebutkan jabatan ketua Wuyue Pai ini denganku?"
Yuyin Zi berkata, "Ternyata Tuan Yue telah menguasai ilmu pedang Wuyue, hal ini adalah peristiwa besar yang belum pernah terjadi sejak kelima perguruan didirikan. Pindao mohon Nona Yue memberiku petunjuk tentang ilmu pedang Taishan Pai".
Yue Lingshan berkata, "Bagus sekali!" "Sret!", ia mencabut pedang dari sarung pedang yang tergantung di punggungnya.
Dalam hati Yuyin Zi amat kesal, "Aku dibandingkan dengan ayahmu lebih tua satu angkatan, tapi kau bocah ingusan perempuan ini berani-beraninya menghunus pedang untuk bertarung denganku!" Ia mengira Yue Buqun akan turun tangan untuk menghentikan putrinya, namun kalaupun ia hendak benar-benar bertarung dengannya, di Huashan Pai hanya suami istri Yue Buqun yang dapat menandinginya. Tak nyana Yue Buqun hanya menggelengkan kepalanya sambil menghela napas, lalu berkata, "Putriku tak tahu seberapa tingginya langit dan seberapa luasnya dunia. Kedua qianbei Yuyin dan Yuqing ini adalah jago-jago kelas satu Taishan Pai. Tapi kau ingin menggunakan ilmu pedang Taishan Pai untuk bertukar jurus dengan mereka, bukankah kau hanya mencari masalah saja?"
Hati Yuyin Zi terkesiap, "Yue Buqun ternyata berkata bahwa putrinya akan menggunakan ilmu pedang Taishan untuk bertarung denganku". Dalam sekejap, terlihat pedang yang berada di tangan kanan Yue Lingshan menuding ke bawah dengan miring, sedangkan jari-jari tangan kirinya bergerak-gerak seperti sedang menghitung, setelah menghitung dari satu sampai lima, tangannya mengepal, lalu ia menjulurkan ibu jarinya, kemudian telunjuknya, sampai akhirnya kelima jarinya terbuka, menyusul ia kembali menekuk ibu jari dan telunjuknya, ketika ia sedang menekuk jari tengahnya, Yuyin Zi terkejut, "Dari mana bocah perempuan ini tahu tentang jurus-jurus 'Jalan Dazhong'[1] ".
Tiga puluh tahun sebelumnya, Yuyin Zi pernah mendengar gurunya berbicara tentang intisari ilmu Jalan Dazhong itu, boleh dibilang bahwa jurus ini adalah ilmu simpanan Taishan Pai yang tertinggi, intisari jurus ini bukan terletak pada pedang di tangan kanan, melainkan pada hitungan di tangan kiri. Jari-jari tangan kiri akan terus memperhitungkan posisi, ilmu silat, tinggi badan dan ukuran senjata lawan, ke arah mana matahari sedang bersinar, dan berbagai faktor lain. Perhitungan ini amat rumit, begitu perhitungan selesai, orang itu akan langsung menyerang dan mengenai sasarannya dengan telak. Pada saat itu Yuyin Zi merasa, bahwa kalau dalam sekejap ia harus memperhitungkan dan mengingat begitu banyak hal, ia tak akan dapat melakukannya, maka ia tak mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, hanya mendengarkan penjelasannya saja. Gurunya sendiripun sebenarnya juga tak menguasai ilmu itu, maka ia hanya berkata, 'Jurus Jalan Daizhong ini amat sukar digunakan, sepertinya tidak praktis, namun kekuatannya tak tertandingi. Karena kau tak ingin mempelajarinya dengan serius, kau tak berjodoh dengan jurus ini, lupakan sajalah. Saudara-saudara seperguruanmu tak seteliti dirimu, mereka lebih-lebih lagi tak akan mampu mempelajarinya. Sayang sekali bahwa jurus perguruan kita yang begitu luas dan memdalam serta tak ada tandingannya di dunia ini sejak saat ini tak lagi diwariskan pada angkatan berikutnya'. Yuyin Zi melihat bahwa sang guru tak pernah memaksanya mempelajarinya, maka diam-diam ia merasa girang, sejak itu ia tak pernah melihat orang lain mempelajarinya di Taishan Pai, namun tak nyana puluhan tahun kemudian ia melihat si nyonya muda Yue Lingshan menggunakannya, maka seketika itu juga, dahinya dipenuhi bulir-bulir keringat.
Ia belum pernah mendengar sang guru berbicara tentang cara menghadapi jurus ini, ia hanya mengira bahwa karena ia sendiri tak pernah mempelajarinya, orang lain tentunya tak akan bisa menggunakan jurus hebat itu dan ia tak perlu belajar memecahkannya. Tak nyana dunia ini memang aneh dan kejadian yang sama sekali tak diduganya itu telah terjadi. Dalam keadaan terjepit ia berpikir, "Kalau aku berpindah-pindah posisi dengan sangat cepat, melompat dan merunduk, perhitungannya akan meleset". Pedangnya segera berkelebat, ia bergeser ke kanan tiga langkah, dengan jurus 'Langit Biru Tak Berawan', ia berbalik, tubuhnya sedikit merunduk dan pedangnya menikam dengan miring, ketika masih berjarak lima chi dari bahu kanan Yue Lingshan, pedangnya berputar dan memainkan jurus 'Gunung Tinggi Melintang di Angkasa', pedangnya menikam maju dan mundur dengan amat sebat. Ia melihat Yue Lingshan tetap berdiri di tempatnya semula tanpa bergerak, namun ujung pedang yang berada di tangan kanannya terus bergetar, dan jari-jari tangan kirinya terus membuka dan menekuk tanpa henti. Ketika Yuyin Zi melancarkan jurus-jurus pedangnya, tubuhnya mengikuti gerakan pedang, berbelok ke kiri dan ke kanan, makin lama makin cepat.
Jurus ini disebut 'Delapan Belas Tikungan Taishan', jurus ini diciptakan oleh seorang sesepuh Taishan Pai di masa silam, ia melihat bahwa tikungan di Taishan amat rumit bagai usus kambing, setiap lima langkah berbelok sekali, dan setiap sepuluh langkah berputar sekali, sungguh berbahaya, oleh karenanya ia menyelaraskan ilmu pedang ini dengan medan yang berat itu, sehingga ilmu pedang tersebut menjadi sama hebatnya dengan 'Telapak Bagua Menari' dari aliran Bagua. Delapan Belas Tikungan di Taishan makin lama makin tinggi dan berbahaya, dan jurus pedang inipun makin lama makin ganas. Setiap serangan Yuyin Zi seakan hendak menembus tubuh Yue Lingshan, namun sebenarnya ia tak pernah melancarkan serangan yang fatal.
Sepasang matanya menatap dengan tajam ke arah kelima jari tangan kiri Yue Lingshan yang terus mengembang dan menguncup, dahulu gurunya pernah berkata, ' 'Jurus Jalan Daizhong' ini boleh dikatakan adalah leluhur ilmu pedang Taishan kita, sekali menikam akan mengenai musuh dengan telak, membunuh orang tanpa perlu jurus kedua. Kalau ilmu pedang seseorang telah mencapai taraf ini, ia telah melampaui keduniawian dan menjadi orang suci. Namun gurumu ini hanya sedikit tahu tentang kulitnya saja, kalau benar-benar hendak mempelajarinya, bukankah lebih mudah dikatakan daripada dilakukan?' Ketika mengingat perkataan gurunya ini, keringat dingin mengalir di punggungnya.
'Delapan Belas Tikungan Taishan' ini terbagi atas 'Delapan Belas Jurus Lambat' dan 'Delapan Belas Jurus Cepat', delapan belas tikungan pertama relatif lambat, sedangkan tikungan menanjaknya cepat, setiap langkah makin tinggi, sehingga dikatakan bahwa 'orang yang berada di belakang akan melihat alas sepatu orang di depannya, dan orang yang berada di depan hanya melihat ubun-ubun orang di belakangnya'. Ilmu pedang Taishan ini murni diilhami oleh medan jalan yang terjal di Taishan itu, gerakannya mendadak perlahan mendadak cepat, rumit dan berliku-liku.
Linghu Chong melihat bahwa Yue Lingshan tak menangkis serangan, dan juga tak menghindar, tangan kirinya tak henti-hentinya menguncup dan mengembang, seakan sedang terus menerus memperhitungkan sesuatu, maka mau tak mau ia merasa amat cemas, ia ingin berseru keras-keras, "Xiao Shimei, awas!" Namun ia menahan perkataan itu di tenggorokannya dan tak mengucapkannya.
