Pendekar Hina Kelana Bab 30 - Pertemuan Rahasia
<< Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>
Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana
oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Smiling Proud Wanderer Jilid 3
Bab XXX Pertemuan Rahasia
Bagian Pertama
Linghu Chong mengajak Fang Zheng Dashi dan Pendeta Chong Xu menuruni Puncak Jianxing, melewati Lembah Ciyao sampai ke kaki Bukit Cuiping. Ketika Fang Zheng dan Chong Xu mendongak dan memandang ke atas, mereka melihat dua buah bangunan yang melayang, menjulang di atas puncak bukit, bagai kediaman para dewa yang berada di atas awan. Fang Zheng menghela napas dan berkata, "Orang yang membangun bangunan ini benar-benar seorang yang luar biasa, di kolong langit ini tak ada hal yang sukar baginya, orang ini cita-citanya setinggi langit".
Ketiga orang itu mendaki gunung dengan santai sampai ke Kuil Xuankong. Kuil Xuankong memiliki dua buah bangunan, yang masing-masing terdiri dari tiga tingkat dan menjulang puluhan zhang ke langit. Kedua bangunan itu terpisah puluhan langkah jauhnya dan terhubung oleh sebuah jembatan gantung. Di dalam kuil ada seorang wanita tua yang tugasnya menunggui dan menyapu tempat itu, ketika ia melihat Linghu Chong bertiga datang, ia menatap mereka tanpa berkedip, namun tak menyapa atau menghormat pada mereka. Lebih dari sepuluh hari yang lalu, Linghu Chong bersama Yihe, Yiqing dan Yilin telah berkunjung ke tempat ini, mereka tahu bahwa pelayan tua ini bisu dan tuli, dan tak mengerti apa-apa, maka merekapun tak memperdulikannya lagi. Bersama Fang Zheng dan Chong Xu, ia pergi ke jembatan gantung.
Jembatan gantung itu lebarnya hanya beberapa chi saja, kalau orang biasa menaikinya dan melihat bahwa di segala penjuru hanya ada udara kosong, sedangkan awan berarak di bawah kakinya, ia akan merasa seakan berada di awang-awang, dan mau tak mau pikirannya akan terguncang, tangan dan kakinya bagai lumpuh. Namun ketiga orang itu adalah jago-jago kelas satu, ketika melihat pemandangan yang indah ini, pikiran mereka malah terasa lega.
Fang Zheng dan Chong Xu memandang ke utara, di tengah kabut dan awan samar-samar nampak tembok kota yang terkadang nampak dan terkadang menghilang, diantara kedua tebing Lembah Ciyao mengalir sebuah sungai, tanah di sekitarnya amat terjal. Fang Zheng berkata, "Orang zaman dahulu berkata, satu orang menjaga lembah, selaksa orang tak dapat menembusnya, keadaan disini memang seperti itu".
Chong Xu berkata, "Pada zaman Song Utara, Yang tua[1] memerintahkan Gong E menjaga tiga lembah disini, mereka menempatkan pasukan di titik ini, tempat ini adalah benteng yang diidamkan oleh setiap ahli strategi militer. Begitu aku melihat Kuil Xuankong, aku tercengang melihat kepandaian dan kegigihan orang zaman dahulu, namun ketika melihat jalan sepanjang lima ratus li yang dipahat di tebing ini, Kuil Xuankong menjadi tak ada artinya". Dengan heran Linghu Chong berkata, "Daozhang, anda berkata bahwa jalan sepanjang ratusan li ini dipahat manusia?" Chong Xu berkata, "Menurut catatan sejarah, pada zaman Wei Utara, Dao Wudi[2] menempatkan pasukan di Guiping Cheng di gunung ini dan memerintahkan puluhan ribu prajurit memahat pegunungan Hengshan untuk membuat jalan sepanjang lima ratus li ini. Lembah Ciyao adalah ujung utara jalan ini". Fang Zheng berkata, "Walaupun disebut sebagai jalan sepanjang lima ratus li lebih, namun sebenarnya sebagian besar dari jalan itu telah ada secara alami. Kaisar Wei Utara mengirim puluhan ribu prajurit untuk meratakan puncak-puncak gunung yang menghalangi jalan itu. Proyek itu sangat besar dan mengejutkan banyak orang".
Linghu Chong berkata, "Tak heran kalau begitu banyak orang ingin menjadi kaisar. Ia hanya perlu membuka mulut saja, dan laksaan prajurit akan segera meratakan gunung yang menghalangi jalan itu". Chong Xu berkata, "Kekuasaan dan pengaruh sama saja, sejak zaman purbakala entah sudah ada berapa banyak pahlawan dan orang gagah, namun mereka tak bisa memahat jalan ini. Jangankan menjadi kaisar, bukankah kekacauan yang terus menerus terjadi di dunia persilatan saat ini juga disebabkan oleh kekuasaan?"
Linghu Chong merasa gelisah, pikirnya, "Ia sudah sampai pada pokok pembicaraannya". Ia berkata, "Wanbei tak paham, mohon agar qianbei berdua menjelaskannya".
Fang Zheng berkata, "Ketua Linghu, hari ini Ding Laoxiong dari Songshan Pai datang dengan membawa banyak orang, untuk apa ia melakukan hal itu?" Linghu Chong berkata, "Ia menyampaikan perintah Zuo Mengzhu untuk melarang wanbei menjabat sebagai ketua Hengshan Pai". Fang Zheng berkata, "Kenapa Zuo Mengzhu tak memperbolehkanmu menjabat sebagai ketua Hengshan Pai?" Linghu Chong berkata, "Zuo Mengzhu ingin melebur Wuyue Jianpai menjadi satu, wanbei menghalangi rencananya dan telah membunuh tak sedikit orang-orang Songshan Pai, sehingga Zuo Mengzhu amat benci pada wanbei". Fang Zheng bertanya, "Kenapa kau menghalangi rencananya itu?"
Linghu Chong tertegun, untuk sesaat ia tak dapat menjawab, tanpa berpikir ia mengulangi pertanyaan itu, "Kenapa aku menghalangi rencananya?"
Fang Zheng bertanya, "Menurut pendapatmu, kalau Wuyue Jianpai dilebur menjadi satu, apakah ini suatu hal yang pantas?"
Linghu Chong berkata, "Saat ini wanbei belum memikirkan apakah hal ini pantas atau tidak. Hanya saja untuk memaksa Hengshan Pai menyetujui rencana itu, Songshan Pai menyaru sebagai Riyue Shenjiao, menculik murid-murid Hengshan Pai, mengepung Dingxian Shitai, dan memakai tipu muslihat yang keji. Ketika wanbei kebetulan mengetahui peristiwa ini, aku merasa bahwa hal ini tak adil dan turun tangan membantu mereka. Setelah itu Songshan Pai membakar Lembah Pandai Pedang karena hendak membakar hidup-hidup Dingxian dan Dingyi Shitai, perbuatan itu lebih memuakkan lagi. Wanbei berpikir, kalau peleburan Wuyue Jianpai adalah sesuatu yang baik, kenapa Songshan Pai tidak berunding secara terang-terangan saja dengan masing-masing perguruan dan malah bertindak secara sembunyi-sembunyi seperti itu?"
Chong Xu mengangguk dan berkata, "Pikiran Ketua Linghu tidak salah. Ambisi Zuo Lengchan sangat besar, ia ingin menjadi orang nomor satu di dunia persilatan. Ia sendiri tahu bahwa ia tak dapat memaksa semua orang untuk tunduk padanya, maka ia terpaksa diam-diam menggunakan tipu muslihat". Fang Zheng menghela napas dan berkata, "Zuo Mengzhu adalah orang yang sangat berbakat, benar-benar seseorang yang menonjol di dunia persilatan, di kalangan Wuyue Jianpai tak ada orang yang dapat mengunggulinya. Tapi ambisinya terlalu besar, ia ingin cepat-cepat mengalahkan Wudang dan Shaolin Pai dengan segala cara". Chong Xu berkata, "Shaolin Pai telah diakui sebagai pemimpin dunia persilatan sejak ratusan tahun yang lalu. Di bawah Shaolin Pai ada Wudang. Dibawahnya lagi ada Kunlun, Emei dan Kongdong Pai. Linghu Xiandi[3], sebuah perguruan menjadi termasyur karena para pahlawan dan orang gagah yang tak terhitung jumlahnya, yang selama ratusan tahun terakhir terus bersusah payah membangunnya, setiap macam ilmu silat mereka ditempa dan dilatih sedikit demi sedikit hingga sempurna, semuanya ini bukanlah hasil kerja sehari semalam saja. Namun kemunculan mendadak Wuyue Jianpai, adalah hal yang baru terjadi dalam enam atau tujuh puluh tahun belakangan ini, walaupun mereka cepat mengalami kemajuan pesat, namun ilmu silat mereka belum sebaik Kunlun dan Emei, apalagi kalau dibandingkan dengan tujuh puluh dua kepandaian Shaolin yang luas dan mendalam". Linghu Chong mengangguk setuju.
Chong Xu kembali berkata, "Dalam setiap perguruan, terkadang muncul satu atau dua tokoh yang bijak dan berilmu silat tinggi, dan dapat mendominasi dunia persilatan pada zamannya. Seseorang yang menonjol di dunia persilatan dan menjadi termasyur adalah hal yang biasa. Namun kalau hanya mengantungkan diri pada kekuatan seseorang, tak mungkin dapat mengalahkan semua perguruan besar di dunia ini. Zuo Lengchan sangat ambisius, dan hal inilah yang ingin dilakukannya. Tempo hari ketika ia menjadi mengzhu Wuyue Jianpai, fangzhang dashi telah memperkirakan bahwa sejak saat itu akan banyak masalah di dunia persilatan. Beberapa tahun belakangan ini, perbuatan Zuo Lengchan memang telah membuktikan dugaan fangzhang dashi ini". Fang Zheng berdoa, "Amituofo!"
Chong Xu berkata, "Menjadi mengzhu Wuyue Jianpai adalah langkah pertama Zuo Lengchan. Langkah kedua adalah melebur kelima perguruan menjadi satu dan menjadikan dirinya sendiri sebagai ketuanya. Setelah kelima perguruan bersatu, kekuatannya akan jauh lebih besar, sehingga ia bisa diam-diam menjadi salah satu dari tiga kekuatan utama di dunia persilatan bersama dengan Shaolin dan Wudang. Saat itu ia dapat mengambil langkah berikutnya dengan mencaplok perguruan Kunlun, Emei, Kongdong, Qingcheng dan lain-lain, ini adalah langkah ketiga. Setelah itu ia akan mencari perkara dengan Mojiao, lalu memimpin Shaolin dan Wudang untuk menyerang Mojiao, ini adalah langkah keempat".
Dalam hati Linghu Chong merasa jeri, katanya, "Hal semacam ini amat sukar dilakukan dan ilmu silat Zuo Lengchan belum tentu tak tertandingi di dunia ini, kenapa ia ingin bersusah payah seperti itu?"
Chong Xu berkata, "Hati manusia sulit ditebak. Perkara di dunia ini, betapapun sulitnya, selalu ada orang yang mencoba melakukannya. Kau lihatlah, jalan setapak sepanjang lima ratus li ini bukankah dipahat orang? Kuil Xuankong ini, bukankah dibangun oleh seseorang? Kalau Zuo Lengchan dapat membasmi Mojiao, di dunia persilatan ia akan dianggap sebagai pemimpin besar, lalu setelah itu kalau ia ingin mencaplok Wudang dan menyapu habis Shaolin, tidaklah sukar. Untuk melakukan perkara-perkara besar ini, tak seluruhnya tergantung pada ilmu silat belaka, yang lebih penting ialah menunggu momentum yang baik. Pasukan yang melarikan diri adalah seperti tanah longsor, hal ini memang tak salah, kalau kecepatan melarikan dirinya seperti ombak, hal ini bukanlah sesuatu yang aneh". Fang Zheng kembali berdoa, "Amituofo!"
Linghu Chong berkata, "Ternyata Zuo Lengchan ingin menjadi tokoh nomor satu di dunia persilatan agar semua orang patuh pada perintahnya". Chong Xu berkata, "Tepat sekali! Jangan-jangan pada setelah itu ia akan ingin menjadi kaisar, setelah menjadi kaisar, ia akan ingin hidup abadi selamanya! Ini namanya 'orang yang tak pernah puas adalah seperti ular yang hendak menelan gajah', sejak zaman dahulu kala, memang demikianlah keadaannya. Diantara para pahlawan dan orang gagah, sangat sedikit yang dapat membebaskan diri dari jeratan kekuasaan dan kedudukan".
Linghu Chong terdiam seribu bahasa, angin utara bertiup dengan kencang, mau tak mau ia menggigil, katanya, "Hidup manusia hanya puluhan tahun saja, yang paling penting dalam hidup ini adalah berbahagia, untuk apa bersusah payah seperti itu? Zuo Lengchan ingin menyerang Mojiao, memusnahkan Kongdong dan Kunlun, lalu mencaplok Wudang dan Shaolin, entah berapa banyak orang yang akan terbunuh, entah berapa banyak darah yang akan tertumpah?"
Chong Xu bertepuk tangan, lalu berkata, "Benar, kita bertiga memikul beban berat untuk menghentikan Zuo Lengchan, untuk tak membiarkan ambisi liarnya terlaksana, agar dunia persilatan tak bersimbah darah".
Linghu Chong berkata dengan jeri, "Perkataan daozhang ini membuat wanbei ketakutan. Pengalaman wanbei masih dangkal, mohon arahan dari qianbei berdua".
Chong Xu berkata, "Hari itu saat kau memimpin segerombolan orang ke Shaolin untuk menjemput Ren Da Xiaojie, kau tak merusak sehelai rumput atau sebatang pohonpun, fangzhang dashi amat berterima kasih padamu". Wajah Linghu Chong samar-samar merona merah, katanya, "Wanbei telah membuat onar, mohon maaf". Chong Xu berkata, "Setelah kau pergi, Zuo Lengchan dan yang lainnya masing-masing minta diri, tapi aku berdiam di Biara Shaolin selama tujuh hari lagi dan berbicara siang dan malam dengan fangzhang dashi tentang kekhawatiran kami terhadap ambisi liar Zuo Lengchan. Saat itu Ren Woxing menjalankan tipu muslihat sehingga ia berada di atas angin dalam pertarungannya dengan Fang Zheng Dashi, lalu Zuo Lengchan juga menggunakan tipu muslihat untuk mengalahkannya. Semestinya hal ini bukan hal yang perlu dibesar-besarkan, tapi orang-orang yang tak mengerti apa-apa di dunia persilatan akan berkata, 'Fang Zheng Dashi tak bisa menandingi Ren Woxing, dan Ren Woxing tak bisa menandingi Zuo Lengchan....."
Linghu Chong mengangguk-angguk seraya berkata, "Tak mungkin! Tak mungkin!" Chong Xu berkata, "Kita semua tahu bahwa hal itu tak mungkin. Akan tetapi karena pertarungan ini, nama besar Zuo Lengchan akan makin berkumandang, dan juga membuatnya makin angkuh dan ambisius. Setelah itu ketika kami mendengar kabar bahwa kau, laodi, akan menjabat ketua Hengshan Pai, kami lalu memutuskan untuk datang sendiri ke Hengshan, pertama, untuk memberi selamat pada laodi, kedua, untuk merundingkan perkara besar ini denganmu".
Linghu Chong berkata, "Kalian berdua begitu menghargaiku, aku sungguh tak berani menerimanya".
Chong Xu berkata, "Ding Mian menyampaikan perintah Zuo Lengchan, bahwa tanggal lima belas bulan tiga, orang-orang Wuyue Jianpai harus berkumpul di Songshan untuk memilih Ketua Wuyue Pai. Langkah ini sudah diduga oleh fangzhang dashi, hanya saja kami tak mengira bahwa Zuo Lengchan akan begitu tak sabaran. Ia berkata hendak memilih ketua Wuyue Pai, seakan penggabungan Wuyue Jianpai telah menjadi kenyataan saja. Sebenarnya, watak Tuan Mo Da dari Heng Shan Pai aneh, ia tak mungkin hanya membeo pada Zuo Lengchan. Watak Tianmen Daoxiong dari Taishan Pai lugas dan berapi-api, ia juga tak mungkin bisa dipaksa untuk berada di bawah ketiak orang lain. Gurumu Tuan Yue nampak lembut diluar tapi keras di dalam, ia amat menjunjung tinggi tradisi Huashan Pai. Kalau Zuo Lengchan hendak menghapuskan nama besar Huashan Pai, Tuan Yue akan melawannya. Tinggallah Hengshan Pai, ketiga shitai senior telah meninggal dunia, sedangkan para murid perempuannya terlalu lemah untuk melawan Zuo Lengchan dan mungkin akan takluk padanya. Tak nyana Dingxian Shitai ternyata dapat mengingkari tradisi dan menyerahkan beban berat seorang ketua pada laodi. Aku dan saudara kepala biara membicarakan keluasan wawasan dan pandangan ke depan Dingxian Shitai, kami benar-benar mengaguminya. Saat ia terluka parah, ia masih bisa memikirkan hal ini, sesuatu yang sukar ditemukan, hal ini menunjukkan bahwa Dingxian Shitai amat luar biasa, sampai menjelang ajalpun pikirannya masih tetap terang benderang. Asalkan keempat perguruan Taishan, Heng Shan, Huashan dan Hengshan bersatu dan tak bersedia untuk bergabung menjadi Wuyue Pai, rencana Zuo Lenchan untuk mengacaukan dunia persilatan tak akan terlaksana".