Yuyin Zi baru saja akan menyelesaikan jurus-jurus ilmu pedangnya, namun ia tak pernah berani menyerang Yue Lingshan dan pedangnya selalu berjarak dua chi dari tubuh Yue Lingshan. Pedang Yue Lingshan mendadak menyerang lima kali berturut-turut, setiap jurus pedang itu ada hubungannya dengan suatu kejadian di zaman kuno. Yuqing Zi yang menonton dari samping berseru, "Pedang Lima Pejabat!" Pohon-pohon cemara di Taishan amat tua, menurut legenda, pada zaman Dinasti Qin mereka dinamai 'Cemara Lima Pejabat', cabang-cabangnya meliuk-liuk bagai seekor naga, rimbun menghijau dan saling meneduhi satu sama lain. Diilhami oleh pohon-pohon itu, kakak seperguruan kakek guru Yuqing Zi dan Yuyin Zi menciptakan ilmu pedang ini dan menamainya 'Pedang Lima Pejabat'. Jurus-jurus ilmu pedang ini sederhana, namun menyembunyikan perubahan-perubahan yang aneh, lebih dari dua puluh tahun yang silam, Yuqing Zi telah mempelajarinya sampai mahir, namun kelima jurus yang dilancarkan Yue Lingshan itu sepertinya tak sama dengan jurus-jurus yang dipelajarinya dahulu. Jurus-jurus itu jelas jauh lebih cemerlang dari ilmu yang dipelajarinya, maka ia merasa amat terkejut, perlahan-lahan ia melangkah mendekat untuk melihatnya dengan jelas. Pinggang Yue Lingshan yang ramping mendadak membungkuk, seraya berseru, pedangnya menikam ke arahnya, "Apakah ini juga ilmu pedang Taishanmu?"
Yuqing Zi cepat-cepat mengangkat pedang untuk menangkis serangan itu seraya berseru, "'Bangau Datang ke Mata Air', ini memang ilmu pedang Taishan Pai, tapi......" Walaupun ia berhasil menangkis serangan itu, namun sekujur tubuhnya bermandikan keringat dingin. Posisi tikaman musuh sangat berbeda dengan ilmu pedang yang pernah dipelajarinya, dan tikaman itu hampir menembus dadanya. Yue Lingshan berkata, "Inilah ilmu pedang Taishan Pai!" "Wus!", ia membalikkan tangannya dan menebas ke arah Yuyin Zi. Yuqing Zi berseru, " 'Batu Menutup, Kuda Kembali'! Caramu memakainya.....salah......" Yue Lingshan berkata, "Kau ternyata hafal nama jurus ini". Pedangnya mengayun, "Wus, wus!", terdengar Yuyin Zi menjerit keras-keras, kaki kanannya tertusuk pedang. Hampir pada saat yang sama, lutut kanan Yuqing Zi terkena tikaman pedang, ia terhuyung-huyung untuk beberapa saat, lalu lutut kanannya tertekuk dan ia berlutut di tanah. Ia cepat-cepat menggunakan pedangnya untuk bertumpu, dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk bangkit, namun ujung pedangnya kebetulan bertumpu pada sebongkah batu, "Krek!", pedangnya patah menjadi dua, tapi mulutnya masih berseru, " 'Tiga Kebahagiaan'! Tapi......tapi......"
Yue Lingshan tertawa dingin, lalu membalikkan tangannya dan memasukkan pedangnya ke sarung pedang yang tergantung di punggungnya.
Para orang gagah yang menonton bersorak sorai memuji dengan gegap gempita. Tak nyana seorang nyonya muda yang cantik dengan menggunakan ilmu pedang Taishan berhasil mengalahkan dua orang jago Taishan Pai dengan telak, ilmu pedangnya sungguh hebat, membuat orang yang melihatnya senang, maka sorak sorai pujian mereka benar-benar bergema di lembah itu.
Zuo Lengchan dan beberapa jago Songshan Pai saling memandang, mereka semua merasa cemas, "Ilmu pedang yang dipakai bocah perempuan ini benar-benar ilmu pedang Taishan Pai, namun sudah banyak diubah, jurus-jurus pedangnya amat ganas. Bocah perempuan ini tentunya tak dapat menciptakan jurus-jurus itu sendiri, pasti Yue Buqunlah yang mengajarkannya padanya. Entah berapa hari yang diperlukan untuk menguasai ilmu pedang ini, kalau Yue Buqun telah merencanakan semua ini, Yue Buqun tentunya mempunyai suatu tujuan besar".
Mendadak Yuyin Zi berteriak keras-keras, "Kau......kau.....ini bukan 'Jalan Daizhong' asli!" Setelah terluka, ia sadar bahwa Yue Lingshan tak benar-benar menggunakan jurus-jurus 'Jalan Daizhong', kalau ia benar-benar menggunakannya, ia akan dapat meraih kemenangan dengan satu jurus saja, untuk apa harus melancarkan jurus-jurus 'Pedang Lima Pejabat', 'Bangau Datang ke Mata Air', 'Batu Menutup, Kuda Kembali' dan lain-lain? Yang lebih mengesalkan lagi, ia menggunakan ilmu pedang Taishan Pai dengan mengubah bagian-bagian kuncinya, karena ia dan kakak seperguruannya tergesa-gesa, tanpa sempat banyak berpikir mereka memakai jurus-jurus yang telah mereka kuasai selama puluhan tahun untuk memecahkannya, akan tetapi posisi pedang Yue Lingshan mendadak berubah sehingga kedua saudara seperguruan itu masuk perangkap dan kalah. Kalau yang dipakainya adalah ilmu pedang perguruan lain, tak perduli selihai apapun jurus-jurusnya, dengan mengandalkan ilmu pedangnya sendiri, mereka tak akan mungkin dikalahkan oleh seorang nyonya muda yang cantik dan lemah lembut itu. Akan tetapi ilmu yang digunakannya memang benar-benar ilmu pedang Taishan Pai, sama sekali tidak palsu, maka ia merasa malu sekaligus gusar, panik sekaligus terkejut, dan sukar menerima kenyataan bahwa mereka telah kalah darinya.
Ketika Linghu Chong menyaksikan Yue Lingshan menggunakan jurus-jurus itu untuk mengalahkan lawan, ia merasa bingung, mendadak ia mendengar seseorang berkata dengan lirih di belakang punggungnya, "Linghu Gongzi, apa kau yang mengajarkan jurus-jurus itu kepadanya?" Linghu Chong berpaling dan melihat bahwa orang yang berbicara itu adalah Tian Boguang, maka ia menggelengkan kepalanya. Tian Boguang tersenyum dan berkata, "Hari itu di puncak Huashan, ketika kita bertarung, aku ingat kau pernah memakai jurus air mata bangau atau apa itu, cuma waktu itu kau belum mahir menggunakannya".
Linghu Chong termangu-mangu, seakan tak mendengar perkataannya itu. Begitu Yue Lingshan mulai bertarung, ia langsung menyadari bahwa yang digunakannya adalah ilmu pedang Taishan yang terukir di dinding gua belakang Siguoya di Huashan. Namun kejadian dirinya menemukan jurus-jurus pedang yang terukir di dinding gua itu sama sekali tak pernah disebut-sebutnya di hadapan siapapun dari Huashan Pai, hari itu ketika ia meninggalkan Siguoya, ia ingat bahwa ia telah menutup mulut gua belakang itu, bagaimana Yue Lingshan dapat menemukannya? Ia kembali memikirkannya, "Kalau aku bisa menemukan gua belakang itu, tentu saja xiao shimei dapat menemukannya juga. Lagipula aku telah secara tak sengaja membuka mulut gua itu, tentunya xiao shimei akan lebih mudah lagi menemukannya".
Di gua belakang Siguoya di Huashan ia telah melihat ilmu-ilmu simpanan Wuyue Jianpai yang terukir di dinding gua itu, dan juga cara para tetua Mo Jiao memecahkan berbagai ilmu pedang itu, namun walaupun ia telah menghafalkan jurus-jurus itu, ia sama sekali tak tahu nama-namanya. Ia melihat bahwa Yue Lingshan melancarkan tiga jurus terakhir bagai awan berarak dan air mengalir, seperti seorang kusir yang mengemudikan kereta di jalan yang sudah dikenalnya dengan baik, tiga tikaman pedang yang melukai jago-jago Taishan Pai itu dilancarkannya dengan lihai, sehingga diam-diam ia merasa kagum. Ketika ia mendengar Yuyin Zi menyebut 'Tiga Kebahagiaan', ia teringat saat ia dan gurunya mengunjungi Taishan, setelah melewati sebuah air terjun, mereka melewati sebuah jalan setapak panjang di lereng gunung yang bernama 'Tiga Kebahagiaan', artinya bahwa setelah berjalan tiga li jauhnya menuruni lereng itu, seseorang akan merasa sangat bahagia, tak nyana jurus pedang ini diilhami oleh lereng itu.