Linghu Chong berkata, "Namun kalau melihat lagak Ding Mian saat menyampaikan perintah hari ini, sepertinya Taishan, Heng Shan dan Huashan telah takluk pada Zuo Lengchan". Chong Xu mengangguk seraya berkata, "Benar. Kemana gurumu Tuan Yue berpihak, tak bisa ditebak oleh fangzhang dashi dan pindao. Kabarnya putra keluarga Lin dari Fuzhou telah menjadi murid gurumu, benar tidak?" Linghu Chong berkata, "Benar. Lin Shidi bernama Lin Pingzhi". Chong Xu berkata, "Ia mempunyai kitab warisan keluarga yang disebut Pixie Jianpu, di dunia persilatan sudah lama tersebar kabar bahwa ilmu pedang yang terdapat dalam kitab itu kekuatannya amat hebat, mungkin laodi sudah pernah mendengarnya". Linghu Chong berkata, "Ya". Ia segera menceritakan bagaimana mereka mencari sehelai jiasha[4] di Xiangyang Xiang di Fuzhou, bagaimana jiasha itu direbut oleh orang-orang Songshan Pai, dan bagaimana dirinya terluka dan jatuh pingsan, semuanya diceritakannya satu persatu.
Chong Xu mengumam untuk beberapa saat, lalu berkata, "Masuk akal bahwa setelah gurumu menemukan jiasha itu ia memberikannya pada Lin Shidimu".
Linghu Chong berkata, "Benar, akan tetapi setelah itu shimei menagih Pixie Jianpu itu dariku. Keanehan dalam perkara ini tak dapat kupecahkan. Wanbei sudah lama diperlakukan tak adil, maka aku tak lagi memperdulikan masalah ini, akan tetapi bagaimana sebenarnya seluk beluk masalah Pixie Jianfa itu, aku hendak mohon penjelasan dari qianbei berdua".
Chong Xu melirik ke arah Fang Zheng, lalu berkata, "Fangzhang Dashi[5], keseluruhan kisah ini mohon supaya kau jelaskan pada Linghu Laodi".
Fang Zheng mengangguk-angguk, lalu berkata, "Ketua Linghu, apa kau pernah mendengar nama Kuihoa Baodian[6]?"
Linghu Chong berkata, "Aku pernah mendengar shifu menyebutnya, beliau berkata bahwa Kuihoa Baodian adalah kitab rahasia ilmu silat yang tertinggi, namun sudah lama hilang dan tak diketahui dimana keberadaannya. Setelah itu wanbei juga mendengar Ren Jiaozhu berkata bahwa ia telah memberikan Kuihoa Baodian kepada Dongfang Bubai, kalau begitu, Kuihoa Baodian itu ada di Riyue Shenjiao". Fang Zheng mengangguk dan berkata, "Kitab yang dimiliki Riyue Jiao tidak lengkap dan sama sekali bukan kitab yang asli". Linghu Chong menjawab, "Ya". Ia berpikir bahwa mengenai seluk beluk kitab rahasia penting di dunia persilatan ini, kalau kedua qianbei ini tak mengetahuinya, orang lain terlebih lagi tak akan tahu. Ia juga berpikir bahwa sebentar lagi ia akan mendengar mengenai perkara besar dalam dunia persilatan ini dari mulut Fang Zheng Dashi sendiri.
* * *
Fang Zheng mendongak dan memandangi awan yang berarak di angkasa, lalu ia berkata, "Dahulu Huashan Pai terbagi atas Faksi Tenaga Dalam dan Faksi Pedang, sehingga satu perguruan terbagi dalam dua faksi. Oleh karenanya, para qianbei Huashan Pai saling membunuh, apakah kau sudah tahu mengenai hal ini?" Linghu Chong berkata, "Ya. Tapi guruku tak pernah bercerita tentangnya secara jelas". Fang Zheng mengangguk seraya berkata, "Perang saudara bukanlah sesuatu indah, oleh karenanya Tuan Yue tak ingin banyak berbicara tentangnya. Kabarnya Huashan Pai menjadi terbagi atas Faksi Tenaga Dalam dan Faksi Pedang karena Kuihoa Baodian itu".
Ia berhenti sejenak, lalu perlahan-lahan berbicara, "Sejak lama, orang dunia persilatan selalu berkata bahwa Kuihoa Baodian diciptakan oleh seorang pejabat istana dari dinasti sebelum ini". Linghu Chong berkata, "Seorang pejabat?" Chong Xu berkata, "Pejabat ini adalah seorang kasim". Linghu Chong berkata, "Oh". Fang Zheng berkata, "Nama qianbei ini sudah tak dapat diketahui lagi. Kalau ia adalah seorang jago, kenapa ia menjadi kasim di istana, hal ini terlebih lagi tak diketahui oleh siapapun. Sedangkan mengenai ilmu silat yang terkandung dalam kitab itu, kita tahu bahwa ilmu itu sangat mendalam, namun selama lebih dari tiga ratus tahun, tak seorangpun dapat menguasai kitab itu dan mempelajarinya. Lebih dari seratus tahun yang lalu, kitab pusaka ini diperoleh oleh cabang Kuil Shaolin di Quanzhou, Fujian. Saat itu, kepala Biara Shaolin di Quanzhou adalah Hongye Chanshi[7], beliau adalah seorang tokoh yang bijak dan cerdas, sesuai dengan pemahamannya yang luas tentang ilmu silat, ia seharusnya patut mempelajari ilmu yang terkandung dalam kitab pusaka itu. Namun menurut murid beliau, Hongchen Chanshi sama sekali tak pernah mempelajarinya. Bahkan, ada orang yang berkata bahwa setelah mempelajarinya untuk beberapa lama, sampai beliau meninggal dunia, Hongchen Chanshi sama sekali tak pernah berlatih ilmu silat yang terdapat dalam kitab pusaka itu".
Linghu Chong berkata, "Mungkin ada kunci rahasia yang tak terdapat di dalam kitab itu, sehingga tokoh yang begitu cerdas seperti Hongchen Chanshi juga tak dapat memahami seluruh ilmu itu, dan dasar-dasarnya tak dapat diketahui".
Fang Zheng Dashi mengangguk seraya berkata, "Hal ini sangat mungkin. Laona dan Chong Daoxiong tak berjodoh melihat kitab pusaka itu, kalau tidak, walaupun kami tak berkata akan berani mempelajarinya, namun meneliti ilmu silat misterius di dalamnya tentunya amat menarik".
Chong Xu tersenyum kecil, lalu berkata, "Dashi masih tergoda urusan duniawi. Kita orang yang mempelajari ilmu silat, kalau melihat kitab pusaka seperti itu pasti akan lupa makan dan tidur demi mempelajarinya. Akibatnya tak hanya menganggu kemurnian latihan kita, tapi malah membuat kita menjadi gelisah. Kalau kita tak berjodoh melihatnya, ini adalah suatu keberuntungan".
Fang Zheng tertawa terbahak-bahak, "Perkataan daoxiong itu benar, laona masih tergoda urusan duniawi, aku sungguh malu". Ia berpaling ke arah Linghu Chong dan berkata, "Kabarnya saat itu ada dua orang saudara seperguruan dari Huashan Pai yang sedang menjadi tamu Biara Shaolin di Quanzhou, entah karena nasib baik apa, mereka tak nyana berhasil membaca Kuihoa Baodian itu".
Linghu Chong berpikir, "Karena Kuihoa Baodian itu begitu penting, Biara Shaolin di Quanzhou tentunya tak akan memperlihatkannya pada siapapun. Kalau kedua qianbei Huashan Pai itu dapat membacanya, mereka tentunya telah mencuri baca kitab itu".
Fang Zheng berkata, "Karena terdesak waktu, mereka berdua tak dapat membaca seluruh kitab itu bersama-sama, maka mereka segera membagi tugas untuk membacanya sendiri-sendiri, masing-masing membaca separuh kitab itu, setelah kembali ke Huashan, mereka bersama-sama mempelajari kitab itu. Namun ketika kedua orang itu saling mencocokkan isi kitab itu, ternyata apa yang mereka kemukakan tidak sama, sehingga keseluruhannya tak dapat digabungkan. Keduanya sama-sama yakin bahwa pihak yang satunya telah salah membaca kitab itu, hanya yang diingat oleh dirinya sendirilah yang benar. Namun kalau hanya mengandalkan separuh kitab yang diingat oleh dirinya sendiri, mereka tak akan dapat mempelajarinya. Sebelumnya mereka berdua adalah saudara-saudara seperguruan yang sangat akrab hingga bahkan melebihi saudara kandung sendiri, akan tetapi akhirnya mereka menjadi musuh bebuyutan. Oleh karena masalah ini, Huashan Pai terpecah menjadi Faksi Tenaga Dalam dan Faksi Pedang".
Linghu Chong berkata, "Kedua qianbei ini sepertinya adalah qianbei Yue Su dan Cai Zifeng dari Huashan Pai?" Yue Su adalah pendiri Faksi Tenaga Dalam Huashan, sedangkan Cai Shifeng adalah pendiri Faksi Pedang. Peristiwa terpecahnya Huashan menjadi dua faksi adalah kejadian yang telah terjadi bertahun-tahun yang silam.
Fang Zheng berkata, "Tepat sekali. Peristiwa Yue dan Cai mencuri baca Kuihoa Baodian tak lama kemudian diketahui oleh Hongchen Chanshi. Beliau tahu bahwa ilmu silat yang terkandung dalam kitab itu tak hanya luas dan mendalam, tapi juga sangat berbahaya. Kabarnya yang paling berbahaya adalah langkah pertamanya, kau hanya perlu melakukan langkah pertamanya, setelah itu sisanya tak ada apa-apanya lagi. Semua ilmu silat di kolong langit ini ada urutannya, semakin ke belakang semakin sukar. Akan tetapi bagian paling sukar dalam Kuihoa Baodian ini justru pada langkah pertamanya, kalau tak hati-hati sedikit saja ketika melatihnya, orang itu kalau tidak mati akan terluka. Maka ia segera mengirim murid kesayangannya, Duyuan Chanshi, ke Huashan untuk menasehati Yue dan Cai berdua supaya tak berlatih ilmu silat dalam kitab pusaka itu".
Linghu Chong berkata, "Ternyata dalam kungfu ini justru langkah pertamanya yang paling sukar, kalau tak ada orang yang memberi petunjuk, dan seseorang hanya membaca bukunya saja dan lantas berlatih, tentunya sangat berbahaya. Akan tetapi sepertinya kedua qianbei Yue dan Cai tak mendengarkan nasehat itu". Fang Zheng berkata, "Sebenarnya Yue dan Cai berdua tak bisa disalahkan. Orang yang mempelajari ilmu silat seperti kita, begitu punya kesempatan mengintip misteri ilmu silat yang hebat, mana mungkin lantas tak mempelajarinya? Laona sudah puluhan tahun menjadi orang beragama, namun begitu memikirkan ilmu silat yang terdapat dalam kitab pusaka itu, aku masih tergoda pikiran duniawi, sampai barusan ini Chong Xu Daoxiong menertawakanku, apalagi orang awam yang jago silat? Ternyata kepergian Duyuan Chanshi itu menimbulkan banyak peristiwa". Linghu Chong berkata, "Apakah Yue dan Cai berdua bersikap kurang ajar pada Duyuan Chanshi?"
Fang Zheng menggeleng seraya berkata, "Sama sekali tidak. Ketika Duyuan Chanshi tiba di Huashan, Yue dan Cai bersikap sopan padanya, dan mengaku telah mencuri baca Kuihoa Baodian, di satu pihak mereka merasa menyesal dan mohon maaf, akan tetapi di pihak lain mereka juga minta petunjuknya mengenai ilmu silat yang terdapat dalam kitab itu. Akan tetapi ternyata walaupun Duyuan Chanshi adalah murid kesayangan Hongchen Chanshi, ia sama sekali belum pernah diajari ilmu silat dalam kitab itu. Karena Hongchen Chanshi sendiri tak terlalu memahaminya, ia tak dapat mengajarkannya pada muridnya. Yue dan Cai berdua mengira bahwa ia tentunya sudah menguasai ilmu silat itu, ternyata di dalamnya ada alasan lain. Duyuan Chanshi tak memahami ilmu itu, sambil mendengarkan mereka membacakan kitab itu, ia dengan asal menjelaskannya, namun diam-diam menghafalkan isinya. Ilmu silat Duyuan Chanshi memang cemerlang, selain itu ia juga amat cerdas, begitu mendengar satu kalimat dari kitab itu, ia langsung dapat mengetahui artinya, sehingga penjelasannya runtut dan masuk akal".
Linghu Chong berkata, "Kalau begitu, Duyuan Chanshi malah mengetahui tentang isi kitab itu dari Yue dan Cai berdua?" Fang Zheng mengangguk, "Benar. Tapi bagian yang diingat oleh Yue dan Cai berdua sebenarnya tak banyak, setelah dibacakan kembali melalui tangan kedua, mau tak mau banyak bagian yang hilang lagi. Kabarnya Duyuan Chansi tinggal di Huashan selama delapan hari, lalu minta diri, akan tetapi setelah itu ia tak pulang ke Biara Shaolin di Quanzhou". Linghu Chong berkata dengan heran, "Dia tidak pulang? Tapi ia lalu pergi ke mana?" Fang Zheng berkata, "Saat itu tak ada orang yang tahu. Tak lama kemudian, Hongchen Chanshi menerima surat dari Duyuan Chanshi, di dalam surat itu ia menulis bahwa ia sulit melepaskan keduniawian dan memutuskan untuk kembali menjadi orang awam, ia tak punya muka untuk menemui guru, dan seterusnya". Linghu Chong menjadi makin heran, ia merasa bahwa dalam masalah ini ada hal-hal tak terduga yang tak terlihat dari luar.
Fang Zheng berkata, "Karena masalah ini, timbul permusuhan diantara Huashan dan cabang Biara Shaolin, dan peristiwa murid-murid Huashan mencuri baca Kuihoa Baodian itu menjadi tersebar keluar. Tak lama kemudian, sepuluh tetua Mojiao menyerang Huashan".
Linghu Chong segera teringat pada kerangka yang dilihatnya di gua belakang Siguoya, dan ilmu silat yang diukir di di dinding gua itu, "Ah!", ia tak bisa menahan diri untuk tak berseru. Fang Zheng berkata, "Kenapa?" Wajah Linghu Chong memerah, katanya, "Aku telah memotong pembicaraan fangzhang, mohon maaf".
Fang Zheng mengangguk-angguk seraya berkata, "Saat itu bahkan gurumu juga belum lahir. Para tetua Mojiao itu menyerang Huashan karena ingin merampas Kuihoa Baodian, saat itu Huashan Pai telah berserikat dengan perguruan Taishan, Songshan, Heng Shan dan Hengshan, begitu mendengar kabar penyerangan itu, keempat perguruan itu langsung datang membantu. Di kaki gunung Huashan terjadi pertempuran besar, kesepuluh tetua Mojiao itu terluka parah, dan terpaksa mundur. Namun Yue Su dan Cai Zifeng tewas dalam pertempuran itu, sedangkan Kuihoa Baodian tak lengkap yang mereka tulis dirampas oleh Mojiao, oleh karena itu sulit dikatakan siapa yang kalah atau menang dalam pertempuran itu. Lima tahu setelah peristiwa itu, Mojiao kembali menyerang. Kali ini kesepuluh tetua Mojiao itu telah bersiap-siap, mereka telah memikirkan cara untuk memecahkan ilmu pedang andalan Wuyue Jianpai. Chong Xu Daoxiong dan laona berpikir bahwa walaupun ilmu silat kesepuluh tetua Mojiao itu tinggi, namun kalau dalam waktu lima tahun mereka dapat memecahkan jurus-jurus pedang simpanan Wuyue Jianpai, mereka tentunya dapat melakukan hal ini berkat pelajaran yang mereka dapatkan dari Kuihoa Baodian yang mereka rampas. Dalam pertarungan yang kedua kalinya ini, Wuyue Jianpai kalah telak, para jago dan senior mereka banyak yang tewas atau luka parah, banyak jurus-jurus pedang simpanan mereka yang sejak saat itu tak dapat lagi diwariskan kepada murid-murid mereka. Akan tetapi kesepuluh tetua Mojiao itu juga tak pernah meninggalkan Huashan. Kurasa pertempuran saat itu tentunya luar biasa sengitnya".