* * *
Seorang tua berperawakan kurus kering melangkah keluar dengan perlahan dari kerumunan, lalu berkata, "Tuan Yue telah menguasai intisari ilmu pedang Wuyue Jianpai, peristiwa ini belum pernah terjadi di dunia persilatan. Aku si tua ini telah mempelajari ilmu silat perguruanku dengan sungguh-sungguh, namun ada beberapa bagian yang tak kumengerti, hari ini aku hendak minta petunjuk Tuan Yue". Tangan kirinya membawa sebuah rebab yang menjadi berkilauan karena sering digosok, sedangkan tangan kanannya dengan perlahan menarik keluar sebuah pedang pendek yang amat tipis dari gagang rebab itu, ialah ketua Heng Shan Pai, Tuan Mo Da.
Yue Lingshan menyoja seraya berkata, "Mohon Paman Guru Mo bermurah hati, keponakan telah dengan sembarangan mempelajari beberapa jurus ilmu pedang Heng Shan Pai, mohon petunjuk Paman Guru Mo".
Ketika Tuan Mo Da berkata bahwa "hari ini aku hendak minta petunjuk Tuan Yue", sebenarnya ia ingin bertanding dengan Yue Buqun, ia tak menduga bahwa Yue Lingshan menyambut tantangannya dan berkata dengan jelas bahwa ia akan memakai ilmu pedang Heng Shan. Tuan Mo Da mempunyai nama besar di dunia persilatan, para hadirin telah mendengar Zuo Lengchan berkata bahwa jago Songshan Pai si Tapak Besar Songyang telah tewas di bawah pedangnya, maka mereka semua berpikir, "Yue Lingshan dapat melukai dua jago Taishan Pai dengan ilmu pedang Taishan, apakah ia juga bisa menandinginya dengan menggunakan ilmu pedang Heng Shan?"
Tuan Mo Da tersenyum kecil dan berkata, "Bagus sekali, bagus sekali! Hebat, hebat!" Yue Lingshan berkata, "Kalau keponakan tak bisa menandingi Paman Guru Mo Da, barulah bertanding dengan ayahku". Tuan Mo Da mengumam-gumam, "Kau pasti bisa menandingiku, kau pasti bisa menandingiku". Pedang pendeknya perlahan-lahan menuding, lalu mendadak bergetar di udara dan mengeluarkan bunyi berdengung, menyusul terdengar dua kali bunyi kesiuran angin pedang. Yue Lingshan mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan itu, pedang pendek Tuan Mo Da bergerak bagai setan dan tak nyana telah berputar ke belakang punggungnya. Yue Lingshan cepat-cepat berbalik, di samping telinganya terdengar suara berdengung dua kali, dan di depan matanya nampak segumpal rambut melayang-layang, ternyata itu adalah rambutnya sendiri yang telah dipotong oleh Tuan Mo Da. Ia sangat terkejut, sebuah pikiran muncul di benaknya, "Ia bermurah hati, kalau tidak tebasan itu sudah akan membunuhku. Karena ia tak akan melukaiku, aku dapat menyerang dia". Ia tak lagi memperdulikan gerakan pedang musuh, "Wus, wus!", ia menikam ke arah perut dan kening Tuan Mo Da.
Tuan Mo Da agak terkejut, "Jurus 'Quanming Furong' dan 'Hexiang Zigai' ini memang benar-benar jurus simpanan Heng Shan Pai kami, dari mana nona kecil ini mempelajarinya?"
Diantara tujuh puluh dua puncak di Heng Shan, lima puncak tertinggi adalah Puncak Furong, Zigai, Shilin, Tianzhu dan Zhurong. Dalam ilmu pedang Heng Shan juga terdapat lima kelompok ilmu pedang yang dinamai berdasarkan kelima puncak ini. Jurus yang baru saja dilihat Tuan Mo Da dipakai oleh Yue Lingshan semuanya adalah 'satu jurus menghimpun satu kelompok', artinya bahwa satu jurus itu mengandung intisari puluhan jurus dalam kelompok ilmu pedang itu.
Ilmu Pedang Furong mempunyai tiga puluh enam jurus, sedangkan Ilmu Pedang Zigai memiliki empat puluh delapan jurus. Jurus-jurus 'Quanming Furong' dan 'Hexiang Zigai' keduanya mengandung aspek-aspek yang mendalam dari puluhan jurus Ilmu Pedang Furong dan Ilmu Pedang Zigai, yang lalu dilebur dan disederhanakan menjadi satu jurus. Jurus itu sekaligus menyerang dan bertahan, kekuatannya besar, puncak ilmu pedang Heng Shan adalah kelima jurus ini, yang disebut 'Lima Pedang Sakti Heng Shan'.
Para hadirin hanya mendengar suara dentangan tanpa henti, mereka tak tahu siapa yang menyerang dan siapa yang bertahan, dan juga tak tahu berapa jurus yang telah mereka lancarkan.
Tuan Mo Da sudah memperhitungkan segalanya, begitu 'pertandingan untuk memperebutkan jabatan ketua' diputuskan, ia segera membuat rencana untuk mengatasinya. Ia sama sekali tak ingin menjadi ketua Wuyue Pai, ia tahu dirinya bukan tandingan Zuo Lengchan atau Linghu Chong, namun sebagai ketua Heng Shan Pai ia tak dapat bersikap seperti kura-kura yang hanya bersembunyi di balik tempurungnya saja. Ia gusar pada Yuqing Zi yang membantu pihak lawan berbuat jahat dan memaksa Pendeta Tianmen hingga tewas, maka ia ingin bertarung dengannya, tapi ternyata ketiga pendeta Taishan Pai itu semuanya telah terluka, dan lawan yang tertinggal hanya Yue Buqun seorang. Di Biara Shaolin ia telah melihat ilmu silat Yue Buqun dengan jelas, dirinya kemungkinan besar tak akan tumbang di tangannya, namun yang turun ke gelanggang ternyata putri Yue Buqun. Ia terkejut karena Yue Lingshan dapat menggunakan ilmu pedang Heng Shan Pai, apalagi karena ilmu yang digunakannya adalah 'ilmu satu jurus menghimpun satu kelompok' yang merupakan ilmu kelas satu Heng Shan Pai. Hal ini makin membuatnya cemas dan jeri.
Kakek guru Tuan Mo Da dan adik seperguruannya ikut bertarung dengan para tetua Mo Jiao di puncak Huashan dan keduanya terbunuh. Saat itu guru Tuan Mo Da masih muda usianya, ia telah selesai mempelajari Ilmu Pedang Furong, Zigai dan kelompok-kelompok ilmu pedang lainnya, namun ia hanya mengetahui garis besar ilmu-ilmu 'satu jurus menghimpun satu kelompok' Lima Pedang Sakti Heng Shan seperti 'Quanming Furong' dan 'Hexiang Zigai'. Tentu saja Tuan Mo Da tak pernah mendapatkan petunjuk yang mendalam dari gurunya tentang ilmu-ilmu ini. Tak nyana sekarang ilmu itu digunakan oleh seorang gadis muda dari perguruan lain. Hanya saja Yue Lingshan tak memahami prinsip kedua jurus itu, kalau tidak, selagi pikiran Tuan Mo Da kacau, ia akan langsung tumbang pada jurus kedua.
Ia menyambut kedua jurus itu dengan mudah, terlihat pedang Yue Lingshan bergoyang-goyang, itulah jurus 'Shilin Shusheng', diikuti jurus 'Tianzhi Yunqi'. Intisari perubahan-perubahan Pedang Tianzhi ini diilhami oleh gerakan awan dan kabut, gerakannya amat aneh dan tak bisa ditebak. Begitu Tuan Mo Da melihat Yue Lingshan melancarkan jurus 'Tianzhi Yunqi', begitu ada kesempatan ia tak lagi menangkis serangan dan melangkah pergi. Tak lagi menangkis serangan dan melangkah pergi adalah istilah sopannya, namun sebenarnya hal itu berarti bahwa ia tak bisa melawan dan kabur. Hanya saja ilmu pedangnya rumit, sehingga ketika ia melarikan diri, pedang pendeknya masih menikam ke timur dan ke barat, dan mengaburkan pandangan para hadirin, padahal ia sedang berusaha untuk kabur.