Linghu Chong berkata, "Di sebuah gua di Siguoya di Huashan, wanbei pernah melihat jasad kesepuluh tetua Mojiao itu, dan juga melihat tulisan yang terukir di dinding gua". Chong Xu berkata, "Benarkah? Apa yang tertulis di situ?" Linghu Chong berkata, "Tulisan itu terdiri atas enam belas huruf besar, bunyinya, 'WU YUE JIAN PAI, HINA TAK TAHU MALU, TAK BISA MENANG BERTANDING, LALU MEMAKAI CARA KOTOR'. Selain itu masih terdapat huruf-huruf kecil yang isinya semua memaki-maki Wuyue Jianpai sebagai bajingan rendah, tak tahu malu, dan seterusnya". Chong Xu berkata, "Kenapa Huashan Pai membiarkan tulisan berisi fitnah itu tetap berada di dinding gua? Ini aneh". Linghu Chong berkata, "Gua ini kebetulan wanbei temukan, orang lain sama sekali tak mengetahui tentangnya". Ia segera bercerita tentang bagaimana caranya ia menemukan gua itu, ia juga bercerita tentang bagaimana orang bersenjatakan kapak itu menggali terowongan di gunung itu sampai beberapa ratus zhang panjangnya, namun ketika hanya kurang tak sampai satu chi lagi, ia kelelahan dan mati, tekadnya patut dikagumi, namun nasibnya buruk, benar-benar membuat orang menghela napas.
Fang Zheng Dashi berkata, "Orang yang bersenjatakan kapak? Apakah ia 'Iblis Sakti Bertenaga Raksasa' Fan Song, salah satu dari kesepuluh tetua Mojiao itu?" Linghu Chong berkata, "Tepat sekali! Di dinding gua ada sebuah kalimat yang berbunyi, 'Fan Song dan Zhao He memecahkan ilmu pedang Hengshan Pai disini' ". Fang Zheng berkata, "Zhao He? Dia adalah si 'Iblis Sakti Terbang ke Angkasa' diantara kesepuluh tetua itu, apakah dia memakai gada penguncang petir?" Linghu Chong berkata, "Wanbei tak tahu mengenai hal ini, akan tetapi di atas tanah di depan dinding gua memang ada sebuah gada penguncang petir. Wanbei ingat bahwa dalam tulisan yang terukir di dinding gua tentang cara memecahkan ilmu pedang Huashan, terdapat dua nama bermarga Zhang, yang seorang bernama Zhang Chengfeng, Zhang Chengyun atau semacam itu". Fang Zheng berkata, "Memang benar. 'Iblis Sakti Monyet Emas' Zhang Chengfeng dan 'Iblis Sakti Kera Putih' Zhang Chengyun adalah dua bersaudara, dan senjata mereka adalah toya tembaga". Linghu Chong berkata, "Gambar-gambar di dinding gua itu memang mengambarkan seseorang bersenjata toya memecahkan ilmu pedang Huashan Pai kami, sesuatu yang hebat dan mengagumkan".
Fang Zheng berkata, "Menurut ceritamu, sepertinya sepuluh tetua Mojiao itu terkena sergapan Wuyue Jianpai, dipancing masuk ke dalam gua, dikurung di dalamnya dan tak bisa keluar lagi". Linghu Chong berkata, "Wanbei juga berpikir begitu, oleh karenanya orang-orang itu merasa diperlakukan tak adil dan mengukir kata-kata makian terhadap Wuyue Jianpai di dinding gua itu, dan juga mengukir cara memecahkan ilmu pedang kelima perguruan itu, mereka hendak memberitahu orang bahwa mereka bukan dikalahkan dalam pertarungan, namun secara tak sengaja masuk ke dalam perangkap musuh. Ilmu pedang Huashan yang diukir di dinding gua itu luar biasa, shifu dan shiniangku sepertinya tak mengenalnya. Apa sebabnya, wanbei sama sekali tak mengerti, barusan ini ketika mendengar fangzhang dashi menceritakan kejadian di masa lampau itu, aku baru tahu bahwa sebagian besar qianbei Huashan terbunuh dalam pertempuran itu, oleh karenanya jurus-jurus simpanan itu sejak saat itu hilang. Keempat perguruan lain seperti Hengshan, Taishan dan lain-lain sepertinya juga mengalami hal yang sama". Chong Xu berkata, "Memang demikianlah kejadiannya".
Linghu Chong berkata, "Di samping kerangka para tetua Mojiao, masih ada beberapa bilah pedang yang merupakan senjata Wuyue Jianpai".
Fang Zheng terdiam sejenak, lalu berkata, "Hal itu sukar dibayangkan, mungkin para tetua Mojiao itu merampas pedang-pedang itu dari tangan Wuyue Jianpai. Apa yang kau lihat di gua belakang itu, apakah sampai saat ini belum pernah kau beritahukan kepada siapapun juga?" Linghu Chong berkata, "Setelah wanbei menemukan keanehan di gua belakang itu, berbagai kejadian tak terduga muncul silih berganti, sehingga aku tak pernah mempunyai kesempatan untuk menyinggung masalah itu di depan shifu dan shiniang. Namun Feng Taishishu sudah tahu mengenai peristiwa itu".
Fang Zheng mengangguk dan berkata, "Bertahun-tahun yang silam, Fang Shidiku pernah beberapa kali bertemu dengan Feng Lao Qianbei dan menerima budi beliau. Fang Sheng Shidi berkata bahwa ilmu pedangmu memang benar-benar diwariskan oleh Feng Lao Qianbei. Kami mengira bahwa setelah pertempuran diantara kedua faksi di Huashan itu, Feng Lao Qianbei telah meninggal dunia, namun ternyata beliau masih sehat walafiat, hal ini benar-benar mengembirakan".
Chong Xu berkata, "Saat itu beredar kabar di dunia persilatan, bahwa saat kedua faksi Huashan saling bertarung, Feng Lao Qianbei kebetulan sedang berada di Jiangnan untuk menikah, begitu mendengar kabar tentang pertempuran itu, ia cepat-cepat pulang ke Huashan, namun Faksi Pedang sudah hampir musnah seluruhnya dan menderita kekalahan telak. Kalau tidak, dengan ilmu pedangnya yang hebat, seandainya ia ikut bertarung, Faksi Tenaga Dalam tak akan dapat berada di atas angin. Setelah itu Feng Lao Qianbei sadar bahwa rencana pernikahan di Jiangnan itu hanya tipu muslihat belaka, ayah mertuanya itu ternyata telah menerima perintah dari Faksi Tenaga Dalam untuk membeli seorang pelacur guna menyamar sebagai putrinya, sehingga dirinya tertahan di Jiangnan. Ketika Feng Lao Qianbei kembali ke rumah mertuanya di Jiangnan, ayah mertua palsu dan keluarganya itu sudah lari entah kemana. Orang-orang dunia persilatan berkata, Feng Lao Qianbei begitu marah dan malu sehingga ia mengorok leher sendiri".
Fang Zheng mengedipkan matanya beberapa kali supaya ia berhenti bicara, namun Chong Xu berpura-pura tak melihatnya, ia masih terus berbicara, "Ketua Linghu, pindao amat menghormati Feng Lao Qianbei, aku sama sekali tak berani membongkar aib masa lalu beliau. Hari ini aku menyebut-sebut masalah ini lagi dengan harapan agar kau mengerti bahwa seorang pahlawan dapat terjerat oleh wanita cantik, seorang lelaki sejati dapat secara tak sengaja terkena tipu muslihat, namun ia tak boleh jatuh semakin dalam ke dalam perangkap itu".
Linghu Chong tahu bahwa ia bermaksud untuk berbicara tentang Yingying dengan memakai perumpamaan, namun karena ia bermaksud baik, maka dirinya hanya menghela napas dan tak menjawab, pikirnya, "Selama bertahun-tahun Feng Taishisu selalu menyendiri di Siguoya, ternyata ia menyesali masa lalunya, ia merasa tak punya muka untuk bertemu dengan teman-teman di dunia persilatan, oleh karena itu ia memerintahkan aku supaya tak membocorkan keberadaannya, dan juga berkata bahwa sejak saat itu ia tak mau bertemu dengan anggota Huashan Pai lagi. Di sepanjang hidupnya ia telah mengalami banyak tragedi, selama puluhan tahun belakangan ini ia hidup sebatang kara, setelah menyelesaikan masalah besar ini, aku harus naik ke Siguoya untuk menemaninya bercakap-cakap supaya ia tak kesepian. Sekarang aku sudah bukan anggota Huashan Pai lagi, maka kalau aku menemui beliau, bukanlah berarti aku tak mematuhi perintahnya".
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Jenderal Yang Ye (?-986M) adalah seorang jenderal Dinasti Song Utara yang berhasil memenangkan pertempuran Yanmenguan pada tahun 980. Kekalahannya dari Bangsa Khitan dan kematiannya menjadi inspirasi legenda Keluarga Yang. Jenderal Yang Ye dan putra-putranya berhasil menahan penyerbu Dinasti Liao (916-1125M) di Jurang Naga Emas yang berada diantara Puncak Tianfeng dan Bukit Cuiping.
[2] Kaisar pertama Dinasti Wei Utara yang memerintah dari tahun 386-409 M.
[3] Sebutan untuk orang yang lebih muda.
[4] Jubah Biksu.
[5] 'Guru Besar Kepala Biara'.
[6] 'Kitab Pusaka Bunga Matahari'.
[7] Gelar untuk biksu senior.
Ketiga orang itu telah berbincang-bincang selama lebih dari setengah hari, mentari dengan cepat terbenam, sinarnya membuat separuh langit merah membara.
Bagian Kedua
Fang Zheng berkata, "Tak lama setelah Yue Su dan Cai Zifeng menuliskan Kuihoa Baodian, mereka dibunuh oleh kesepuluh tetua Mojiao itu, sehingga mereka berdua tak sempat berlatih ilmu itu, bahkan kitab pusaka itu juga ikut dirampas oleh Mojiao. Oleh karenanya tak ada seorangpun di Huashan Pai yang sempat mempelajari ilmu silat yang terdapat di dalamnya. Namun kedua orang itu memandang kitab pusaka itu dengan cara yang berlainan, ada yang mementingkan qi dan ada yang mementingkan pedang, mereka masing-masing telah mengemukakan pandangan mereka secara panjang lebar kepada murid-murid perguruan mereka, setelah itu Huashan Pai terpecah menjadi Faksi Tenaga Dalam dan Faksi Pedang, dan saudara-saudara seperguruanpun saling bunuh, serta melakukan segala hal yang buruk akibatnya. Boleh dibilang bahwa kitab itu adalah benda pembawa sial". Chong Xu mengangguk seraya berkata, "Warna warni membutakan mata, hiruk pikuk menulikan telinga, itulah alasan sebenarnya". Fang Zheng berkata, "Mojiao mendapatkan salinan kitab Yue dan Cai yang tak lengkap, jangan-jangan mereka juga tak mendapat faedah apapun darinya. Kalau kesepuluh tetua mereka mati mengenaskan di Huashan, hal ini memang sudah sepantasnya. Ketua Linghu berkata bahwa Ren Jiaozhu memberikan kitab itu pada Dongfang Bubai. Mungkin permusuhan diantara mereka juga ada hubungannya dengan kitab itu. Sebenarnya kitab tulisan tangan itu tidak utuh, apa yang tertulis dalam kitab itu jangan-jangan tak sebaik apa yang dihafalkan oleh Lin Yuantu".
Linghu Chong bertanya, "Siapa Lin Yuantu itu?" Fang Zheng berkata, "Hmm, Lin Yuantu adalah kakek buyut pihak ayah Lin Shidimu, pendiri Biro Pengawalan Fu Wei yang dengan tujuh puluh dua jurus Bixie Jianfa menundukkan banyak penjahat, dialah orangnya". Linghu Chong berkata, "Apakah Lin Qianbei ini juga pernah membaca Kuihoa Baodian?" Fang Zheng berkata, "Ia adalah Duyuan Chanshi, murid Hongchen Chanshi!" Tubuh Linghu Chong menggigil, katanya, "Oh, ternyata begitu". Fang Zheng berkata, "Duyuan Chanshi aslinya bermarga Lin, setelah kembali ke kehidupan awam, ia kembali menggunakan marga aslinya".
Linghu Chong berkata, "Ternyata Lin Qianbei yang menggetarkan dunia persilatan dengan tujuh puluh dua jurus Bixie Jianfanya adalah Duyuan Chanshi ini, hal ini benar-benar tak terduga". Ia mendadak teringat pada kejadian malam hari di kuil rusak ketika Lin Zhennan sedang menghadapi ajalnya.
Fang Zheng berkata, "Duyuan memang adalah Yuantu. Setelah biksu ini kembali menjadi orang biasa, ia kembali memakai marga aslinya, namun ia membalik nama agamanya, sehingga namanya menjadi Yuantu. Kemudian ia menikah dan mempunyai putra, mendirikan biro pengawalan dan mengegerkan dunia persilatan. Lin Qianbei ini adalah seseorang yang lurus, walaupun ia mencari makan dari biro pengawalan, namun ia selalu bersikap ksatria dan membela keadilan, dan selalu siap menolong orang yang kesusahan. Walaupun ia bukan seorang biksu lagi, namun kelakuannya masih sesuai dengan ajaran agama Buddha. Selama hati seseorang baik, selama dalam hatinya ada sang Buddha, tak perduli apakah ia menjadi biarawan atau tidak, juga tak banyak bedanya. Tentu saja tak lama kemudian Hongchen Chanshi tahu bahwa Lin Biaotou itu adalah murid kesayangannya, namun kabarnya murid dan guru tak pernah berhubungan lagi".
Linghu Chong berkata, "Lin Qianbei ini mempelajari Kuihoa Baodian dari mulut Yue dan Cai Qianbei dari Huashan Pai, tapi dari mana Pixie Jianpu itu berasal? Dan kenapa Pixie Jianfa yang diwariskan turun temurun di keluarga Lin ternyata tidak terlalu cemerlang?"
Fang Zheng berkata, "Pixie Jianfa adalah ilmu silat yang berasal dari Kuihoa Baodian yang tak lengkap, keduanya mempunyai asal usul yang sama, namun keduanya hanya mengandung sedikit bagian kitab yang asli". Ia berpaling ke arah Chong Xu dan berkata, "Daoxiong, kau adalah ahlinya ilmu pedang, dibandingkan dengan aku, kau jauh lebih memahaminya, mohon kau jelaskan seluk beluk peristiwa ini pada Linghu Saoxia".
Chong Xu berkata, "Kalau kita bukan sahabat lama yang sudah bertahun-tahun saling mengenal, aku akan mengira kau sedang mengolok-olokku. Kalau bicara tentang ilmu pedang sekarang, selain Feng Lao Qianbei, siapa yang dapat mengungguli Linghu Chong?" Fang Zheng berkata, "Walaupun ilmu pedang Linghu Saoxia hebat, namun dalam pengetahuan tentang ilmu pedang, ia masih kalah jauh denganmu. Kita semua adalah orang sendiri, bicaralah secara bebas, tak usah segan-segan".
Chong Xu menghela napas, lalu berkata, "Sebenarnya si pendeta tua ini tahu bahwa kalau dibandingkan dengan pengetahuan ilmu pedang yang seluas samudera, apa yang kuketahui hanyalah bagai setetes air belaka. Aku tak tahu apakah di masa depan aku akan beruntung dapat berjumpa dengan Feng Lao Qianbei dan mohon petunjuknya mengenai hal-hal yang sukar". Kepada Linghu Chong ia berkata, "Saat ini ilmu pedang keluarga Lin biasa-biasa saja dan tak ada istimewanya, akan tetapi Lin Yuantu memang benar-benar pernah mengegerkan dunia persilatan dengan ilmu pedang ini, hal ini sama sekali bukan omong kosong belaka. Ketua Qingcheng Pai saat itu, Zhang Qingzi, dijuluki 'Pendekar Pedang Nomor Satu Di Barat Sanxia', namun ia juga tumbang di tangan Lin Qianbei. Ilmu pedang Qingcheng Pai saat ini kalau dibandingkan dengan Pixie Jianfa keluarga Lin jauh lebih tinggi, tentunya ada alasan lain di baliknya. Si pendeta tua ini sudah lama berpikir tentang alasan lain ini, sebenarnya, setiap orang yang mempelajari ilmu pedang di kolong langit ini juga memikirkan hal ini".
Linghu Chong berkata, "Keluarga Lin Shidi hancur, ayah ibunya tewas secara mengenaskan, apakah semua itu disebabkan karena rahasia yang pelik ini?"
Chong Xu berkata, "Tepat sekali. Pixie Jianfa amat termasyur, tapi ilmu silat Lin Zhennan amat rendah, perbedaan yang mencolok ini tentunya membuat orang menduga-duga bahwa Lin Zhennan terlalu bodoh sehingga ia tak mampu menguasai ilmu silat warisan keluarganya. Lalu mereka berpikir lebih jauh, kalau saja kitab pedang itu jatuh ke tanganku, tentunya aku akan dapat menguasai ilmu pedang cemerlang yang dimiliki Lin Yuantu saat itu. Laodi, dalam seratus tahun belakangan ini, ilmu pedang yang termasyur bukan hanya milik Lin Yuantu seorang. Akan tetapi perguruan Shaolin, Wudang, Emei, Kunlun, Tiancang, Qingcheng dan Wuyue Jianpai semuanya mempunyai ahli waris, dan orang luar tak dapat merebut ilmu silat mereka. Hanya saja ilmu silat Lin Zhennan sangat rendah, seperti bayi berusia tiga tahun saja, sedangkan di tangannya ia membawa emas sambil berjalan-jalan di pasar, sehingga banyak orang yang ingin merampasnya".
Linghu Chong berkata, "Lin Yuantu Qianbei ini adalah murid Hongchen Chanshi yang paling pandai, kalau begitu, di Biara Shaolin Quanzhou, ia tentunya telah mempelajari ilmu silat yang lihai, mungkin ia hanya sedikit menambah dan mengubah ilmu pedang Shaolin disana sini saja, ia belum tentu mempunyai ilmu pedang lain, apalagi Pixie Jianfa segala".
Chong Xu berkata, "Orang yang berpikir seperti itu memang tak sedikit. Akan tetapi Pixie Jianfa sangat berbeda dengan ilmu silat Shaolin, siapapun yang mempelajari ilmu pedang akan dapat langsung melihatnya. Hehehe, walaupun orang yang ingin merebut kitab itu banyak, akhirnya si cebol bermuka tebal dari Qingcheng Pai itulah yang paling dahulu beraksi. Akan tetapi walaupun muka si cebol Yu itu tebal, otaknya bodoh, mana bisa dibandingkan dengan gurumu Tuan Yue yang tenang-tenang ongkang kaki, tapi akhirnya mendapat rezeki nomplok?"
Raut wajah Linghu Chong berubah, dengan suara bergetar ia berkata, "Daozhang, apa......apa maksudmu?"
Chong Xu tersenyum simpul, lalu berkata, "Lin Pingzhi itu sudah masuk ke perguruan Huashanmu, maka Pixie Jianpu tentu dengan sendirinya akan dibawanya masuk juga. Kabarnya putri tunggal kesayangan Tuan Yue sudah dipertunangkan dengan Lin Shidimu itu, benar tidak? Ia memang benar-benar telah merencanakan semuanya dengan matang".
Mulanya ketika Linghu Chong mendengar Chong Xu berkata tentang "gurumu Tuan Yue yang tenang-tenang ongkang kaki, tapi akhirnya mendapat rezeki nomplok", dan menghina sang guru, ia merasa gusar, namun ketika mendengarnya berkata bahwa gurunya "benar-benar telah merencanakan semuanya dengan matang", ia mendadak teringat saat sang guru menyuruh Er Shidi[1] Lao Denuo menyamar bersama xiao shimei untuk membuka kedai arak di luar Kota Fuzhou, saat itu ia tak tahu apa tujuan gurunya, namun sekarang ia merasa bahwa hal itu tentunya ditujukan untuk mengawasi Biro Pengawalan Fu Wei. Ilmu silat Lin Zhennan biasa-biasa saja, sedangkan sang guru terus menerus bermuslihat, kalau bukan demi Pixie Jianpu, lalu untuk apa lagi? Hanya saja siasat yang digunakan shifu amat lihai, tak seperti Yu Canghai dan Mu Gaofeng yang langsung memaksakan kehendaknya. Tak lama kemudian ia kembali berpikir, "Xiao shimei adalah seorang gadis belia, tapi kenapa shifu malah menyuruhnya memamerkan dirinya di muka umum dengan membuka kedai arak?" Ketika berpikir tentang hal ini, mau tak mau dalam hatinya muncul perasaan jeri, sekonyong-konyong ia sadar, "Shifu ingin menjodohkan xiao shimei dengan Lin Shidi, sebenarnya sebelum mereka berdua bertemu muka, ia sudah dari jauh-jauh hari mengatur hal ini".
Ketika Fang Zheng dan Chong Xu melihat air mukanya yang suram dan tak menentu, serta ekspresinya yang tak enak, tahulah mereka bahwa ia selalu memuja sang guru, dan bahwa perkataan mereka itu melukai hatinya. Fang Zheng berkata, "Pembicaraan ini hanyalah obrolan diantara laona dan Chongxu Daoxiong saja, kadang-kadang kami menduga-duga dengan sembarangan saja. Gurumu yang terhormat adalah seorang yang lurus dan disebut sebagai seorang budiman di dunia persilatan. Jangan-jangan kami bersikap seperti seorang rendah dan dengan semberono menuduh seorang budiman". Chong Xu tersenyum simpul.
Pikiran Linghu Chong galau, ia berharap agar perkataan Chong Xu itu tak benar, namun dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia tahu bahwa setiap perkataannya itu adalah benar adanya. Mendadak ia kembali berpikir, "Aku tahu, Lin Yuantu Qianbei aslinya adalah seorang biksu, oleh karena itu di rumah tua di Lorong Xiangyang itu ada tempat pemujaan Buddha, dan ia menuliskan kitab pedang itu di sehelai jiasha. Sepertinya ketika ia beserta Yue Su dan Cai Zifeng Qianbei mempelajari Kuihoa Baodian, ia menghafalkan setiap kata di dalamnya, karena saat itu ia masih seorang biksu, begitu malam tiba, ia langsung menuliskannya di jiashanya, agar ia tak melupakannya".
Chong Xu berkata, "Bahkan sampai saat ini, ilmu silat yang terkandung dalam Kuihoa Baodian ini masih merupakan sebuah misteri besar, Mojiao mempunyai sebagian kitab itu, sedangkan gurumu yang terhormat juga mempunyai sebagian darinya. Karena Lin Shidimu sudah masuk Huashan Pai, Zuo Lengchan akan melakukan segala cara untuk membuat susah Tuan Yue, tujuannya jelas ada dua: pertama, membunuh Tuan Yue supaya ia dapat menggabungkan Wuyue Jianpai; kedua, merampas Pixie Jianpu yang dikuasainya".
Linghu Chong mengangguk-angguk, lalu berkata, "Dugaan daozhang benar. Kitab asli berada di Biara Shaolin di Quanzhou, apakah Zuo Lengchan tahu tentang hal ini? Kalau ia tahu, jangan-jangan ia akan membuat onar di Biara Shaolin Quanzhou".
Fang Zheng tersenyum dan berkata, "Kuihoa Baodian yang berada di Biara Shaolin Quanzhou sudah lama dihancurkan, tak usah dikhawatirkan lagi". Linghu Chong berkata dengan heran, "Dihancurkan?" Fang Zheng berkata, "Saat Hongchen Chanshi menjelang ajal, ia mengumpulkan para muridnya dan menjelaskan semuanya tentang kitab itu, lalu melemparkannya ke dalam tungku dan membakarnya, ia berkata, 'Ilmu silat dalam kitab rahasia ini sangat mendalam dan halus, namun banyak pokok di dalamnya yang saat itu belum dapat dipahami dengan benar oleh penciptanya, masalah yang tersisa masih terlalu banyak, terutama langkah pertamanya yang amat sukar, tak hanya amat sukar, namun tak dapat dilakukan, kalau kitab ini diwariskan pada generasi mendatang, ia akan membawa bencana bagi dunia persilatan'. Ia meninggalkan surat wasiat untuk kepala biara di Songshan, dimana ia menulis tentang hal yang sama".
Linghu Chong menghela napas, lalu berkata, "Pandangan ke depan Hongchen Chanshi itu memang benar-benar luar biasa. Kalau di dunia ini tak ada Kuihoa Baodian, berbagai bencana ini tak akan terjadi". Namun apa yang diam-diam dipikirkannya adalah, "Kalau tak ada Kuihoa Baodian, maka tak akan ada Pixie Jianfa, dan shifu tak akan menjodohkan xiao shimei dengan Lin Shidi, Lin Shidi tak akan masuk ke Huashan Pai dan tak akan bertemu dengan xiao shimei". Namun ia lalu berubah pikiran, "Tapi aku Linghu Chong ini semberono dan ugal-ugalan, dan suka bergaul dengan kaum sesat, apa hubungannya dengan Kuihoa Baodian itu? Seorang lelaki sejati berani berbuat berani menanggung akibatnya, tak ada gunanya menyalahkan orang lain".
Chong Xu berkata, "Tanggal lima belas bulan depan, Zuo Lengchan mengundang Wuyue Jianpai bertemu di Songshan untuk memilih ketua, bagaimana pendapat Linghu Saoxia mengenai hal ini?" Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Untuk apa diadakan pemilihan lagi? Kedudukan ketua dengan sendirinya adalah milik Zuo Lengchan". Chong Xu berkata, "Apakah Linghu Saoxia tak akan menentangnya?" Linghu Chong berkata, "Songshan, Taishan, Heng Shan dan Huashan sudah sepakat, Hengshan Pai kami tak bisa bertepuk dengan sebelah tangan, kalaupun kami menentang, akan sia-sia belaka. Hengshan Pai sudah tak mematuhi perintah Zuo Lengchan lagi, maka kami juga tak harus menghadiri pertemuan di Songshan itu".
Chong Xu menggeleng seraya berkata, "Bukan begitu! Ketiga perguruan Tai Shan, Heng Shan dan Huashan segan pada kekuatan Songshan, sehingga mereka tak berani terang-terangan melawan, mungkin walaupun mereka berkata bahwa mereka menyetujui pengabungan, namun mereka belum tentu mempunyai alasan untuk melakukannya".
Fang Zheng berkata, "Dalam pandangan laona, Wuyue Jianpai saling tergantung bagai mulut dan gigi, Hengshan Pai tak bisa hanya berpangku tangan saja. Saoxia harus menghadiri pertemuan di Songshan ini, dan juga harus menentang pengabungan kelima perguruan dengan tegas. Songshan Pai mereka belum tentu menyuarakan kehendak orang banyak. Kalau pengabungan Wuyue Jianpai akhirnya terlaksana, kedudukan ketua akan ditentukan berdasarkan ilmu silat. Kalau saoxia berusaha dengan sekuat tenaga, dan dapat mengalahkan Zuo Lengchan dalam ilmu pedang, kau akan dapat merebut kedudukan ketua ini".
Linghu Chong amat terkejut, katanya, "Aku.......aku......mana bisa melakukan hal itu? Sama sekali tak bisa!"
Chong Xu berkata, "Fangzhang Dashi dan si tua ini sudah lama membicarakan masalah ini, kami berdua merasa bahwa laodi adalah seorang yang bersifat terus terang, suka berbuat sesuka hati dan tak perduli omongan orang, dan bahkan bisa berteman dengan tokoh-tokoh Mojiao serta kaum sesat, kalau kau menjadi ketua Wuyue Pai, terus terang saja, tata tertib Wuyue Pai mau tak mau akan menjadi kendur dan tingkah laku para muridnya menjadi tak berdisiplin, hal ini belum tentu merupakan suatu keberuntungan bagi dunia persilatan......"
Linghu Chong tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Perkataan daozhang memang benar, wanbei mana bisa mengatur orang lain? Guru kencing berdiri, murid kencing berlari, Linghu Chong sendiri adalah seorang berandalan semberono dan ugal-ugalan yang suka mabuk-mabukan".
Chong Xu berkata, "Seseorang yang semberono dan ugal-ugalan tak terlalu membahayakan orang lain, suka mabuk-mabukkan lebih-lebih lagi tak mencelakai orang lain, namun seseorang yang terlalu ambisius dapat mencelakai banyak orang. Kalau laodi menjadi ketua Wuyue Pai, pertama, kau tak akan menganiaya para qianbei dan murid Wuyue Jianpai; kedua, kau tak akan menggunakan kekerasan untuk menumpas Mojiao, dan tak akan mencaplok Shaolin dan Wudang kami; ketiga, kemungkinan besar kau tak akan berminat untuk mencaplok Emei, Kunlun dan perguruan-perguruan lain". Fang Zheng tersenyum dan berkata, "Chong Xu Daoxiong dan laona telah merencanakan hal ini, walaupun kami berkata bahwa rencana ini kami buat untuk kebaikan bersama dunia persilatan, sebenarnya separuhnya adalah untuk kepentingan kami sendiri". Chong Xu berkata, "Kita bicara secara blak-blakan saja, si biksu tua dan si pendeta tua ini datang ke Hengshan, pertama adalah untuk menyokong laodi, dan kedua adalah untuk menyelamatkan nyawa begitu banyak orang dari pihak lurus maupun sesat". Fang Zheng menangkupkan tangannya dan berkata, "Amituofo! Kalau Zuo Lengchan sampai menjadi ketua Wuyue Pai, entah kapan semua pembunuhan ini akan berakhir".
Linghu Chong merenung sejenak, lalu berkata, "Karena qianbei berdua sudah memerintahkan demikian, Linghu Chong tak berani membangkang. Namun kalian berdua mohon maklum, wanbei masih muda dan tak tahu apa-apa, menjadi ketua Hengshan ini saja sudah keterlaluan, dan sebenarnya hanya karena terpaksa; kalau aku ingin menjadi ketua Wuyue Pai, para orang gagah di kolong langit ini tentunya akan menertawakanku sampai gigi mereka copot. Wanbei sekali-sekali tak berani menjadi ketua Wuyue Pai, namun pada tanggal lima belas bulan tiga itu, wanbei pasti akan pergi ke Songshan untuk membuat keonaran, dan bagaimanapun juga tak akan membiarkan Zuo Lengchan menjadi ketua Wuyue Pai. Linghu Chong tak becus, tapi mungkin bisa membuat keonaran".
Chong Xu berkata, "Membuat keonaran dengan sembarangan juga tak baik. Kalau pada saatnya situasi mengharuskan, kau tak bisa tak menjadi ketua, ini namanya harus mau memikul tanggung jawab, kau tak boleh menolak". Linghu Chong hanya menggelengkan kepala.
Chong Xu berkata, "Kalau kau tak mau berebut kedudukan ketua dengan Zuo Lengchan, ia pasti akan menjadi ketua. Begitu Wuyue Pai menjadi satu dan Ketua Zuo memegang kekuasaan atas hidup dan mati, yang pertama akan dilakukannya ialah membereskanmu". Linghu Chong terdiam, menghela napas, lalu berkata, "Kalau memang begitu, apa boleh buat". Chong Xu berkata, "Kalaupun kau berhasil meloloskan diri dan ia tak bisa menangkapmu, ia tak akan segan-segan membereskan murid-murid Hengshan Paimu. Dingxian Shitai mempercayakan begitu banyak murid ke dalam tanganmu, apakah kau akan membiarkan Zuo Lengchan berbuat sewenang-wenang terhadap mereka?" Linghu Chong mengebrak langkan seraya berseru, "Tak mungkin!" Chong Xu kembali berkata, "Pada saat itu, guru, ibu guru dan saudara-saudara seperguruanmu juga pasti tak akan dibiarkan begitu saja oleh Zuo Lengchan. Dalam beberapa tahun mendatang, bencana akan menimpa mereka, apakah kau tega untuk tak memperdulikan mereka?"
Pikiran Linghu Chong terguncang, mau tak mau bulu roma di lehernya berdiri tegak, ia mundur dua langkah dan membungkuk dalam-dalam pada Fang Zheng dan Chong Xu sambil menyoja, katanya, "Aku telah banyak menerima petunjuk dari qianbei berdua, kalau Linghu Chong tak berusaha sekuat tenaga, aku akan menyusahkan banyak orang".
Fang Zheng dan Chong Xu membalas penghormatan itu. Fang Zheng berkata, "Pada tanggal lima belas bulan tiga, laona dan Chong Xu Daoxiong akan memimpin murid-murid kami pergi ke Songshan untuk mendukung Linghu Saoxia". Chong Xu berkata, "Kalau Songshan Pai berbuat sewenang-wenang, kami Wudang dan Shaolin Pai akan turun tangan menghentikan mereka".
Linghu Chong merasa amat girang, katanya, "Kalau qianbei berdua hadir disana untuk mengawasi pertemuan itu, kurasa Zuo Lengchan tak akan berani berbuat sewenang-wenang".
Setelah mereka selesai berunding, walaupun merasa bahwa di masa datang masih banyak kesukaran, namun karena mereka sudah memiliki sebuah rencana, mereka merasa lega. Sembari tertawa Chong Xu berkata, "Kita harus kembali dahulu. Sang ketua baru menemani si biksu tua dan si pendeta tua ini entah kemana, jangan-jangan semua orang mengkhawatirkanmu".
* * *
Ketiga orang itu berbalik, ketika baru berjalan beberapa langkah, mendadak mereka serentak berhenti. Linghu Chong berseru, "Siapa itu?" Ia mendengar suara napas banyak orang di ujung jembatan gantung, rupanya ada orang-orang yang bersembunyi di Paviliun Linggui[2] yang berada di bagian kiri Kuil Xuankong.
Ketika ia baru saja berteriak, ia mendengar suara berdebam beberapa kali, daun jendela-jendela Paviliun Linggui serentak didobrak, dari balik jendela muncul belasan anak panah yang tertuju ke arah mereka bertiga. Tepat pada saat itu, daun jendela-jendela Paviliun Shenshe[3] yang berada di belakang mereka juga didobrak orang, dari balik jendela juga ada belasan orang yang menarik busur untuk memanah mereka bertiga.
Fang Zheng, Chong Xu dan Linghu Chong bertiga adalah jago-jago kelas satu di dunia persilatan saat itu, walaupun anak-anak panah itu mengarah kepada mereka, walaupun panah yang diarahkan kepada mereka dan para pemanahnya bukan orang sembarangan, namun mereka tak terpengaruh. Hanya saja mereka sedang berada di atas jembatan gantung diantara kedua paviliun itu, di bawah mereka terdapat jurang sedalam laksaan zhang sehingga mereka tak dapat melompat turun, sedangkan lebar jembatan gantung itu sendiri hanya beberapa chi saja, sehingga mereka tak leluasa bergerak. Selain itu mereka bertiga juga sama sekali tak membawa senjata, karena tiba-tiba menghadapi kejadian tak terduga seperti ini, mau tak mau mereka terkejut juga.