Ia tahu bahwa diantara Lima Pedang Sakti Heng Shan, selain 'Quanming Furong', 'Hexiang Zigai', 'Shilin Shusheng' dan 'Tianzhu Yunqi', jurus yang paling lihai adalah 'Yanhui Furong'. Diantara kelima puncak tertinggi di Heng Shan, Puncak Furonglah yang paling tinggi, dan jurus 'Yanhui Furong' ini juga adalah jurus yang paling mendalam diantara Lima Pedang Sakti Heng Shan. Dahulu ketika guru Tuan Mo Da berbicara tentang jurus ini, penjelasannya kabur karena ia sendiri tak memahaminya dengan jelas. Kalau Yue Lingshan sampai memakai jurus ini, walaupun ia tak kehilangan nyawanya, ia masih akan kehilangan harga dirinya. Kakinya dengan cepat mengegos dan pedangnya mengayun, berbagai pikiran muncul di benaknya, "Walaupun ia telah mempelajari jurus-jurus yang lihai ini, namun kelihatannya ia hanya bisa menggunakannya dengan monoton, tak bisa berubah-ubah sesuai keadaan. Sukar dibayangkan, namun aku harus mengambil resiko dan bertarung dengannya mati-matian, kalau tidak, sejak saat ini Mo Da tak punya muka untuk berkecimpung di dunia persilatan lagi".
Yue Lingshan kelihatan agak ragu melangkah, Tuan Mo Da tahu bahwa untuk sesaat ia tak tahu harus berbuat apa, entah hendak mengejarnya atau tidak, diam-diam Tuan Mo Da berseru, "Memalukan! Orang muda tak berpengalaman". Dengan jurus 'Tianzhu Yunqi', Yue Lingshan telah berhasil memaksa Tuan Mo Da berbalik dan melarikan diri, walaupun ia menutupinya dengan cerdas sehingga ia seakan belum kalah, namun orang-orang yang tinggi ilmu silatnya telah melihat bahwa ia tak mampu melawan dan lalu melarikan diri dengan memalukan. Kalau saja saat itu Yue Lingshan segera menarik pedangnya dan menghormat seraya berkata, 'Paman Guru Mo, terima kasih karena telah mengalah! Keponakan telah menyinggung paman guru', siapa yang menang atau kalah akan segera dapat ditentukan. Seseorang yang berkedudukan seperti Tuan Mo Da, mana bisa setelah kalah dalam satu jurus, lantas berbalik dan bertarung dengan seorang perempuan dari angkatan muda? Tapi Yue Lingshan memang sedang bimbang, sehingga ia memberi kesempatan emas pada Tuan Mo Da.
Senyum nampak mulai merekah di wajah Yue Lingshan, bibirnya yang berwarna merah delima sedikit terbuka, ketika ia hendak berbicara, pedang pendek di tangan Tuan Mo Da berdengung dan menikam ke arahnya. Dalam beberapa tikaman yang sebat itu, Tuan Mo Da menuangkan pengalaman bertarung yang telah dihimpunnya seumur hidupnya, pedang mengeluarkan suara rebab, lingkaran cahaya berhamburan di mana-mana, dalam sekejap Yue Lingshan telah terkurung dalam lingkaran cahaya itu. Yue Lingshan berseru terkejut dan mundur beberapa langkah. Namu Tuan Mo Da mana mungkin membiarkannya mengerahkan jurus 'Yanhui Zhurong' itu? Gerakan pedang pendek di tangannya makin lama makin cepat, 'Tiga Belas Jurus Kabut Heng Shan Dengan Seratus Perubahan Dan Seribu Ilusi' menyapu bagai awan dan kabut hingga mata para hadirin mau tak mau menjadi kabur. Kalau saja para hadirin tak merasa bahwa Tuan Mo Da adalah seorang tua yang sedang menganiaya seorang muda, atau seorang lelaki yang sedang menganiaya seorang wanita, mereka sudah akan bersorak sorai dengan gegap gempita.
Ketika Yue Lingshan memakai jurus 'Quanming Furong' dan lain-lain, Linghu Chong makin tak ragu lagi bahwa jurus-jurus ilmu pedang itu berasal dari dinding gua belakang Siguoya di Huashan, pikirnya, "Bagaimana xiao shimei bisa sampai ke Siguoya? Shifu dan shiniang sangat menyayanginya, mereka tak mungkin menghukumnya untuk merenungkan kesalahan di tebing yang gersang dan berbahaya seperti itu. Kalaupun ia melakukan kesalahan besar, shifu dan shiniang paling-paling hanya akan menegurnya dengan keras. Jarak Siguoya dan puncak utama Huashan jauh, medannya juga amat berbahaya, murid perempuan biasapun tak akan dihukum untuk tinggal seorang diri di tebing itu. Apakah justru Lin Shidi yang dihukum untuk merenungkan kesalahannya di atas tebing, lalu xiao shimei setiap hari mengantarkan nasi dan teh untuknya, persis seperti caranya memperlakukanku dahulu?" Ketika memikirkan hal ini, mau tak mau dadanya terasa panas.
Ia kembali berpikir, "Lin Shidi pendiam dan selalu menuruti aturan, seakan ia adalah si 'Pedang Budiman Kecil'. Oleh karena itu ia disukai oleh shifu, shiniang dan xiao shimei, mana mungkin ia berbuat kesalahan sehingga harus dihukum di atas tebing? Lagipula shifu baru saja hendak menikahkan xiao shimei dengan Lin Shidi. Tak mungkin, tak mungkin, jelas tak mungkin!" Mendadak ia teringat akan suatu hal, "Jangan-jangan xiao shimei.....xiao shimei....." Sekonyong-konyong sebuah pikiran muncul di lubuk hatinya yang terdalam, namun pikiran ini terlalu mustahil, maka begitu pikiran itu muncul, ia segera menekannya. Untuk sesaat ia termangu-mangu, sebenarnya pikiran apa yang timbul dalam benaknya itu, ia sendiripun juga tak memahaminya dengan jelas.
Tepat pada saat itu, "Ah!", terdengar Yue Lingshan berseru kaget, pedangnya terlepas dari tangannya dan melayang dengan miring, kaki kirinya terpeleset dan ia jatuh terlentang di tanah. Pedang pendek di tangan Tuan Mo Da menikam ke depan, menuding ke arah bahu kirinya, sambil tersenyum ia berkata, "Keponakan silahkan berdiri, tak usah khawatir!"
Mendadak, "Trang!", pedang pendek di tangan Tuan Mo Da patah, ternyata Yue Lingshan memungut dua buah batu dari tanah, lalu tangan kirinya menghantamkan batu itu ke pedang Tuan Mo Da, bilah pedang itu amat tipis, begitu terkena hantaman, pedang itu kontan patah menjadi dua. Kemudian tangan kanan Yue Lingshan dengan sebat melemparkan batu ke kiri. Ketika senjatanya patah, Tuan Mo Da terkejut, dan sekarang ia melemparkan sebuah batu ke kiri, padahal di tempat itu sama sekali tak ada orang. Perbuatannya ini sangat aneh dan Tuan Mo Da tak mengerti maksudnya. Sekonyong-konyong batu itu berbalik dan menghantam dada kanan Tuan Mo Da. "Krek!", beberapa tulang iga di dadanya kontan patah, ia terbatuk-batuk beberapa kali dan membuka mulutnya, darah segarpun menyembur keluar.
Kejadian ini sama sekali tak disangka-sangka, gerakan Yue Lingshan tak hanya sebat namun juga sangat aneh, namun setiap gerakannya itu rapi jali, sehingga para hadirin terpana. Semua orang jelas-jelas melihat bahwa setelah Tuan Mo Da mengalahkannya, ia tak lagi menyerang, melainkan hanya berkata, "Keponakan silahkan berdiri, tak usah khawatir". Hal ini adalah sesuatu yang lazim dilakukan ketika seorang senior mengalahkan seorang muda, namun dua serangan Yue Lingshan dengan batu itu benar-benar suatu siasat yang tak terduga. Akan tetapi Linghu Chong tahu bahwa kedua serangan Yue Lingshan itu adalah jurus simpanan yang dahulu dipakai para tetua Mo Jiao untuk memecahkan ilmu pedang Heng Shan Pai. Hanya saja gambar orang yang terukir di dinding gua digambarkan memakai sepasang bandulan tembaga. Yue Lingshan memakai batu sebagai penganti bandulan tembaga, ia tak akan dapat melakukannya di tengah pertarungan, namun untuk melemparkan batu itu hingga dapat melayang balik, selama ia telah menguasai caranya, batu akan menjadi tak ada bedanya dengan bandulan tembaga.