Linghu Chong adalah sang tuan rumah, maka ia mengegos dan menghadang di depan kedua orang lainnya seraya berseru, "Bajingan-bajingan kurang ajar, kenapa kalian tak berani menunjukkan diri?"
Mendadak terdengar suara seseorang berseru, "Tembak!" Terlihat dari jendela melesat tujuh atau delapan belas batang panah air hitam, air hitam itu memancar keluar dari kepala panah, ternyata anak panah itu bukan panah biasa, melainkan senapan air yang digunakan untuk menyemburkan air. Ketika panah air itu ditembakkan ke angkasa, warnanya hitam pekat, di bawah sinar matahari yang sedang terbenam, nampaknya sangat aneh.
Menyusul Linghu Chong bertiga mencium bau busuk yang aneh menyeruak ke dalam hidung, seperti bau mayat yang membusuk, atau seperti bau setumpuk ikan atau udang mati, begitu menciumnya mereka tak bisa menahan muntah. Belasan panah air melesat ke udara, dan tetesan airpun menghambur ke bawah bagai hujan, beberapa tetes diantaranya jatuh di atas langkan jembatan gantung, dalam sekejap, di permukaan kayu langkan itu muncul lubang-lubang kecil. Walaupun Fang Zheng dan Chong Xu sudah berpengalaman luas, namun mereka belum pernah melihat air beracun yang begitu ganas. Kalau hanya menghadapi anak panah biasa atau senjata rahasia, walaupun mereka bertiga tak membawa senjata, mereka akan masih dapat menangkisnya dengan mengerahkan qi ke lengan jubah mereka dan mengayun-ayunkannya, namun mereka tak berdaya menghadapi air beracun yang dapat menghancurkan segala sesuatu itu, kalau satu titik saja mengenai tubuh mereka, jangan-jangan daging mereka akan membusuk sampai ke tulang. Mereka berdua saling memandang dan melihat raut wajah masing-masing berubah warna, rasa jeri muncul dalam pandangan mata mereka. Adalah sangat sukar untuk membuat rasa takut muncul dalam pandangan mata kedua ketua perguruan besar ini.
Setelah semburan air beracun itu ditembakkan, ada seseorang yang berseru dari balik jendela, "Air beracun ini ditembakkan ke udara, coba bayangkan kalau air ini ditembakkan ke arah kalian bertiga, apa yang akan terjadi?" Nampak tujuh atau delapan belas anak panah bergeser ke bawah, tepat mengarah ke tubuh mereka bertiga. Jembatan gantung itu panjangnya beberapa zhang, ujung kirinya menempel pada Paviliun Linggui, sedangkan ujung kanannya menempel pada Paviliun Shenshe, kedua paviliun itu penuh busur silang berisi air beracun, kalau busur silang di kedua sisi serentak menembak, walaupun ilmu silat ketiga orang itu tinggi, namun mereka akan sukar meloloskan diri.
Begitu mendengar suara orang itu, Linghu Chong tertegun, ia segera ingat dan berkata, "Dongfang Jiaozhu mengirim orang kesini untuk memberikan hadiah, hadiah yang sungguh bagus!"
Rupanya orang yang berbicara dari Paviliun Linggui itu adalah orang berwajah kekuningan yang dikirim Dongfang Bubai untuk mengucapkan selamat dan mengantarkan hadiah, yaitu Jia Bu.
Jia Bu tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Linghu Gongzhi memang cerdas, dapat mengenali suara caixia. Karena caixia sudah terlanjur menggunakan tipu muslihat rendah dan berada di atas angin, dan orang yang cerdas tak akan sengaja mencari penyakit, bagaimana kalau untuk sementara ini Linghu Gongzhi mengaku kalah saja?" Ia sengaja berkata bahwa ia telah "menggunakan tipu muslihat rendah", supaya Linghu Chong tak mengecamnya.
Linghu Chong mengerahkan qi ke dantiannya, lalu tertawa panjang, tawanya berkumandang di lembah itu, lalu ia berkata, "Aku sedang berbincang-bincang dengan kedua qianbei dari Shaolin dan Wudang disini, kukira semua orang yang berada di gunung hari ini adalah kawan-kawan baikku, sehingga aku sama sekali tak berjaga-jaga dan jatuh ke dalam perangkap Saudara Jia. Saat ini aku mana bisa tak mengaku kalah lagi?"
Jia Bu berkata, "Bagus sekali kalau begitu. Dongfang Jiaozhu selalu menghormati para sesepuh dunia persilatan dan menghargai pendekar muda yang menonjol. Lagipula Ren Da Xiaojie sejak kecil dibesarkan oleh Dongfang Jiaozhu hingga dewasa, laksana keponakan kandung beliau saja, dengan memandang muka Ren Da Xiaojie, kami tak berani berbuat kurang ajar pada Linghu Gongzhi".
Linghu Chong hanya mendengus, namun sama sekali tak menjawab.
Ketika Linghu Chong sedang berbicara dengan Jia Bu, Fang Zheng dan Chong Xu memperhatikan situasi dan medan di sekitar mereka untuk mencari celah guna meloloskan diri, akan tetapi mereka melihat bahwa baik di depan maupun belakang penuh senapan air yang saling berhadapan dengan rapat, kalau biksu dan pendeta itu sama-sama turun tangan, mereka akan dapat menyapu belasan senapan air. Namun walaupun mereka dapat menyapu bersih sebagian dari senapan-senapan air itu, mereka tak mungkin dapat membersihkan semuanya, dan kalau masih ada satu senapan air saja yang tersisa dan dapat menyemburkan air beracun, mereka bertiga akan sukar mempertahankan nyawa mereka. Sang biksu dan sang pendeta saling berpandangan, pandangan mata mereka menunjukkan pikiran yang ada di benak mereka berdua: "Kita tak boleh bertindak dengan semberono".
Terdengar Jia Bu kembali berkata, "Karena Linghu Gongzhi sudah bersedia mengaku kalah, kedua belah pihak tak usah saling melukai, ini sesuai dengan keinginan caixia. Ketika aku dan Shangguan Xiondi turun gunung, Dongfang Jiaozhu memerintahkan kami untuk mengundang gongzhi, kepala biara Shaolin, dan pendeta kepala Wudang untuk berkunjung ke markas agama kami di Heimuya selama beberapa hari. Saat ini kalian bertiga sama-sama berada disini, hal ini sangat baik, bagaimana kalau kita berangkat sekarang?"
Linghu Chong lagi-lagi mendengus, ia berpikir bahwa di dunia ini mana ada hal yang begitu gampang, begitu mereka bertiga meninggalkan jembatan gantung itu, menghentikan Jia Bu, Shangguan Yun dan bawahan-bawahan mereka adalah semudah membalik telapak tangan.
Benar saja, Jia Bu lalu berkata, "Akan tetapi ilmu silat kalian bertiga terlalu tinggi, andaikan di tengah jalan kalian tiba-tiba berubah pikiran dan tak ingin pergi ke Heimuya, kami akan tak dapat menunaikan tugas dan harus menanggung akibatnya, oleh karena itu aku memberanikan diri untuk meminjam tangan kanan kalian bertiga". Linghu Chong berkata, "Meminjam tiga tangan kanan?" Jia Bu berkata, "Tepat sekali. Kalian bertiga silahkan memotong lengan kanan sendiri, supaya kami merasa jauh lebih nyaman".
Linghu Chong tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Ternyata begitu. Dongfang Bubai takut pada ilmu silat kami bertiga, oleh karena itu ia membuat perangkap ini. Kalian ingin kami memotong lengan kanan sendiri sehingga kami tak bisa memakai senjata, lalu ia tinggal tidur pulas dengan santai saja". Jia Bu berkata, "Tidur pulas dengan santai sih sepertinya tidak. Namun Ren Woxing akan kehilangan sekutu yang handal seperti Linghu Gongzhi ini dan kekuatannya akan banyak berkurang". Linghu Chong berkata, "Gexia berbicara dengan sangat terus terang".
Jia Bu berkata, "Caixia benar-benar hanya seorang rendah". Ia berseru keras-keras, "Fangzhang Dashi, Zhangmen Daozhang, apakah kalian lebih suka kehilangan sebelah lengan atau dengan sukarela mempertaruhkan nyawa disini?"
Chong Xu berkata, "Baik!" Kalau Dongfang Bubai ingin meminjam lengan, maka kami akan meminjamkan lengan kami padanya. Hanya saja kami tak mempunyai senjata, sehingga untuk memotong lengan sendiri agak sukar".
Ketika kata "sukar" itu baru keluar dari mulutnya, sebuah sinar berkilauan berkelebat dari balik jendela, sebuah lingkaran baja telah dilempar masuk. Lingkaran baja itu garis tengahnya hampir satu chi, tepinya tajam, di tengah lingkaran itu terdapat sebuah palang untuk pegangan tangan, senjata itu adalah senjata perguruan lain yang dipakai dalam pertarungan jarak dekat, andaikan ada sepasang, senjata itu akan menjadi semacam 'Qiankun Quan'[4]. Linghu Chong berdiri paling depan, maka ia mengangsurkan tangan dan menangkapnya, mau tak mau ia tersenyum getir karena berpikir bahwa Jia Bu ini benar-benar sudah memperhitungkan semuanya dengan matang, tepi lingkaran baja itu tajam bagai pisau, begitu diputar, lingkaran itu dapat menebas putus lengan manusia, namun bagaimanapun cepatnya ia diayunkan, lingkaran itu terlalu pendek untuk digunakan sebagai senjata, dan tak dapat digunakan untuk menangkis panah air yang ditembakkan ke arah mereka.
Jia Bu membentak, "Kalian sudah berjanji, ayo cepat lakukan! Jangan terus menerus mengulur-ulur waktu dan dengan sia-sia menunggu bala bantuan tiba. Kuhitung satu, dua, tiga! Kalau kalian tak menebas lengan, air beracun akan menyembur. Satu!"
Linghu Chong berbisik, "Aku akan menerjang ke depan, kalian berdua ikut di belakangku!" Chong Xu berkata, "Jangan!"
Jia Bu berkata, "Dua!"
Tangan kiri Linghu Chong mengangkat lingkaran baja itu, pikirnya, "Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang adalah tamu Hengshan Pai kami, bagaimanapun juga aku tak dapat membiarkan mereka dicelakai orang. Begitu kata "tiga" keluar dari mulutnya, aku akan melemparkan lingkaran baja ini, lalu menerjang ke depan sambil mengayunkan lengan jubahku, asalkan air beracun menyembur ke tubuhku, mereka berdua akan mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri". Terdengar Jia Bu berseru, "Semua bersiap-siap, aku akan menghitung sampai tiga!"
* * *
Sekonyong-konyong dari atap Paviliun Linggui terdengar suara seorang perempuan yang jernih dan merdu berseru, "Tunggu dulu!" Lalu seakan ada sebuah bayangan hijau yang melayang turun dari atap itu dan menghadang di depan Linghu Chong, dialah Yingying.
Linghu Chong cepat-cepat berseru, "Yingying, lekas mundur!" Yingying menaruh tangan kirinya di belakang tubuhnya, lalu mengoyang-goyangkannya seraya berseru, "Paman Jia, Duta Berwajah Kuning sudah lama termasyur di dunia persilatan, kenapa kau melakukan perbuatan yang memalukan seperti ini?" Jia Bu berkata, "Ini.......Da Xiaojie, kau......mundurlah, jangan mencampuri urusan ini". Yingying berkata, "Apa yang kau lakukan disini? Paman Dongfang menyuruh kau dan Paman Shangguan mengantarkan hadiah untukku, tapi kenapa kau malah menerima suap Zuo Lengchan dari Songshan Pai dan berbuat kurang ajar kepada ketua Hengshan Pai?" Jia Bu berkata, "Kata siapa aku menerima suap dari Zuo Lengchan? Aku telah menerima perintah rahasia dari Dongfang Jiaozhu untuk menangkap Linghu Chong dan membawanya ke markas besar".
Yingying berkata, "Omong kosong. Heimu Ling[5] jiaozhu ada disini. Jiaozhu memerintahkan: Jia Bu telah berkomplot dan melanggar peraturan, barang siapa melihatnya harus segera menangkap dan membunuhnya, ia akan diberi hadiah besar!" Sambil berbicara ia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, di tangannya memang ada papan Heimu Ling itu.
Jia Bu murka, ia berseru, "Lepaskan panah!" Yingying berkata, "Apakah Dongfang Jiaozhu menyuruhmu membunuhku?" Jia Bu berkata, "Kau menentang perintah jiaozhu....." Yingying berseru, "Paman Shangguan, tangkaplah si pengkhianat Jia Bu ini, maka pangkatmu akan dinaikkan menjadi Tetua Aula Naga Hijau".
Shangguan Yu merasa bahwa ilmu silatnya lebih tinggi dari Jia Bu, jasa-jasanya terhadap agama mereka juga lebih banyak, akan tetapi Jia Bu diangkat sebagai Tetua Aula Naga Hijau, sedangkan dirinya hanya Tetua Aula Macan Putih, pangkatnya berada di bawahnya, maka iapun memendam rasa iri kepadanya. Ketika ia mendengar seruan Yingying, mau tak mau ia bimbang. Yingying adalah putri ketua sebelumnya, Ren Jiaozhu, saat ini Ren Jiaozhu telah kembali masuk ke dunia persilatan dan sedang berusaha untuk kembali merebut jabatan ketua, walaupun Dongfang Jiaozhu selalu bersikap amat hormat terhadap Ren Da Xiaojie, sejak saat ini sikapnya itu tentu akan berubah, akan tetapi kalau ia diperintahkan untuk menyuruh anak buahnya menembakkan air beracun ke arah Yingying, ia tak akan dapat melakukannya.
Jia Bu kembali berseru, "Lepaskan panah!" Namun anak buahnya selalu menganggap Yingying bak seorang dewi, dan juga melihat bahwa ia mengenggam Heimu Ling di tangannya, mereka mana berani bersikap kurang ajar padanya?"
Selagi kedua belah pihak sama-sama tak mau mengalah, tiba-tiba dari Paviliun Linggui terdengar sebuah suara, "Api! Api!" Cahaya merah nampak membara, asap hitam membumbung ke angkasa, api berkobar-kobar di bawah paviliun itu. Yingying berseru keras-keras, "Jia Bu, kau memang kejam, untuk apa kau menyalakan api untuk membakar anak buahmu sendiri?" Jia Bu berkata dengan gusar, "Omong......."
Yingying berseru, "Hidup ketua, persatukan dunia persilatan! Umat Riyue Shenjiao, Dongfang Jiaozhu memerintahkan: cepat padamkan api!" Sambil berbicara ia dengan sebat menerjang ke depan. Linghu Chong, Fang Zheng dan Chong Xu menggunakan kesempatan itu untuk berlari ke depan. Yang diserukan Yingying itu adalah semboyan agama mereka, ditambah lagi dengan api yang berkobar di bawah paviliun, maka kekacauanpun timbul diantara pasukan Riyue Shenjiao, Linghu Chong bertiga sudah berhasil melewati separuh bagian jembatan gantung, mendobrak jendela paviliun dan masuk ke dalamnya.
Begitu ketiga orang itu masuk ke dalam paviliun, panah silang berisi air beracun tak dapat digunakan lagi. Linghu Chong menerjang ke depan patung Zhenwu Dadi dan mengangkat sebuah tempat lilin, lengan kanannya terangkat dan lilinpun melayang. Ia sadar bahwa air beracun itu terlalu lihai, cukup terpercik setetes saja, maka mereka akan menderita selamanya, ia melihat tangan dan kaki Fang Zheng dan Chong Xu beraksi, mereka bertarung tanpa sedikitpun memperlihatkan belas kasihan, dalam sekejap mereka telah membereskan tujuh atau delapan orang. Ia menggunakan tempat lilin itu sebagai pedang, begitu lengannya terangkat ia telah menusuk leher seseorang, dan dalam sekejap ia telah membunuh enam orang.
Ketika Jia Bu dan Shangguan Yun datang ke Hengshan kali ini, mereka membawa empat puluh peti, setiap peti dipikul oleh dua orang, sehingga seluruhnya ada delapan puluh lelaki. Kedelapan puluh orang ini adalah para pengikut agama yang cakap dan ilmu silatnya cukup tinggi. Empat puluh orang disebar di sekeliling Kuil Xuankong, sedangkan empat puluh orang lainnya ditugaskan untuk menembakkan panah silang yang disembunyikan dalam pakaian mereka, mereka membagi diri dan menyerang Paviliun Shenshe dan Linggui. Dalam sekejap Linghu Chong bertiga telah membantai dua puluh anak buah Jia Bu, sehingga panah-panah silang berisi air beracun itu berserakan di lantai.
Tangan Jia Bu mengenggam sepasang kuas panguan, ia bertarung dengan sengit melawan Yingying yang menggunakan sepasang pedang panjang dan pendek. Ketika Linghu Chong mula-mula bertemu dengan Yingying, ia hanya mendengar suaranya, namun tak pernah melihat orangnya, setelah itu ia melihat bagaimana ia begitu ditakuti oleh para orang gagah, namun ia tak tahu sebabnya, ia merasakan suatu perasaan yang mendalam, namun tak tahu dari mana asalnya. Saat itu ketika Yingying membunuh murid Shaolin dan bertarung dengan sengit melawan Fang Sheng Dashi, Linghu Chong juga hanya melihat bayangannya dan tak melihat sosoknya, sampai saat ini, ia baru melihatnya berkelahi dengan orang secara jelas. Ia melihat bahwa sosoknya ringan dan lincah, gerakannya sebat, jurus-jurus pedangnya aneh, pedang panjang dan pendeknya entah melancarkan jurus palsu atau asli dengan luar biasa cepatnya. Walaupun ia berada di depan matanya, namun dalam pikiran Linghu Chong, ia masih nampak samar-samar, bagai diselimuti kabut atau asap.
Kuas panguan yang dipakai Jia Bu amat berat, ketika ia mengayunkannya, suara kesiurannya terdengar seperti suara cambuk baja atau gada besi. Yingying selalu menghindari sepasang pedangnya beradu dengan kuas panguannya. Ujung kuas Jia Bu selalu mengarah ke titik-titik jalan darah penting Yingying, namun tak pernah sampai menyentuhnya.
Fang Zheng Dashi berseru, "Orang berdosa, apa kau belum juga mau membuang senjata dan menyerah?"
Jia Bu merasa bahwa dalam perkara hari ini ia akan mati, maka sepasang kuasnya dengan sebat menikam ke arah tenggorokan Yingying. Linghu Chong amat terkejut, ia sangat khawatir kalau-kalau Yingying tak dapat menghindari serangan itu, tempat lilin di tangannya menusuk ke depan, "Sret, sret!", ia menusuk sepasang pergelangan tangan Jia Bu. Jari-jari Jia Bu tak bertenaga lagi dan sepasang kuas panguannya terjatuh ke lantai, namun sepasang telapaknya mengayun dan ia lantas menerjang ke arah Linghu Chong.
Fang Zheng Dashi menerjang dari samping, ia mengangkat kedua lengannya dan sepasang telapaknyapun menangkap telapak Jia Bu. Jia Bu meronta dengan sekuat tenaga, namun ia tak dapat membebaskan diri dari cengkeraman telapak lawan, maka ia segera melayangkan kaki kirinya dan menendang bagian bawah tubuh Fang Zheng, serangannya ini amat keji. Fang Zheng menghela napas, sepasang telapaknya mendorong ke depan, dan Jia Bu kontan melayang keluar dari pintu. Terdengar suara jeritan pilu yang semakin lama semakin jauh, tenggelam ke dalam lembah Bukit Cuiping yang amat dalam.
Linghu Chong tersenyum kepada Yingying, lalu berkata, "Untung saja kau datang menolong!"
Yingying tersenyum, lalu berkata, "Untung saja aku datang tepat pada waktunya!" Dengan nyaring ia berseru, "Padamkan api!" Dari bawah paviliun seseorang menjawab, "Baik!" Ternyata api yang dinyalakan di bawah paviliun berasal dari alang-alang yang dicampur dengan belerang dan sendawa untuk mengacaukan pikiran Jia Bu dan sama sekali bukan kebakaran sungguhan.
Yingying melangkah ke jendela dan berseru ke arah Paviliun Shenshe yang berada di depan mereka, "Paman Shangguan, Jia Bu memberontak dan mengundang bencana bagi dirinya sendiri. Suruh anak buahmu turun dari paviliun, aku tak akan membuatmu susah". Shangguan Yun berkata, "Da Xiaojie, perkataanmu harus bisa dipercaya". Yingying berkata, "Aku bersumpah demi para leluhur agama kita, kalau Shangguan Yun mendengarkan perintahku, di kemudian hari aku tak akan mencelakainya. Kalau aku melanggar sumpah ini, serangga tiga mayat akan memakan otakku sampai aku mati". Ini adalah sumpah terberat dalam Riyue Shenjiao, begitu Shangguan Yun mendengarnya, ia merasa lega dan lalu memerintahkan kedua puluh orang bawahannya untuk turun dari paviliun.
Linghu Chong berempat turun dari Paviliun Linggui, mereka melihat bahwa Lao Touzi, Zu Qianqiu dan puluhan orang lain telah menunggu mereka di bawah paviliun. Linghu Chong bertanya pada Yingying, "Bagaimana kau tahu Jia Bu dan orang-orangnya hendak menyergap kami?" Yingying berkata, "Dongfang Bubai mana bisa begitu baik, dengan begitu tulus memberimu hadiah? Dari awal mulanya aku sudah berpikir kalau ada suatu tipu muslihat dalam keempat puluh peti itu, setelah itu ketika melihat Jia Bu dengan sembunyi-sembunyi membawa orang-orangnya kesini, aku menjadi curiga dan mengajak Tuan Lao dan yang lain-lain datang kesini untuk melihat apa yang terjadi. Beberapa kantong nasi yang berjaga di kaki Bukit Cuiping itu tak mengizinkan kami lewat dan langsung menunjukkan belang mereka". Lao Touzi, Zu Qianqiu dan semua orang lainnya tertawa terbahak-bahak. Shangguan Yun menundukkan kepalanya, wajahnya penuh rasa malu.
Linghu Chong menghela napas dan berkata, "Pada hari pertama aku menduduki jabatan ketua Hengshan Pai ini, aku sudah menunjukkan belangku, aku tak tahu apa-apa dan tak becus! Aku sudah tahu dengan jelas bahwa orang-orang yang dikirim Dongfang Bubai itu sudah pasti tak bermaksud baik, tapi aku tak berjaga-jaga. Kalau Linghu Chong mati, memang sudah sepantasnya, tapi kalau Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang sampai terkena tipu muslihat orang jahat.......ai!" Sambil berbicara, ia tak henti-hentinya menggelengkan kepalanya.
Yingying berkata, "Paman Shangguan, sejak ini kau ikut aku atau ikut Dongfang Bubai?" Raut wajah Shangguan Yun berubah, dalam sekejap, ia harus memutuskan untuk mengkhianati Dongfang Jiaozhu, hal ini amatlah sulit.
Yingying berkata, "Diantara sepuluh orang tetua Riyue Shenjiao, enam orang telah minum Sanshi Naoshen Dan ayahku. Kau mau makan pil ini atau tidak?" Sambil berbicara ia mengangsurkan tangannya, nampak sebutir pil berwarna merah tua berputar-putar di telapak tangannya. Shangguan Yun berkata dengan gemetar, "Da Xiaojie, katamu diantara kesepuluh tetua agama kita, sudah ada enam orang tetua......enam orang tetua......" Yingying berkata, "Benar. Kau tak pernah bekerja pada ayahku, beberapa tahun belakangan ini saat kau bekerja untuk Dongfang Bubai tak akan dianggap sebagai pengkhianatan terhadap ayahku. Kalau kau bersedia menyeberang ke pihak yang benar, aku tentu saja akan mengandalkan bantuanmu, dan ayahku juga akan memperlakukanmu dengan istimewa".
Shangguan Yun memandang ke segala penjuru, pikirnya, "Kalau aku tidak menyerah, nyawaku akan langsung melayang karena dari sepuluh orang tetua, enam diantaranya telah bersumpah setia kepada Ren Jiaozhu, melihat kemana angin bertiup, aku Shanguan Yun tak boleh menjadi orang terakhir yang tetap setia pada Dongfang Bubai". Ia segera maju ke depan, mengambil Sanshi Naoshen Dan dari telapak tangan Yingying, menelannya, lalu berkata, "Shangguan Yun telah menerima kemurahan hati Da Xiaojie yang tak membunuhku, sejak saat ini aku tak akan berani melawan perintahmu". Ia berbicara sambil menyoja menghormat. Yingying tersenyum dan berkata, "Sejak ini kita adalah orang sendiri, tak usah banyak peradatan. Saudara-saudara bawahanmu ini tentunya juga ikut denganmu?"
Shangguan Yun berpaling dan memandang dua puluh lelaki bawahannya, ketika para lelaki itu melihat bahwa atasan mereka telah takluk dan juga telah minum Sanshi Naoshen Dan, mereka segera bersujud pada Yingying seraya berkata, "Kami akan mematuhi perintah Shengu, laksaan kali matipun kami rela".
Saat itu para orang gagah telah selesai memadamkan api, melihat Yingying berhasil menaklukkan Shangguan Yun, mereka semua mengucapkan selamat kepadanya. Ilmu silat Shangguan Yun tinggi, posisinya juga terhormat dalam Riyue Shenjiao, kalau ia tunduk pada Yingying, hal ini akan sangat besar artinya bagi usaha Ren Woxing untuk merebut kembali kedudukan ketua.
Fang Zheng dan Chong Xu melihat bahwa keadaan telah menjadi tenang, maka mereka segera minta diri dan turun gunung. Linghu Chong mengantar mereka sampai beberapa li jauhnya, lalu mereka saling mengucapkan selamat tinggal dan berpisah.
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] 'Adik Seperguruan Kedua' (Hokkian: Jisute).
[2] 'Kura-kura Sakti'.
[3] 'Ular Sakti'.
[4] 'Lingkaran Langit dan Bumi'.
[5] 'Papan Perintah Kayu Hitam'.
Bagian Ketiga
Selagi Yingying dan Linghu Chong perlahan-perlahan kembali ke Puncak Jianxing, ia berkata, "Tindak tanduk Dongfang Bubai amat kejam, barusan ini kau telah melihatnya sendiri. Saat ini ayah dan Xiang Dage sedang mencari dukungan di antara kawan-kawan lama agama kami supaya mereka mau mendukung kembalinya kepemimpinan lama. Tentunya paling baik kalau mereka mau tunduk dengan senang hati, akan tetapi mereka yang tak mau menurut harus dibereskan satu demi satu, supaya kekuatan Dongfang Bubai dapat diperlemah. Saat ini Dongfang Bubai juga sudah melakukan serangan balik, ia menyuruh Jia Bu dan Shangguan Yun datang kemari untuk menangkapmu, ini adalah sebuah langkah yang sangat lihai. Karena ayah dan Xiang Dage bersembunyi, Dongfang Bubai tak bisa menemukan mereka, kalau ia sampai mencelakaimu, aku......aku......" Ketika berbicara sampai disini, wajahnya merona merah dan ia memalingkan mukanya.
Saat itu senja telah menjelang, angin malam bertiup dan menyibakkan rambutnya yang halus sehingga melambai-lambai menutupi sepasang pipinya. Ketika Linghu Chong melihat tengkuknya yang seputih salju, hatinya terguncang, pikirnya, "Cintanya kepadaku sungguh mendalam, seluruh kolong langit ini telah mengetahuinya, bahkan Dongfang Bubai juga hendak menangkapku untuk memaksanya, dan dengan demikian memaksa ayahnya. Barusan ini di jembatan gantung Kuil Xuankong, ia tahu jelas bahwa air beracun itu mematikan, namun ia menghadang di depanku karena takut aku terluka. Andaikan mempunyai istri seperti ini, Linghu Chong mau apa lagi?" Ia mengangsurkan kedua lengannya, hendak memeluk pinggangnya.
Yingying tertawa cekikikan dan sedikit mengegos, sehingga Linghu Chong hanya memeluk udara kosong. Walaupun ilmu pedangnya hebat dan tenaga dalamnya kuat, namun ilmu pukulan, menangkap, ringan tubuh dan ilmu silatnya yang lain jauh lebih rendah. Yingying tertawa dan berkata, "Guru besar dan ketua perguruan, masa tak tahu aturan begini?"
Linghu Chong berkata sembari tertawa, "Diantara semua ketua perguruan di kolong langit ini, ketua Hengshan Pai adalah yang paling aneh bin ajaib dan mengundang tawa orang".
Yingying berkata dengan sungguh-sungguh, "Kenapa kau berkata begitu? Bahkan kepala biara Shaolin dan pendeta kepala Wudang juga menghormatimu, siapa lagi yang berani memandang rendah dirimu? Gurumu mengeluarkanmu dari Huashan Pai, namun kau jangan terus memasukkan masalah ini dalam hatimu sehingga merasa rendah diri".
Perkataan Yingying ini memang tepat mengenai masalah yang selama ini dipendam dalam hatinya, walaupun wataknya periang, namun peristiwa dikeluarkannya dirinya dari perguruan itu selalu membuatnya merasa malu dan sedih, mau tak mau ia menghela napas dan menundukkan kepalanya.
Yingying menarik tangannya, katanya, "Kau adalah ketua Hengshan Pai, kau patut merasa bangga dan girang di depan semua orang gagah di kolong langit ini. Hengshan dan Huashan sama-sama termasyurnya, apakah seorang ketua Hengshan Pai yang terhormat tak lebih unggul dari seorang murid Huashan Pai?" Linghu Chong berkata, "Terima kasih atas nasehatmu. Hanya saja aku selalu merasa bahwa menjadi kepala kaum biksuni adalah sesuatu yang agak memalukan dan pantas ditertawakan". Yingying berkata, "Hari ini sudah ada hampir seribu orang gagah yang masuk Hengshan Pai. Diantara Wuyue Jianpai, kalau berbicara tentang pengaruh dan nama besar, hanya Songshan Pai yang dapat dibandingkan denganmu, Taishan, Heng Shan dan Huashan mana bisa mengunggulimu?"
Linghu Chong berkata, "Dalam perkara besar ini, aku belum mengucapkan terima kasih padamu". Yingying tersenyum simpul dan berkata, "Berterima kasih untuk apa?" Linghu Chong berkata, "Kau khawatir bahwa kalau aku menjadi kepala kaum biksuni mukaku tak akan terlalu cemerlang, maka kau memerintahkan orang-orang gagah bawahanmu untuk masuk Hengshan Pai. Kalau bukan diperintahkan oleh Shengu, kawan-kawan dunia persilatan yang angkuh dan susah diatur ini mana mau menjadi saudara seperguruan kaum biksuni? Dan dengan manis menuruti perintahku?" Yingying mengerucutkan bibirnya, lalu berkata, "Hal itu belum tentu seluruhnya benar, kau pernah menjadi mengzhu mereka ketika menyerang Biara Shaolin, maka mereka semua menurut padamu".
Mereka berdua terus mengobrol, ketika mendekati biara utama, sayup-sayup terdengar suara ribut para pendekar. Yingying berhenti melangkah dan berkata, "Kita berpisah dulu disini, setelah urusan besar ayah selesai, aku akan datang menemuimu".
Dada Linghu Chong mendadak terasa hangat, katanya, "Apakah kau akan pergi ke Heimuya?" Yingying berkata, "Ya". Linghu Chong berkata, "Aku akan pergi bersamamu". Rasa bahagia yang amat sangat muncul dalam sinar mata Yingying, namun ia perlahan-lahan menggeleng.
Linghu Chong berkata, "Kau tak ingin aku pergi bersamamu?" Yingying berkata, "Kau hari ini baru saja menjadi ketua Hengshan Pai, tapi kau langsung ingin ikut campur urusan Riyue Shenjiao. Kalaupun tindak tanduk ketua baru Hengshan Pai tak dapat ditebak, namun kalau kau melakukan hal ini, apakah tidak agak keterlaluan?" Linghu Chong berkata, "Melawan Dongfang Bubai adalah urusan sangat berbahaya, kalaupun aku dapat hanya berpangku tangan, masa aku tega membiarkanmu menempuh bahaya?" Yingying berkata, "Para pendekar dunia persilatan yang tinggal di halaman lain Hengshan itu belum tentu tak akan menganggu para nona-nona Hengshan Pai". Linghu Chong berkata, "Kau hanya perlu memerintahkan saja, kurasa walaupun mereka punya nyali setinggi langit, mereka tak akan berani melakukannya".
Yingying berkata, "Baik, kalau kau bersedia ikut denganku, aku mewakili ayah berterima kasih padamu". Linghu Chong berkata sembari tertawa, "Kita berdua saling berterima kasih, untuk apa sungkan-sungkan seperti ini?" Yingying tersenyum menawan, katanya, "Kalau setelah ini aku tak sopan padamu, jangan salahkan aku".
Setelah berjalan beberapa lama, Yingying berkata, "Kata ayah, karena kau tak bersedia masuk agama kami, dalam urusan merebut jabatan ketua ini, ia tak mau menerima bantuanmu, tapi......tapi......." Selagi berbicara wajahnya menjadi merah padam. Linghu Chong berkata, "Walaupun aku tak terhitung sebagai anggota Riyue Shenjiao, namun aku dan kau hidup dan mati bersama. Kalaupun ayahmu hendak mengusirku, aku akan menebalkan mukaku dan membandel". Yingying berkata sembari tersenyum, "Kalau ayahku menerima bantuanmu, ia pasti sangat senang".
Setelah mereka berdua tiba kembali di Puncak Jianxing, mereka berpisah untuk memberi perintah pada murid-murid mereka. Linghu Chong menyuruh semua murid rajin berlatih dan berkata bahwa ia hendak pergi mengantarkan Yingying, setelah urusan selesai, ia akan pulang. Yingying berulang kali memperingatkan para pendekar, bahwa setelah hari ini, kalau ada yang berani menginjakkan kaki di Puncak Jianxing, apabila ia menginjak tanah dengan kaki kanannya, kaki kanannya akan dipotong, kalau ia menginjak tanah dengan kaki kirinya, kaki kirinya akan dipotong, sedangkan kalau menginjak tanah dengan kedua kakinya, sepasang kakinya akan sama-sama dipotong.