Yue Buqun masuk ke gelanggang bagai terbang, "Plak!", ia menampar Yue Lingshan, lalu berkata dengan lantang, "Paman Guru Mo sudah terang-terangan mengalah padamu, kenapa kau berani bersikap kurang ajar pada beliau?" Ia membungkuk dan memapah Tuan Mo Da, lalu berkata, "Saudara Mo, putriku tak bisa membedakan baik dan buruk, adik merasa sangat menyesal. Mohon maaf". Tuan Mo Da tersenyum getir, lalu berkata, "Putri seekor harimau tentunya juga luar biasa". Setelah mengucapkan perkataan itu, ia memuntahkan darah segar. Dua murid Heng Shan Pai berlari menghampirinya, lalu memapahnya kembali ke tempat duduk mereka. Yue Buqun memelototi putrinya dengan gusar, lalu mundur ke tepi gelanggang.
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Dazhong adalah nama kuno Taishan.
Bagian Ketiga
Linghu Chong melihat bahwa sisi kiri wajah Yue Lingshan langsung membengkak, tamparan itu meninggalkan bekas lima jari tangan, jelas bahwa tamparan ayahnya itu tidak ringan. Air mata Yue Lingshan bercucuran, namun ujung bibirnya sedikit tertarik ke bawah, raut wajahnya nampak bandel. Linghu Chong mengenang, "Dahulu ketika aku dan dia tinggal bersama di Huashan, kadang-kadang ia berbuat nakal dan kalau ditegur shifu atau shiniang, ekspresi wajahnya menyedihkan sekaligus mengemaskan seperti ini. Saat itu aku berusaha dengan seribu satu cara untuk menyenangkan hatinya. Xiao shimei paling senang kalau ia berhasil mengalahkanku, aku hanya harus berpura-pura lengah saja sehingga ia mendapat kesempatan untuk menang, aku tak boleh membiarkannya tahu bahwa aku sengaja mengalah padanya...."..
Ketika berpikir sampai disini, sebuah pikiran yang tadinya terkubur dalam benaknya mendadak menjadi sangat jelas, "Kenapa ia bisa sampai pergi ke Siguoya? Kemungkinan besar setelah menikah, ia terkenang pada cintaku yang mendalam kepadanya dahulu, oleh karena itu ia sendirian datang ke puncak tebing untuk mengenang masa lampau. Aku telah rapat-rapat menutup mulut gua belakang dengan batu, kalau seseorang tak lama berada di puncak tebing, ia tak akan dapat menemukannya dengan mudah. Kalau begitu, ia tentunya tak hanya sebentar berada disana, dan juga tak hanya sekali pergi ke sana". Ia berpaling dan melirik ke arah Lin Pingzhi, pikirnya, "Lin Shidi dan dirinya baru menikah, seharusnya mereka bahagia dan riang gembira, tapi kenapa ia selalu bermuram durja? Xiao shimei ditampar ayahnya di depan umum, namun suaminya tak menghiburnya, dan juga tak memperdulikannya, sikapnya itu keterlaluan".
Ia berpikir bahwa Yue Lingshan rindu padanya dan pergi ke Siguoya untuk mengenang cinta lama mereka, pikiran ini hanyalah dugaannya semata, namun ia seakan dapat melihat bagaimana di puncak tebing itu air mata Yue Lingshan bercucuran bagai hujan, bagaimana ia amat menyesal telah menikah dengan Lin Pingzhi, dan bagaimana ia berduka tanpa henti karena telah menolak cintanya yang mendalam. Ia mengangkat kepalanya dan melihat bahwa Yue Lingshan sedang membungkuk untuk memungut pedangnya, tetesan air matanya jatuh menimpa rerumputan sehingga sehelai rumput melengkung karena tertimpa air matanya itu. Darah di dadanya bergolak, "Aku harus mengubah tangisnya menjadi senyuman!" Dalam pandangan matanya, Panggung Fengshan di puncak Songshan ini seakan telah berubah menjadi Puncak Gadis Kumala di Huashan, ribuan pendekar dunia persilatan tak lebih dari pepohonan belaka, hanya ada cinta tak terbalasnya yang terukir di tulang, dan sang kekasih yang dipuja dan dirindukannya, yang sedang menangis tersedu-sedu karena dipukul oleh sang ayah. Seumur hidupnya, entah sudah berapa kali ia menghiburnya, bagaimana ia bisa tak memperdulikannya hari ini?
Dengan langkah-langkah lebar ia maju ke depan, lalu berkata, "Xiao shi......xiao......" Ia teringat bahwa kalau ia ingin menghiburnya, mereka harus benar-benar bertarung, dengan jantung berdebar-debar ia berkata, "Kau telah mengalahkan ketua Taishan dan Hengshan Pai, ilmu pedangmu tak dapat disepelekan. Tapi Hengshan Pai kami tak sudi tunduk, bagaimana kalau kau menjajal kepandaianku dengan menggunakan ilmu pedang Hengshan Pai?"
Yue Lingshan perlahan-lahan berbalik, namun untuk sesaat ia tak mengangkat kepalanya, seakan sedang merenungkan sesuatu, setelah beberapa lama, ia baru perlahan-lahan mengangkat kepalanya, mendadak wajahnya memerah. Linghu Chong berkata, "Walaupun kepandaian Tuan Yue tinggi, akan tetapi aku sukar percaya kalau ia dapat menguasai ilmu pedang masing-masing perguruan dalam Wuyue Jianpai". Yue Lingshan mengangkat kepalanya dan berkata, "Kau juga tak berasal dari Hengshan Pai, tapi sekarang kau menjadi ketua Hengshan Pai, apa kau juga telah menguasai ilmu pedang Hengshan Pai?" Di pipinya sama sekali sudah tak ada sisa-sisa air mata.
Ketika Linghu Chong mendengar bahwa ia mengucapkan perkataan itu dengan lembut dan cukup bersahabat, ia merasa amat bahagia, katanya dalam hati, "Aku akan berpura-pura dengan meyakinkan, aku tak boleh membiarkan dia tahu bahwa aku sengaja mengalah". Ia berkata, "Aku tak berani berkata bahwa aku telah menguasainya. Tapi karena aku telah lama tinggal di Hengshan, aku tentunya telah berlatih ilmu pedang Hengshan. Sekarang aku hendak minta petunjuk tentang ilmu pedang Hengshan Pai, maka kau juga harus memakai ilmu pedang Hengshan. Kalau ilmu pedang yang digunakan bukan ilmu pedang Hengshan Pai, siapapun yang menang dianggap kalah, bagaimana?" Ia telah menyusun sebuah rencana, ilmu pedangnya sendiri jauh lebih cemerlang dibandingkan dengannya, hal ini sudah diketahui umum, kalau ia berpura-pura kalah, orang lain tentu akan mengetahuinya, dan bahkan Yue Lingshanpun tak akan mempercayainya. Maka dalam pertarungan nanti, ia akan berlagak terpaksa memakai sebuah jurus Dugu Jiujian atau ilmu pedang Huashan untuk mengalahkannya, saat itu walaupun ia menang, ia akan dianggap kalah, dan siapapun juga tak akan mencurigainya.
Yue Lingshan berkata, "Baiklah, ayo mulai!" Ia mengangkat pedangnya, membuat setengah lingkaran, lalu menusuk ke arah Linghu Chong dari samping.
"Ah!", murid-murid perempuan Hengshan Pai kedengaran serentak berseru. Para hadirin tak mengenali ilmu pedang Hengshan, namun karena mendengar murid-murid Hengshan berteriak, dan juga mendengar bahwa teriakan itu penuh rasa kagum, mereka menjadi tahu bahwa ilmu pedang yang dipakai Yue Lingshan memang benar-benar ilmu pedang Hengshan, dan bahwa gerakannya juga sungguh luar biasa.
Jurus yang digunakannya memang jurus yang terukir di gua belakang Siguoya itu, dan jurus itu memang sudah diajarkan Linghu Chong pada murid-murid Hengshan Pai.
Linghu Chong mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan itu. Ia tahu bahwa dalam ilmu pedang Hengshan Pai banyak terdapat gerakan melingkar yang dilancarkan dengan amat seksama, dalam setiap gerakannya terkandung tenaga yin yang lembut, saat bertarung dengan musuh, sering dari sepuluh jurus, sembilan jurus adalah jurus bertahan, dan hanya ada satu jurus yang menyerang titik lemah lawan. Ia sudah lama bergaul dengan murid-murid Hengshan, dan sudah beberapa kali menyaksikan Dingxian Shitai bertarung dengan musuh, saat ini ia melancarkan jurus-jurus melingkar itu dengan amat seksama, jelas bahwa ia telah menguasai intisari ilmu pedang Hengshan Pai.