Pagi-pagi keesokan harinya, Linghu Chong dan Yingying mengucapkan selamat tinggal kepada semua orang, lalu berangkat menuju Heimuya dengan membawa Shangguan Yun beserta kedua puluh pengikut Riyue Shenjiao lainnya.
* * *
Heimuya berada di dalam perbatasan Hebei, dari Hengshan mereka menuju ke timur, tak sampai sehari kemudian, mereka tiba di Kota Pingding. Di sepanjang Linghu Chong dan Yingying selalu menumpang dua kereta yang berbeda, tirai kereta diturunkan supaya mereka tak dipergoki oleh mata-mata Dongfang Bubai. Malam itu Linghu Chong dan Yingying bermalam di sebuah penginapan di Kota Pingding. Mereka sudah berada tak jauh lagi dari markas besar Riyue Shenjiao, di dalam kota cukup banyak anggotanya yang berkeliaran, Shangguan Yun memerintahkan empat orang bawahannya untuk berjaga di depan dan belakang penginapan itu supaya orang yang tak berkepentingan tak dapat mendekat.
Saat makan malam, Yingying menemani Linghu Chong minum-minum sambil makan makanan kecil. Cahaya api yang berkobar-kobar di perapian penginapan itu menyinari wajah Yingying dan membuatnya makin menawan.
Linghu Chong minum beberapa cawan arak, lalu berkata, "Saat itu di Biara Shaolin ayahmu berkata bahwa diantara para orang gagah di dunia ini, ia mengagumi tiga setengah orang, Dongfang Bubai menduduki tempat pertama. Orang ini dapat merebut kedudukan ketua dari tangan ayahmu, maka jelas bahwa ia adalah seorang tokoh yang sangat pandai dan berbakat. Di dunia persilatan selalu beredar kabar bahwa dalam ilmu silat, Dongfang Bubai adalah nomor satu di dunia, entah perkataan ini benar atau tidak".
Yingying berkata, "Dongfang Bubai ini banyak akalnya, kepandaiannya bermuslihat tak usah dikatakan lagi. Namun ilmu silatnya seperti apa, aku tidak terlalu tahu, beberapa tahun belakangan ini aku jarang bertemu muka dengannya".
Linghu Chong mengangguk dan berkata, "Beberapa tahun belakangan ini kau tinggal di Lorong Bambu Hijau di Luoyang, tentu saja kau jarang bertemu dengannya". Yingying berkata, "Tidak juga. Walaupun aku tinggal di Kota Luoyang, setiap tahun aku dua kali pulang ke Heimuya, namun setelah tiba di Heimuya, aku sering tak bertemu dengan Dongfang Bubai. Kata para tetua agama kami, makin lama mereka makin sulit bertemu dengan jiaozhu". Linghu Chong berkata, "Orang yang tinggi kedudukannya sering sengaja membuat masalah sederhana menjadi rumit, ia membuat dirinya sendiri sukar ditemui, untuk menunjukkan bahwa dirinya berbeda dengan orang kebanyakan". Yingying berkata, "Tentunya itu adalah salah satu alasannya. Akan tetapi kuduga ia sedang sibuk berlatih kungfu dari Kuihoa Baodian, dan tak ingin urusan rutin agama kami menganggu konsentrasinya". Linghu Chong berkata, "Ayahmu pernah berkata, bahwa bertahun-tahun silam ketika ia siang malam sibuk mencari cara untuk mengabungkan berbagai tenaga dalam Xixing Dafa, ia tak memperdulikan urusan sehari-hari. Apakah Dongfang Bubai mengulangi jejak yang sama?"
Yingying berkata, "Sejak Dongfang Bubai tak lagi mengurus urusan rutin, beberapa tahun belakangan ini, urusan sehari-hari agama kami seluruhnya dimonopoli oleh si bocah marga Yang itu. Bocah ini tak mungkin merebut kekuasaan Dongfang Bubai, maka peristiwa terdahulu tak akan terulang lagi". Linghu Chong berkata, "Bocah marga Yang? Siapa itu? Kenapa aku belum pernah mendengar tentang dia?" Wajah Yingying tiba-tiba merona merah, ia tersenyum dan berkata, "Berbicara tentang dia hanya akan mengotori mulut saja. Orang-orang dalam agama kami yang tahu tentang masalah ini juga tak ada yang menyinggungnya; orang luar tak ada yang tahu. Tentu saja kau belum pernah mendengar tentangnya".
Rasa ingin tahu yang besar muncul dalam benak Linghu Chong, katanya, "Adik yang manis, ceritakanlah padaku". Yingying berkata, "Marga Yang itu bernama Yang Lianting, umurnya baru duapuluhan tahun lebih, selain ilmu silatnya rendah, ia juga tak punya kemampuan untuk bekerja, namun akhir-akhir ini Dongfang Bubai amat menyayangi dan mempercayainya, benar-benar aneh bin ajaib". Ketika berbicara mengenai hal ini, wajahnya merona merah, sudut-sudut bibirnya sedikit terangkat, jelas bahwa ia sangat memandang rendah orang itu.
Linghu Chong tiba-tiba sadar, "Ah, si marga Yang itu adalah lelaki simpanan Dongfang Bubai. Ternyata walaupun Dongfang Bubai adalah seorang gagah, ia suka......suka pada lelaki simpanan".
Yingying berkata, "Jangan bicara lagi, aku juga tak tahu apa yang dimaui Dongfang Bubai. Pendeknya, ia menyerahkan semua urusan pada Yang Lianting, banyak saudara-saudara dalam agama kami yang celaka di tangan marga Yang itu, ia memang benar-benar pantas dibunuh".
Sekonyong-konyong, dari balik jendela terdengar suara tawa seseorang, "Perkataan ini salah, kita seharusnya berterima kasih pada Yang Lianting".
Yingying berseru dengan girang, "Ayah!" Ia cepat-cepat membukakan pintu.
Ren Woxing dan Xiang Wentian memasuki ruangan itu. Mereka berdua memakai pakaian petani, kepala mereka ditutupi topi wol berlubang-lubang yang menyembunyikan setengah wajah mereka, kalau saja mereka tak mendengar suaranya, wajah mereka benar-benar tak dapat dikenali. Linghu Chong maju ke depan untuk memberi hormat, lalu menyuruh pelayan penginapan untuk mengambilkan sumpit dan cawan, serta menambah arak dan hidangan.
Ren Woxing nampak segar bugar dan bersemangat, katanya, "Beberapa hari belakangan ini aku dan Xiang Xiongdi telah menghubungi orang-orang lama di agama kita, dan hasilnya ternyata jauh lebih memuaskan dari yang kuduga. Delapan dari sepuluh orang yang kami hubungi sangat senang, semua berkata bahwa beberapa tahun belakangan ini tingkah laku Dongfang Bubai benar-benar menyimpang sehingga ia ditentang oleh hampir semua orang dan ditinggalkan oleh kawan-kawannya. Terutama karena Yang Lianting ini yang asalnya bukan siapa-siapa di agama kita, tapi karena berhasil menjilat Dongfang Bubai lalu berhasil memegang kekuasaan besar dan berbuat sewenang-wenang. Tak sedikit orang-orang yang telah berjasa bagi agama kita disingkirkan atau dicelakai olehnya. Seandainya tak dibatasi oleh peraturan ketat agama kita, dari dulu mereka sudah memberontak. Si marga Yang itu sudah banyak membantu kita dalam melaksanakan urusan besar ini, bagaimana kita tak berterima kasih padanya?"
Yingying berkata, "Benar sekali". Ia kembali bertanya, "Ayah, dari mana kau tahu bahwa kami telah tiba disini?"
Ren Woxing tertawa dan berkata, "Xiang Xiongdi sempat bertarung dengan Shangguan Yun, belakangan kami baru tahu bahwa ia telah tunduk kepadamu". Yingying berkata, "Paman Xiang, kau tak melukainya bukan?" Xiang Wentian berkata, "Melukai Pendekar Elang Shangguan benar-benar tidak gampang".
Ketika mereka sedang berbicara, mendadak dari luar terdengar suara suitan yang tajam melengking, di tengah malam yang sunyi, suara itu benar-benar mendirikan bulu roma.
Yingying berkata, "Apakah Dongfang Bubai tahu kita berada disini?" Ia berpaling ke arah Linghu Chong untuk menjelaskan, "Suitan itu adalah isyarat agama kami untuk menangkap pembunuh atau pengkhianat, begitu pengikut agama kami mendengarnya, mereka semua akan berjaga-jaga dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menangkap para pengacau itu".
Setelah beberapa saat, terdengar derap kaki empat ekor kuda mencongklang mendekat dari jalan raya, para penunggang kuda itu menyampaikan sebuah perintah: "Jiaozhu memerintahkan: Tetua Aula Badai Tong Baixiong berkomplot dengan musuh dan hendak memberontak, segera tangkap dia dan bawa kembali ke markas besar, siapapun yang membangkang akan dibunuh di tempat".
Yingying berkata tanpa berpikir lagi, "Paman Tong! Mana mungkin?" Suara derap kaki kuda terdengar makin menjauh selagi perintah itu disiarkan di sepanjang jalan. Melihat pengaruh mereka, nampaknya Riyue Shenjiao menguasai daerah sekitar tempat itu, sama sekali tak kelihatan ada pejabat pemerintah.
Ren Woxing berkata, "Dongfang Bubai cepat sekali mendengar segala berita, kami baru saja bertemu dengan si tua Tong kemarin lusa". Yingying menghela napas, lalu berkata, "Apakah Paman Tong setuju untuk membantu kita?" Ren Woxing menggeleng seraya berkata, "Dia mana mau mengkhianati Dongfang Bubai? Aku dan Xiang Xiongdi berbicara panjang lebar dengannya selama setengah hari, tapi akhirnya si tua Tong berkata, 'Persahabatanku dengan Dongfang Xiongdi adalah untuk seumur hidup, kalian berdua tak sadar bahwa kalau kalian berbicara demikian denganku hari ini, hal ini berarti bahwa kalian jelas-jelas memandang rendah Tong Baixiong, memandangku sebagai orang yang rela menjual kawan sendiri. Akhir-akhir ini Dongfang Jiaozhu disesatkan oleh seorang rendah dan melakukan banyak kesalahan. Tapi kalaupun ia menghancurkan dirinya sendiri, si marga Tong ini tetap tak akan mengkhianatinya. Si marga Tong ini bukan tandingan kalian berdua, kalau kalian ingin membunuh atau mencincangku, silahkan melakukannya'. Si tua Tong ini memang tua-tua keladi, makin tua makin berapi-api".
Linghu Chong memuji, "Seorang ksatria sejati!"
Yingying berkata, "Kalau ia sudah pasti tak mau membantu kita, kenapa Dongfang Bubai menangkapnya?"
Xiang Wentian berkata, "Ini namanya melakukan tindakan yang tak masuk akal. Dongfang Bubai usianya belum terlalu tua, namun tingkah lakunya sudah seperti orang bingung saja. Si tua Tong begitu setia padanya, di kolong langit ini mana bisa menemukan orang seperti dia?"
Ren Woxing bertepuk tangan sambil tertawa, lalu berkata, "Bahkan seorang tokoh seperti si tua Tong ini ternyata dimusuhi oleh Dongfang Bubai, usaha kita pasti akan berhasil! Mari minum!" Keempat orang itu serentak mengangkat cawan dan menengaknya hingga tandas.
Yingying berkata kepada Linghu Chong, "Paman Tong ini adalah tokoh senior agama kami, bertahun-tahun yang silam ia telah berjasa besar, semua orang di agama kami menghormatinya. Ia selalu tak cocok dengan ayah, namun bersahabat erat dengan Dongfang Bubai. Jadi seharusnya kalaupun ia melakukan kesalahan besar, Dongfang Bubai tak akan membuatnya susah".
Dengan girang Ren Woxing berkata, "Karena Dongfang Bubai hendak menangkap Tong Baixiong, keadaan di Heimuya tentunya kacau balau, kalau kita menggunakan kesempatan ini untuk naik gunung, tentunya akan sangat baik". Xiang Wentian berkata, "Kita akan merundingkan hal ini dengan Shangguan Xiongdi". Ren Woxing mengangguk dan berkata, "Bagus sekali". Xiang Wentian berbalik dan keluar ruangan, lalu kembali masuk bersama Shangguan Yun.
Begitu Shangguan Yun melihat Ren Woxing, ia segera menyoja menghormat, lalu berkata, "Hamba Shangguan Yun menghadap jiaozhu, semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan". Ren Woxing tertawa dan berkata, "Shangguan Xiongdi, aku selalu mendengar bahwa kau adalah seorang lelaki keras yang tak suka banyak omong, kenapa begitu bertemu hari ini kau berkata demikian?" Shangguan Yun nampak bingung, ia berkata, "Hamba tak mengerti, mohon petunjuk jiaozhu".
Yingying berkata, "Ayah, ketika kau mendengar Paman Shangguan berkata 'semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan', kau merasa bahwa kata-kata itu terlalu berlebihan, benar tidak?" Ren Woxing berkata, "Apa itu 'semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan', memangnya aku Qin Shihuang[1]?"
Yingying tersenyum dan berkata, "Itu adalah semboyan yang dikarang oleh Dongfang Bubai, ia ingin agar setiap kali para bawahannya melihatnya, mereka mengucapkan perkataan itu, kalau tak berada di hadapannyapun, saat para saudara bertemu, mereka harus saling mengucapkan perkataan itu. Hal ini adalah sesuatu yang baru. Paman Shangguan sudah terbiasa mengucapkannya, maka ketika bertemu denganmu, ia mengatakannya".
Ren Woxing mengangguk dan berkata, "Begitu rupanya. Semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan, gagasan yang bagus sekali! Tapi kalau bukan seorang dewa, mana bisa hidup selamanya? Shangguan Xiongdi, kabarnya Dongfang Bubai memerintahkan untuk menangkap si tua Tong, keadaan di Heimuya tentu kacau balau, malam ini kita naik ke Heimuya, bagaimana pendapatmu?"
Shangguan Yun berkata, "Titah jiaozhu sungguh cemerlang, rencanamu sungguh sempurna, menerangi seluruh kolong langit, memberi faedah bagi rakyat jelata, unggul tak terkalahkan. Hamba akan melaksanakan titah ini dengan sepenuh hati, hamba akan selalu setia dan rela mati laksaan kali demi melaksanakan tugas".
Ren Woxing diam-diam berkata pada dirinya sendiri, "Banyak orang di dunia persilatan berkata bahwa Pendekar Elang Shangguan Yun ilmu silatnya tinggi, wataknya juga jujur dan terus terang, kenapa perkataannya berbunga-bunga seperti seorang rendah yang tak punya harga diri? Apakah perkataan orang di dunia persilatan itu salah dan reputasinya juga palsu?" Mau tak mau ia mengerenyitkan dahinya.
Yingying tersenyum dan berkata, "Ayah, kalau kita ingin naik ke Heimuya tanpa dikenali, pertama-tama kita harus menyamar supaya tak dikenali orang, akan tetapi yang lebih penting lagi, kita harus mempelajari slogan-slogan yang dipakai di Heimuya, kalau tidak kau akan salah bicara". Ren Woxing berkata, "Slogan-slogan yang dipakai di Heimuya seperti apa?" Yingying berkata, "Paman Shangguan berkata, 'Titah jiaozhu sungguh cemerlang, rencanamu sungguh sempurna', 'hamba akan melaksanakan titah ini dengan sepenuh hati, hamba akan selalu setia dan rela mati laksaan kali demi melaksanakan tugas', dan perkataan-perkataan lain semacam itu. Ini adalah slogan-slogan yang beberapa tahun belakangan ini populer di Heimuya. Perkataan-perkataan itu dikarang oleh Yang Lianting untuk menyanjung-sanjung Dongfang Bubai. Makin lama ia makin menyukainya, sampai akhirnya kalau ada orang yang tak berkata demikian, ia akan dituduh hendak memberontak. Kalau ada yang mengucapkannya dengan sedikit tak hormat saja, ia akan langsung membunuh orang itu". Ren Woxing berkata, "Saat kau bertemu dengan Dongfang Bubai, apakah kau juga mengucapkan omong kosong seperti itu?" Yingying berkata, "Kalau aku berada di Heimuya, bagaimana aku bisa tak mengucapkannya? Oleh karenanya putrimu ini biasanya tinggal di Kota Luoyang, supaya tak usah mendengar perkataan-perkataan yang menyebalkan itu".
Ren Woxing berkata, "Shangguan Xiongdi, diantara kita, sejak saat ini kau tak usah mengucapkan perkataan-perkataan itu". Shangguan Yun berkata, "Baik. Petunjuk jiaozhu yang amat bijaksana akan tetap baru setelah seratus tahun berlalu, tak akan dilupakan selamanya, cemerlang bagai mentari dan bulan, menerangi seluruh kolong langit, hamba akan selalu mematuhinya".
Yingying mencibir, namun tak berani tertawa.
Ren Woxing berkata, "Menurutmu bagaimana sebaiknya kita naik ke Heimuya?" Shangguan Yun berkata, "Jiaozhu telah mempunyai rencana yang hebat dan pandangan ke depan yang luar biasa, di dunia ini tak ada orang yang dapat mengunggulimu. Di hadapan jiaozhu, bagaimana hamba berani unjuk kebodohan?" Ren Woxing mengerenyitkan dahinya, "Saat Dongfang Bubai merundingkan masalah besar agama kita, apa tak ada orang yang berani mengeluarkan pendapat?" Yingying berkata, "Kebijaksaan Dongfang Bubai berada di atas semua orang, orang lain tak ada yang dapat mengunggulinya. Kalaupun ada orang yang ingin berbicara, tak ada yang berani berbicara sembarangan, supaya tak tertimpa bencana yang tak terduga".