Fang Zheng Dashi, Chong Xu Daozhang, ketua Gaibang, Zuo Lengchan dan yang lain-lain sudah lama akrab dengan ilmu pedang Hengshan Pai, mereka melihat bahwa Linghu Chong bukan berasal dadi Hengshan Pai, namun ilmu pedang Hengshan yang dipakainya benar, dalam setiap jurus yang paling biasapun terkandung kekuatan tersembunyi, sangat sesuai dengan prinsip ilmu pedang Hengshan, yaitu 'jarum tersembunyi di balik benang sutra', maka semua orang diam-diam memujinya. Mereka tahu bahwa selama ratusan tahun murid-murid Hengshan Pai kebanyakan adalah biksuni, bagi orang beragama, sikap welas asih adalah yang paling penting, kaum hawa lebih-lebih lagi tak pantas mempelajari ilmu pedang yang bersifat semberono, karena mereka mempelajari ilmu silat hanya untuk membela diri. Prinsip 'jarum tersembunyi di balik benang sutra' ini adalah seperti menyembunyikan jarum baja dalam segumpal kapas. Kalau orang lain tak mengusiknya, gumpalan kapas itu terasa lembut dan hangat, dan tak akan melukai orang, akan tetapi kalau dicubit keras-keras, jarum baja yang tersembunyi dalam gumpalan kapas itu akan menusuk telapak tangan; seberapa dalamnya baja atau besi itu menembus, sama sekali tidak tergantung pada jarum baja itu, tapi pada besar kecilnya tenaga yang dikerahkan oleh tangan orang itu. Kalau tenaga yang digunakan kecil, lukanya akan ringan, akan tetapi kalau tenaga yang dikerahkannya besar, lukanya akan parah pula. Prinsip ilmu silat ini berasal dari ajaran Buddhis tentang hukum karma, karma disebabkan karena perbuatan sendiri, sedangkan kebaikan atau kejahatan muncul dari maksud yang terkandung dalam hati seseorang.
Setelah Linghu Chong mempelajari Dugu Jiujian, ia dapat menangkap intisari berbagai ilmu silat. Ilmu pedang yang dipakainya menekankan maksud dan bukan pada jurusnya, saat ini ia memakai ilmu pedang Hengshan Pai, tapi posisi dan perubahan-perubahannya agak berbeda, namun intisari ilmu pedang Hengshan Pai tetap nampak dengan jelas. Para jago yang menonton mengenali ilmu pedang Hengshan, namun mereka hanya mengetahui garis besarnya saja, mereka tak tahu detil dan perubahan-perubahannya, oleh karenanya ketika mereka melihat permainan pedang Linghu Chong, mereka semua berpikir, "Pemuda ini menjadi ketua Hengshan Pai bukan karena kebetulan belaka! Ternyata ia adalah ahli waris yang sudah dipersiapkan oleh Dingxian dan Dingyi Shitai". Hanya murid-murid Hengshan seperti Yihe, Yiqing dan lain-lain yang dapat melihat bahwa ilmu pedang yang dipakainya tak sepenuhnya selaras dengan ilmu pedang yang diajarkan oleh guru mereka. Namun walaupun jurus-jurusnya berbeda, namun pemahamannya akan prinsip-prinsip ilmu pedang perguruan mereka jauh lebih mendalam.
Ilmu pedang Hengshan Pai yang dipakai oleh Linghu Chong dan Yue Lingshan sama-sama mereka pelajari dari gua belakang Siguoya, namun dasar-dasar ilmu pedang Linghu Chong jauh lebih kuat dari Yue Lingshan, selain itu ia telah lama tinggal bersama murid-murid Hengshan dan lebih memahami ilmu pedang Hengshan daripada Yue Lingshan. Selagi mereka bertarung, kalau saja Linghu Chong tak sengaja mengalah, dalam beberapa jurus saja ia sudah akan menang. Setelah bertukar tiga puluh jurus lebih, jurus-jurus yang dipelajari Yue Lingshan dari dinding gua sudah habis sehingga ia terpaksa mengulanginya lagi dari depan. Untung saja ilmu pedang itu sangat rumit dan gerakan-gerakan melingkarnya indah, setiap jurusnya nampak alami tak dibuat-buat, dari jurus pertama sampai ke jurus ketiga puluh enam, keseluruhannya nampak seperti satu jurus besar yang berkesinambungan dengan mulus. Walaupun ia mengulangi jurus-jurus itu, selain Linghu Chong yang telah mempelajari ilmu pedang itu dari dinding gua, tak ada seorangpun yang mengetahuinya.
Jurus-jurus yang dilancarkan Yue Lingshan amat ketat, dan Linghu Chong memecahkan jurus-jurus itu dengan cara yang seharusnya. Jurus-jurus pedang yang mereka gunakan sama, yaitu ilmu pedang tertinggi Hengshan Pai, pertarungan mereka rumit dan indah, enak dipandang dan sangat menarik. Para pendekar yang menonton merasa senang, dan tak bisa menahan diri untuk tak bersorak sorai.
Seseorang berkata, "Linghu Chong adalah ketua Hengshan Pai, tak heran kalau ia dapat memainkan ilmu pedang ini dengan begitu hebat. Tapi Yue Lingshan jelas-jelas murid Huashan Pai, bagaimana ia juga dapat memainkan ilmu pedang Hengshan?" Seseorang berkata, "Linghu Chong aslinya adalah murid Huashan Pai, dan juga murid kepala Tuan Yue, kalau tidak, bagaimana ia juga dapat memainkan ilmu pedang ini? Kalau bukan Tuan Yue yang mengajarinya sendiri, bagaimana mereka berdua dapat bertarung dengan begitu serasi?" Seseorang lagi berkata, "Tuan Yue menguasai ilmu pedang Huashan, Taishan, Heng Shan dan Hengshan Pai, agaknya ia juga paham ilmu pedang Songshan Pai. Tak ada orang lain yang lebih pantas menjabat sebagai ketua Wuyue Pai". Seseorang lain berkata, "Belum tentu. Ilmu pedang ketua Songshan Pai jauh lebih tinggi dari ilmu pedang Tuan Yue. Dalam ilmu silat, kualitas lebih menentukan dari kuantitas, kalaupun kau dapat menguasai semua ilmu silat di kolong langit ini, pada akhirnya kau cuma akan menjadi kucing berkaki tiga[1], apa gunanya? Ilmu pedang Songshan Pai Ketua Zuo dapat mengalahkan ilmu pedang Wuyue Jianpai". Orang yang pertama berkata, "Bagaimana kau tahu? Dasar pembual". Orang itu berkata dengan gusar, "Membual bagaimana? Kalau kau punya nyali, ayo bertaruh lima puluh tahil perak besar". Orang yang pertama berkata, "Kata siapa aku tak punya nyali? Ayo bertaruh seratus tahil perak. Keluarkan uangnya dulu, yang kalah akan jadi murid Hengshan Pai". Orang itu berkata, "Baik, ayo bertaruh seratus tahil perak! Murid Hengshan apa?" Orang yang pertama berkata, "Yang kalah jadi biksuni!" "Bah!", kata orang itu sambil meludah ke tanah.
Saat ini Yue Lingshan melancarkan jurus-jurusnya dengan makin cepat, memandangi sosoknya yang langsing dan lincah, Linghu Chong teringat pada peristiwa masa lalu ketika mereka berlatih pedang bersama di Huashan, sedikit demi sedikit ia menjadi terpana, lalu mau tak mau menjadi tergila-gila. Ketika melihat serangannya tiba, dengan enteng ia ikut melancarkan jurusnya. Namun ia tak sadar bahwa jurus itu bukan jurus ilmu pedang Hengshan. Yue Lingshan tertegun, lalu berkata dengan lirih, "Plum Hijau Seperti Kacang[2]!" Ia ikut melancarkan sebuah jurus dan menebas ke arah dahi Linghu Chong. Linghu Chong juga terpana, katanya dengan lirih, "Daun Liu Seperti Alis".
Ketika mereka memainkan ilmu pedang Hengshan, mereka hanya tahu jurus-jurusnya, namun tak tahu namanya. Akan tetapi dua jurus yang sedang mereka mainkan ini bukan ilmu pedang Hengshan, melainkan ilmu pedang yang mereka ciptakan bersama ketika mereka berdua berlatih pedang di Huashan, yaitu 'Ilmu Pedang Chong Ling'. 'Chong' adalah Linghu Chong, sedangkan 'Ling' adalah Yue Lingshan. Ilmu ini adalah ilmu pedang yang mereka ciptakan secara main-main bersama. Bakat Linghu Chong jauh lebih besar dari sang adik seperguruan, dalam melakukan segala sesuatu, ia selalu melakukannya dengan riang gembira dan tak menuruti aturan yang berlaku, sehingga ia dapat menciptakan ide-ide baru. Walaupun disebutkan bahwa ilmu pedang ini diciptakan oleh mereka bersama, namun delapan atau sembilan bagian diantaranya diciptakan oleh Linghu Chong. Saat itu ilmu silat mereka berdua masih dangkal, maka dalam ilmu pedang ini juga tak terdapat jurus-jurus yang lihai, hanya saja mereka berdua sering berlatih di tempat-tempat sepi, sehingga mereka dapat memainkannya dengan amat mahir. Tanpa sengaja Linghu Chong melancarkan jurus 'Plum Hijau Seperti Kacang', dan Yue Lingshanpun memainkan jurus 'Daun Liu Seperti Alis'. Mereka berdua memakai jurus-jurus ini tanpa makna yang mendalam, akan tetapi mendadak wajah mereka berdua memerah. Tangan Linghu Chong tak melambat, ia kembali melancarkan jurus 'Pandangan Pertama Di Tengah Kabut', sedangkan Yue Lingshan dengan enteng memainkan jurus 'Pertemuan Pertama Setelah Hujan'. Ilmu pedang ini entah sudah berapa kali mereka mainkan di Huashan, tapi karena takut kalau ketahuan mereka akan dimarahi oleh Tuan Yue atau Nyonya Yue, mereka tak memberitahukannya pada siapapun. Namun saat ini mereka mereka tak dapat menahan diri dan memainkannya di hadapan semua pendekar di dunia ini.
Kali ini, dalam sekejap mereka telah bertukar sepuluh jurus lebih, tak hanya Linghu Chong yang telah tenggelam ke dalam suasana saat mereka dahulu berlatih pedang di Huashan, bahkan Yue Lingshanpun juga sedikit demi sedikit lupa bahwa ia sekarang telah menikah, dan bahwa di depan mata ribuan lelaki dunia persilatan, ia sedang bertanding demi reputasi ayahnya, di matanya hanya ada sang da shige yang periang dan bebas, yang sedang memainkan ilmu pedang yang mereka ciptakan bersama.
Linghu Chong melihat bahwa makin lama ekspresi wajahnya makin lembut, dari matanya terpancar perasaan bahagia, jelas bahwa tamparan sang ayah sudah pudar dari ingatannya, pikirnya, "Hari ini kulihat dia murung terus, wajahnyapun pucat dan lemas, sekarang ia akhirnya baru merasa gembira. Ai, kalau saja Ilmu Pedang Chong Ling ini mempunyai berlaksa jurus, dan tak akan selesai dimainkan seumur hidup". Sejak ia mendengar Yue Lingshan menyanyikan lagu rakyat Fujian di Siguoya, baru kali ini xiao shimei memperlakukannya seperti sediakala, maka ia merasa bahagia tak terperi.
Mereka bertukar dua puluh jurus lebih lagi, pedang Yue Lingshan menebas ke arah kaki kirinya, kaki kiri Linghu Chong melayang dan menendang badan pedangnya. Mata pedang Yue Lingshan menekan ke bawah dan menebas ke depan kakinya. Pedang Linghu Chong dengan sebat menyerang pinggang kanannya, Yue Lingshan memiringkan mata pedangnya, "Trang!", kedua pedang beradu hingga ujung kedua pedang itu tergetar. Mereka berdua serentak menusuk ke depan, serentak menikam ke arah tenggorokan lawan, mereka melancarkan jurus ini dengan kecepatan yang tanpa tanding.
Melihat kecepatan kedua pedang itu, semua orang mengira bahwa mereka tak bisa diselamatkan lagi dan akan sama-sama hancur. Para penonton mau tak mau berseru kaget. Akan tetapi mereka hanya mendengar sebuah dentangan pelan, tak nyana kedua ujung pedang bertemu di tengah-tengah udara hingga mengeluarkan percikan lelatu yang berkilauan, kedua bilah pedang itu melengkung membentuk sebuah lengkungan. Menyusul keduanya mengangsurkan tangan kiri mereka hingga bertemu, lalu dengan meminjam tenaga masing-masing, melayang turun. Perubahan terakhir ini tak disangka-sangka oleh siapapun, kedua bilah pedang itu telah dipakai dengan cara yang begitu cerdik sehingga saat menusuk dengan cepat, kedua ujung pedang bisa bertemu di udara. Kejadian seperti ini sulit untuk terjadi sekali dalam ribuan atau laksaan adu pedang, namun mereka berdua dengan tak disangka-sangka telah berhasil melakukan perbuatan yang hanya dapat dilakukan sekali seumur hidup itu.
Sukar dibayangkan bahwa kedua ujung pedang dapat bertemu di udara seperti itu, para hadirin belum pernah menyaksikan kejadian seperti itu dalam ribuan atau laksaan adu pedang yang telah mereka saksikan, namun mereka berdua telah berlatih ribuan kali untuk mempertemukan ujung pedang mereka, dan akhirnya berhasil melakukannya. Jurus ini harus serentak dilancarkan oleh mereka berdua, posisi dan tenaga yang digunakan untuk mengerakkan pedangpun harus sama sekali tak boleh salah, sehingga ketika ujung pedang saling bertemu dengan secepat kilat, keduanya dapat menjadi seimbang, melengkung dan membentuk sebuah lengkungan. Ilmu pedang ini sama sekali tak ada gunanya kalau digunakan untuk melawan musuh, namun bagi Linghu Chong dan Yue Lingshan, ini adalah suatu permainan yang sukar namun sangat menarik. Setelah mereka berlatih jurus ini, mereka membawanya selangkah lebih jauh lagi dengan membuat ujung pedang mereka bertemu hingga mengeluarkan percikan lelatu.
Ketika mereka telah selesai mempelajari jurus ini di Huashan, Yue Lingshan bertanya, jurus ini sebaiknya diberi nama apa. Linghu Chong berkata, "Menurutmu nama apa yang bagus?" Yue Lingshan tersenyum dan berkata, "Sepasang pedang menusuk dengan sebat tanpa memperdulikan nyawa, bagaimana kalau disebut 'Hancur Bersama'?" Linghu Chong berkata, " 'Hancur Bersama', kedengarannya seakan kau dan aku seperti musuh bebuyutan saja, lebih baik kita sebut 'Kau Mati Aku Hidup' !" Yue Lingshan mencibir, lalu berkata, "Kenapa aku mati dan kau hidup? Yang benar ialah kau mati dan aku hidup". Linghu Chong berkata, "Tadi aku berkata 'Kau Mati Aku Hidup' ". Yue Lingshan berkata, "Perkataan kau dan aku ini tak jelas, dalam jurus ini tak ada yang mati, maka kita sebut 'Hidup Mati Bersama' saja". Linghu Chong bertepuk tangan dan berseru memuji. Namun Yue Lingshan merasa bahwa nama 'Hidup Mati Bersama' itu terlalu intim, maka ia membuang pedangnya, berbalik dan lari.
Para hadirin melihat bahwa mereka berdua berhasil meloloskan diri dari keadaan diantara hidup dan mati yang sungguh amat berbahaya, keringat dingin membasahi telapak tangan mereka, mereka semua sampai lupa bersorak sorai. Pada hari itu di Biara Shaolin ketika Yue Buqun bertarung dengan Linghu Chong untuk menghimbaunya kembali ke Huashan, Yue Buqun telah memakai Ilmu Pedang Chong Ling itu, namun jurus yang satu ini belum pernah dipakainya. Walaupun Yue Buqun telah diam-diam mengintip keduanya berlatih dan tahu jurus-jurus Ilmu Pedang Chong Ling itu, namun ia sama sekali tak berusaha untuk berlatih jurus 'Hidup Mati Bersama' yang konyol dan tak berguna itu. Oleh karenanya, ketika Fang Zheng, Chong Xu, Zuo Lengchan dan yang lainnya menyaksikan jurus ini, mereka amat terkejut. Yingying merasa jeri dan tak bisa berkata apa-apa.
Nampak mereka berdua melayang turun di udara, wajah mereka penuh senyum, menilik sikap tubuh dan ekspresi wajah mereka, mereka seakan sedang melayang ditiup angin musim semi yang sepoi-sepoi. Mereka berdua mengangkat pedang dan kembali bertarung. Saat mereka berdua menciptakan ilmu pedang ini di Huashan, hubungan kakak beradik seperguruan diantara mereka masih sangat akrab, mereka sama-sama segan berpisah, oleh karenanya jurus ini banyak mengandung permainan dan sangat sedikit mengandung maksud membunuh. Saat ini ketika mereka beradu pedang, tanpa sadar mereka kembali ke suasana di masa lalu itu, gerakan pedang mereka melambat, alis mereka terangkat, sedikit demi sedikit mengungkapkan perasaan mesra cinta di masa kanak-kanak mereka. Pertarungan ini lebih tepat disebut sebagai 'menari dengan pedang' daripada 'adu pedang', dan sebutan 'menari dengan pedang' ini lebih tepat disebut sebagai 'tarian pedang', akan tetapi 'tarian pedang' ini bukan untuk menghibur tetamu, melainkan untuk menyenangkan diri sendiri.
Sekonyong-konyong dari tengah kerumunan seseorang berseru, "Hei!", lalu orang itu tertawa sinis. Yue Lingshan terkejut, ia sadar bahwa suara itu adalah suara suaminya, Lin Pingzhi, hatinya terasa dingin, "Caraku bertarung dengan da shige ini tidak benar". Pedangnya membuat sebuah lingkaran, lalu menyungkit dari bawah, gerakannya bertenaga dan sebat, amat indah dipandang, jurus ini adalah sebuah jurus dari 'Sembilan Belas Jurus Pedang Gadis Kumala' Huashan Pai.
Tawa sinis Lin Pingzhi ini juga didengar oleh Linghu Chong, ia melihat bahwa Yue Lingshan segera berganti jurus, serangan pedangnya sama sekali tak berbelas kasihan,
tak lagi lemah gemulai seperti ketika ia menggunakan ilmu pedang Chong Ling. Hatinya
terasa pedih, berbagai peristiwa masa lampau seketika itu juga membanjiri pikirannya, ia terkenang saat ia dihukum sang guru menghadap tembok di Siguoya, xiao shimei setiap hari mengantar nasi untuknya, pada suatu hari turun hujan salju lebat, dan mereka berdua tinggal berduaan di dalam gua; ia juga terkenang akan bagaimana xiao shimei jatuh sakit dan mereka lama tak bisa berjumpa, masing-masing menderita karena memendam rasa rindu, namun pada saat itu, entah dengan cara bagaimana, Lin Pingzhi ternyata berhasil merebut hatinya, dan sejak saat itu jurang kesalah pahaman diantara mereka berdua makin melebar dari hari ke hari; ia juga terkenang akan bagaimana setelah xiao shimei mempelajari 'Sembilan Belas Jurus Pedang Gadis Kumala' dari shiniang, ia naik ke puncak tebing dan bertanding dengannya, namun saat itu hatinya pedih dan saat bertanding ia tak sudi mengalah......
Berbagai pikiran itu berkelebat dalam benaknya, tepat pada saat itu, pedang Yue Lingshan telah terangkat dan menuding dadanya. Pikiran Linghu Chong galau, jari tangan kirinya menyentil, "Trang!", ia menyentil pedangnya. Yue Lingshan tak mampu memeganginya dan pedangnya terlepas dan melayang ke angkasa.
Begitu jarinya menyentil, dalam hati ia berseru, "Celaka!" Wajah Yue Lingshan nampak sedih, seakan hendak memaksakan diri untuk tersenyum, namun ia mana bisa tersenyum? Dahulu di Siguoya, Linghu Chong juga pernah menyentil seperti ini, sehingga 'Pedang Kolam Hijau' kesayangannya terjatuh ke sebuah lembah yang dalam, sejak itu timbul ketegangan diantara mereka berdua, tak nyana hari ini peristiwa masa lalu itu kembali berulang. Beberapa hari belakangan ini, ia terkadang merenung ditengah keheningan malam, ia sadar bahwa saat itu ia menyentil pedang Yue Lingshan karena ia cemburu pada Lin Pingzhi, perasaannya bergejolak dan sulit ditahan, mau tak mau ia merasa amat menyesal. Ternyata hari ini ketika ia mendengar tawa sinis Lin Pingzhi dan melihat ekspresi wajah Yue Lingshan berubah, penyakit lamanya kembali kumat. Saat itu di Siguoya, dengan sekali sentil ia telah dapat menjatuhkan pedang Yue Lingshan, saat ini dengan tenaga dalam yang sekarang dimilikinya, terlihat pedang itu melayang lurus ke angkasa dan untuk sesaat tak terjatuh ke tanah.
Ia berpikir, "Sebenarnya aku hendak mengalah pada xiao shimei untuk menyenangkan hatinya. Tapi sekarang aku malah menyentil pedangnya hingga jatuh, ini namanya aku sengaja mempermalukannya di depan semua orang gagah di dunia ini, bagaimana aku dapat memakai tipu muslihat rendah seperti itu untuk membalas budi xiao shimei?" Dengan sekilas pandang, ia melihat bahwa pedang itu sedang meluncur ke bawah dari angkasa, seketika itu juga tubuhnya bergeser, serunya, "Ilmu pedang Hengshan Pai yang bagus!" Ia seakan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindar, namun sebenarnya ia menyorongkan tubuhnya ke arah pedang itu, "Sret!", pedang menembus tubuhnya melalui bahu kirinya. Linghu Chong tersungkur ke depan, tubuhnya seakan terpaku oleh pedang itu ke tanah.
Kejadian itu terjadi dengan sangat mendadak, para hadirin berteriak, mereka semua terkejut dan terpana.
Yue Lingshan berseru dengan cemas, "Kau......da shige......" Ia melihat seorang lelaki bercambang ikal menerjang ke depan, ia menghunus pedangnya, lalu membopong Linghu Chong. Darah menyembur dengan deras dari luka di belakang bahu Linghu Chong, belasan murid perempuan Hengshan Pai mengerumuninya, berlomba-lomba mengeluarkan obat luka dan mengoleskannya. Yue Lingshan tak tahu apakah ia hidup atau mati, maka ia berlari mendekat untuk melihat keadaannya. Namun sinar pedang berkilauan, dua bilah pedang menghalangi jalannya, seorang biksuni membentak, "Perempuan kejam!" Yue Lingshan tertegun, ia mundur beberapa langkah, untuk sesaat ia tak tahu harus berbuat apa.
Terdengar Yue Buqun tertawa panjang dengan nyaring, lalu berkata dengan lantang, "Shan er, kau telah mengalahkan ketua Taishan, Heng Shan dan Hengshan Pai dengan ilmu pedang masing-masing, ini adalah hal yang amat sukar dilakukan!"
Ketika pedang Yue Lingshan terjatuh, para hadirin melihat dengan jelas bahwa pedangnya itu telah disentil Linghu Chong hingga terjatuh, namun ternyata Linghu Chong memang benar-benar telah terluka terkena pedangnya. Apakah jurus itu termasuk ilmu pedang Hengshan Pai, tak ada yang dapat memastikannya. Saat mereka berdua bertarung dengan menggunakan Ilmu Pedang Chong Ling, para penonton tak tahu apa yang sedang terjadi, namun mereka dapat melihat bahwa jurus-jurus ilmu pedang itu kekanak-kanakkan dan canggung, sama sekali tak berguna, hanya gerakannya yang seperti tarian enak dipandang: ketika jurus itu berakhir dengan insiden itu, semua orang terkejut melihat kejadian yang sama sekali tak disangka-sangka itu. Saat itu terdengar Yue Buqun memuji putrinya yang telah dapat mengalahkan tiga ketua perguruan dengan ilmu pedang masing-masing, maka mereka mengira bahwa jurus menjatuhkan pedang dari angkasa itu tentunya jurus ilmu pedang Hengshan Pai. Walaupun ada orang yang merasa curiga karena merasa bahwa jurus itu sangat berbeda dengan ilmu pedang Hengshan Pai, namun mereka tak dapat menjelaskan asal usul jurus itu dan tak dapat berdebat dengan Yue Buqun secara terang-terangan.
Ketika Yue Lingshan memungut pedangnya yang tergeletak di atas tanah, ia melihat bahwa badan pedang itu penuh bercak-bercak darah. Jantungnya berdebar-debar, pikirnya, "Entah bagaimana keadaanya? Asalkan ia tak mati, aku akan......aku akan......"
--
Catatan Kaki Penerjemah
[1] 三脚猫 (san jiao mao), ungkapan yang berarti 'seseorang yang tahu tentang berbagai hal tapi tak benar-benar menguasai satu ilmupun'.
[2] 'Qing mei zhu ma' (plum hijau dan kuda bambu) adalah sebuah ungkapan yang berarti cinta masa kanak-kanak.