Ren Woxing berkata, "Ternyata begitu. Bagus sekali, bagus sekali! Shanguan Xiongdi, Dongfang Bubai memerintahkanmu untuk menangkap Linghu Chong, saat itu, apa perintahnya?" Shangguan Yun berkata, "Ia berkata supaya kami menangkap Linghu Daxia, kalau berhasil, kami akan mendapat hadiah besar, kalau kami tak berhasil menangkap beliau, kami harus membawa pulang kepala kami sendiri". Ren Woxing tertawa dan berkata, "Bagus sekali, ikat Linghu Chong dan ambillah hadiahmu".
Shangguan Yun mundur selangkah, raut wajahnya penuh rasa jeri, katanya, "Linghu Daxia adalah orang kesayangan jiaozhu, ia sudah berjasa besar bagi agama kita, hamba mana berani berbuat kurang ajar pada beliau?" Ren Woxing tertawa dan berkata, "Tempat tinggal Dongfang Bubai benar-benar sulit untuk ditembus, tapi kalau kau mengikat Linghu Chong dan membawanya naik ke Heimuya, ia pasti akan bersedia menemuimu".
Yingying tertawa dan berkata, "Siasat ini sungguh bagus. Kita menyamar menjadi bawahan Paman Shangguan lalu bersama-sama pergi menemui Dongfang Bubai. Asalkan kita dapat menemuinya, kita akan menghunus senjata dan menyerangnya. Walaupun ilmu silatnya tinggi, sepasang tangan akan selalu sulit melawan empat pasang tangan". Xiang Wentian berkata, "Paling baik kalau Linghu Xiongdi berpura-pura terluka parah, tangan dan kakinya dibalut dan diberi sedikit bercak darah, lalu kita mengusungnya dengan sebuah tandu, pertama, untuk membuat Dongfang Bubai tak berjaga-jaga, kedua, di dalam tandu itu kita dapat menyembunyikan senjata". Ren Woxing berkata, "Bagus sekali, bagus sekali!"
Dari ujung jalan terdengar derap kaki kuda, ada seseorang yang berseru keras-keras, "Tetua Aula Badai sudah tertangkap, tetua Aula Badai sudah tertangkap!"
Yingying melambai-lambaikan tangannya ke arah Linghu Chong, mereka berdua melangkah ke balik gerbang penginapan, di jalan terlihat puluhan penunggang kuda yang masing-masing mengangkat obor tinggi-tinggi sedang mengerumuni seorang tua yang perawakannya tinggi besar. Rambut orang tua itu putih seluruhnya dan wajahnya bersimbah darah, rupanya ia baru saja bertarung. Kedua tangannya diikat di belakang punggungnya, sepasang matanya bersinar-sinar, seakan menyemburkan api, jelas bahwa hatinya penuh amarah. Yingying berbisik, "Dahulu, ketika Dongfang Bubai bertemu dengan Paman Tong, ia seakan adalah Xiong Xiongzhang[2] dan dirinya adalah adik kandungnya, mereka sangat akrab, tak disangka-sangka bahwa hari ini ia dapat berubah menjadi begitu kejam".
Tak lama kemudian, Shangguan Yun datang membawa sebuah tandu dan barang-barang lainnya. Yingying membalut lengan kiri Linghu Chong dengan kain putih dan mengantungkannya dari lehernya, lalu menyembelih seekor kambing dan mencipratkan darah kambing ke sekujur tubuhnya. Ren Woxing dan Xiang Wentian bertukar pakaian pengikut agama mereka, Yingying juga menyamar sebagai lelaki dan menghitamkan wajahnya. Setelah setiap orang makan sampai kenyang, dengan membawa orang-orang bawahan Shangguan Yun, mereka berangkat menuju ke Heimuya.
* * *
Lebih dari empat puluh li di sebelah barat laut Kota Pingding, batu karang gunung berwarna merah tua bagai darah, di tempat itu terdapat sebuah pantai panjang di tepi sungai yang airnya bergolak, itulah Pantai Kera yang termasyur. Semakin jauh ke utara, kedua tebing di sisinya menjadi seperti dinding tinggi, diantaranya hanya terdapat sebuah jalan setapak yang lebarnya lima chi. Jalan itu dijaga dengan ketat oleh para pengikut Riyue Shenjiao, namun begitu melihat Shangguan Yun, mereka semua bersikap sopan dan hati-hati. Setelah melewati tiga jalan pegunungan, mereka tiba di sebuah tepi sebuah sungai lain, Shangguan Yun melepaskan sebatang panah isyarat dan tiga buah sampan datang dari seberang sungai untuk menyambut mereka. Diam-diam Linghu Chong berpikir, "Pondasi yang telah diletakkan selama ratusan tahun oleh Riyue Shenjiao benar-benar tak dapat dianggap remeh". Kalau saja Shangguan Yun tidak berpihak kepada mereka, kedatangan mereka dari luar untuk menyerang, bukankah lebih mudah dikatakan daripada dilakukan?
Setelah tiba di tepi seberang, jalan menaiki gunung dan amat terjal. Shangguan Yun dan yang lainnya harus turun dari kuda mereka, mereka lalu mendaki lereng di bawah cahaya obor kayu cemara. Yingying berjaga di samping tandu, tangannya mengenggam sepasang pedang, berjaga-jaga dengan penuh perhatian. Jalan yang menuju ke atas gunung ini sangat berbahaya, kalau orang yang mengusung tandu tak mau mempertaruhkan nyawa mereka, dan melemparkan tandu ke jurang yang tak berdasar, Linghu Chong akan kehilangan nyawanya di tangan mereka.
Ketika mereka tiba di altar utama, hari masih gelap, Shangguan Yun mengirim seseorang untuk segera melapor pada Dongfang Bubai bahwa ia telah berhasil menunaikan perintah sang jiaozhu dan sudah kembali pulang. Setelah beberapa lama, di angkasa terdengar denting genta-genta perak, Shangguan Yun segera bangkit dan menunggu dengan sikap hormat.
Yingying menarik Ren Woxing seraya berbisik, "Perintah jiaozhu tiba, ayo cepat berdiri".
Ren Woxing cepat-cepat berdiri, ketika memandang ke depan, ia melihat bahwa seluruh umat yang berada di altar itu mendadak berdiri tak bergeming seakan sedang kerasukan roh jahat.
Genta-genta perak terus berdenting dengan amat cepat, tak lama setelah genta-genta itu berhenti bersuara, seorang pengikut agama berpakaian kuning berjalan mendekat, sepasang tangannya membuka sebuah gulungan kain berwarna kuning, lalu ia membaca keras-keras, "Dongfang Jiaozhu dari Riyue Shenjiao yang bijak dan pemurah, pandai ilmu surat dan berwatak ksatria, menitahkan: Jia Bu dan Shangguan Yun telah berhasil melaksanakan titah dan kembali pulang, jasa mereka patut dipuji, bawa tawanan naik ke tebing untuk menghadap".
Shangguan Yun menyoja seraya berkata, "Semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan".
Ketika melihat kejadian itu, Linghu Chong diam-diam tertawa, "Ini bukannya kasim dalam sandiwara yang sedang membacakan titah kekaisaran?"
Terdengar Shangguan Yun berseru, "Jiaozhu telah memberikan kesempatan pada hamba untuk menghadap, budi baik ini selamanya tak akan berani kulupakan". Para bawahannya serentak berseru, "Jiaozhu telah memberikan kesempatan pada hamba untuk menghadap, budi baik ini selamanya tak akan berani kulupakan".
Ren Woxing, Xiang Wentian dan yang lainnya ikut berkomat-kamit, namun dalam hati diam-diam memaki-maki.
Rombongan itu menaiki sebuah tangga batu ke puncak tebing, mereka melewati tiga gerbang besi, di depan setiap tiga gerbang besi itu, ada seseorang yang meneriakkan kata sandi untuk malam itu dan memeriksa tanda perintah yang tergantung di pinggang mereka. Ketika mereka tiba di depan sebuah gerbang batu besar, mereka melihat bahwa di kedua sisinya terukir dua baris huruf-huruf besar, yang diselah kanan berbunyi 'PANDAI ILMU SURAT DAN BERWATAK KSATRIA', yang di sebelah kiri berbunyi, 'BIJAK DAN PEMURAH', sedangkan di papan melintang yang tergantung di atasnya terukir empat huruf besar berwarna merah yang berbunyi 'RIYUE SHENJIAO'.
Setelah melewati gerbang batu itu, di atas tanah terlihat sebuah keranjang bambu yang mungkin dapat memuat lebih dari sepuluh kati beras. Shangguan Yun berseru, "Angkat tawanan masuk ke dalam". Bersama Ren Woxing, Xiang Wentian dan Yingying bertiga, ia membungkuk untuk mengangkat tandu, lalu melangkah ke dalam keranjang bambu itu.
Sebuah gong tembaga terdengar ditabuh tiga kali, keranjang bambu itu perlahan-lahan naik ke atas, ternyata ada sebuah kerekan yang menariknya ke atas dengan tali.
Keranjang bambu tak henti-hentinya naik ke atas, ketika Linghu Chong mendongak untuk melihat ke atas, ia melihat bahwa di atas kepalanya nampak kerlap-kerlip bintang,
rupanya Heimuya ini memang benar-benar tinggi. Yingying mengangsurkan tangan kanannya dan mengenggam tangan kiri Linghu Chong. Di tengah kegelapan malam, masih dapat terlihat awan tipis melayang-layang di atas ubun-ubunnya, namun setelah beberapa saat, mereka masuk ke tengah kabut, ketika ia melihat ke bawah keranjang bambu, hanya terlihat kegelapan semata, bahkan sinar lenterapun tak terlihat.
Setelah beberapa lama, akhirnya keranjang bambu itu berhenti. Shangguan Yun dan yang lainnya mengusung Linghu Chong keluar dari keranjang bambu, berjalan ke kiri beberapa zhang, lalu mengusungnya masuk ke sebuah keranjang bambu lain. Ternyata karena puncak tebing terlalu tinggi, di tengahnya terdapat tiga buah kerekan, seluruhnya mereka harus dikerek empat kali untuk mencapai puncak tebing. Linghu Chong berpikir, "Tempat tinggal Dongfang Bubai begitu tinggi, pantas saja para bawahan dan pengikutnya sulit bertemu dengannya".
Ketika mereka dengan susah payah mencapai puncak tebing, matahari telah tinggi. Sinar mentari bersinar dari timur, menyinari sebuah gapura raksasa yang terbuat dari marmer putih, di atas gapura itu tertulis dengan huruf-huruf besar berwarna emas 'Demi Rakyat Jelata', di bawah sinar mentari huruf-huruf itu berkilau keemasan, mau tak mau membuat orang merasa amat kagum.
Linghu Chong berpikir, "Dongfang Bubai begitu angkuh, di dunia persilatan benar-benar tak ada yang dapat menandinginya. Shaolin dan Wudang tak dapat menandinginya, lebih-lebih lagi Huashan dan Hengshan. Ia benar-benar seorang terpelajar, tak seperti orang gagah kebanyakan di dunia persilatan yang kasar". Ren Woxing berkata dengan lirih, "Demi Rakyat Jelata, hah!"
Shangguan Yun berkata dengan lantang, "Hamba tetua Aula Macan Putih Shangguan Yun telah menerima titah jiaozhu dan sekarang datang untuk menghadap".
Dari sebuah rumah batu di sebelah kanan keluarlah empat orang yang semua mengenakan jubah ungu, mereka melangkah mendekat. Pemimpin mereka berkata, "Selamat kepada Tetua Shangguan yang telah berhasil mendirikan jasa besar, kenapa Tetua Jia tak ikut datang?" Shangguan Yun berkata, "Tetua Jia gugur dalam pertempuran dan telah membalas budi besar jiaozhu". Orang itu berkata, "Begitu rupanya. Kalau begitu Tetua Shangguan dapat segera naik pangkat". Shangguan Yun berkata, "Kalau aku dapat menerima kenaikan pangkat dari jiaozhu, aku tak akan berani melupakan kebaikan saudara". Ketika orang itu mendengar bahwa ia berjanji akan menyuapnya, matanya bersinar-sinar, sambil tersenyum ia berkata, "Kami harus lebih dahulu berterima kasih padamu!" Ia melirik ke arah Linghu Chong, lalu tertawa dan berkata, "Apakah ini bocah yang disukai Ren Da Xiaojie? Kukira wajahnya seperti Pan An atau Song Yu, tapi ternyata cuma begini saja. Tetua Aula Naga Hijau Shangguan, mohon datang kemari". Shangguan Yun berkata, "Jiaozhu belum menaikkan pangkatku, jangan terlalu pagi memanggilku seperti itu, kalau sampai terdengar oleh jiaozhu atau Yang Zongguan[3], aku akan dipersalahkan". Orang itu menjulurkan lidahnya, lalu mengajak mereka masuk.
Mereka berjalan dari gapura sampai ke depan gerbang besar melalui sebuah jalan lurus berlapiskan batu. Di balik gerbang besar juga ada dua orang berjubah ungu yang mengajak mereka masuk ke bagian belakang aula, lalu berkata, "Yang Zongguan bersedia menemui kalian, tunggulah disini". Shangguan Yun berkata, "Baik!" Ia berdiri tegak dengan tangan lurus ke bawah.
Setelah lama berselang, 'Kepala Rumah Tangga Yang' itu belum juga muncul, namun Shangguan Yun tetap berdiri tegak, tak berani duduk. Linghu Chong berpikir, "Tetua Shangguan ini kedudukannya dalam agama benar-benar tak rendah, namun di tebing ini semua orang memandangnya dengan sebelah mata, bahkan seorang pelayanpun sepertinya lebih berkuasa darinya. Orang macam apa Yang Zongguan itu? Kemungkinan besar ia adalah Yang Lianting itu, ternyata ia cuma seorang kepala rumah tangga, seorang pelayan yang mengurusi pekerjaan sehari-hari yang remeh, akan tetapi Tetua Aula Macan Putih Riyue Shenjiao malah berdiri dengan sikap begitu hormat, menunggunya keluar. Dongfang Bubai benar-benar keterlaluan!"
Setelah lebih lama lagi, akhirnya terdengar suara langkah kaki, suara langkah kaki itu terdengar dangkal, jelas bahwa orang itu tak memiliki tenaga dalam. Terdengar suara batuk, lalu dari balik tirai muncul seseorang. Ketika Linghu Chong meliriknya, ia melihat bahwa orang itu usianya tak sampai tiga puluh tahun, ia mengenakan jubah satin merah keunguan, perawakannya tinggi besar dan wajahnya dipenuhi cambang ikal, penampilannya sangat gagah.
Linghu Chong berpikir, "Yingying berkata bahwa Dongfang Bubai sangat menyayangi dan mempercayai orang ini, dan juga berkata bahwa hubungan diantara keduanya mencurigakan. Tadinya kukira bahwa ia adalah seorang lelaki tampan yang keperempuan-perempuanan, namun ternyata ia adalah seorang lelaki gagah, hal ini benar-benar diluar dugaanku. Apakah dia bukan Yang Lianting?"
Terdengar orang itu berkata, "Tetua Shangguan, kau telah berhasil menunaikan tugas untuk menangkap Linghu Chong dan membawanya kemari, jiaozhu sangat senang". Suaranya dalam, enak didengar.
Shangguan Yun menyoja seraya berkata, "Hal ini disebabkan karena keberuntungan jiaozhu dan petunjuk terperinci yang telah diberikan oleh Yang Zongguan sebelumnya, hamba hanya mematuhi perintah jiaozhu saja".
Linghu Chong diam-diam terperanjat, "Ternyata orang ini memang Yang Lianting!"
Yang Lianting melangkah ke samping tandu, lalu memandang wajah Linghu Chong. Pandangan mata Linghu Chong nanar, mulutnya sedikit terbuka, ia berlagak seperti seseorang yang tak sadarkan diri setelah terluka parah. Yang Lianting berkata, "Orang ini kelihatannya sudah setengah sekarat, apakah dia benar-benar Linghu Chong? Apa kau tak salah lihat?"
Shangguan Yun berkata, "Hamba melihat dengan mata kepala sendiri ia menjadi ketua Hengshan Pai, hamba sama sekali tak salah lihat. Hanya saja tiga jalan darah pentingnya terkena totokan Tetua Jia, dan juga dua kali terkena pukulan hamba, lukanya amat parah, jangan-jangan dalam waktu setengah tahunpun ia belum akan sembuh". Yang Lianting tertawa dan berkata, "Kau memukuli jantung hati Ren Da Xiaojie sampai begini, hati-hati, dia akan mencari dan membunuhmu". Shangguan Yun berkata, "Hamba setia pada jiaozhu, aku tak perduli apakah orang lain suka padaku atau tidak. Kalau aku bisa setia sampai mati pada ketua, cita-cita seumur hidupku akan tercapai".
Yang Lianting berkata, "Bagus sekali. Kau begitu setia, aku akan memberitahukannya kepada jiaozhu, beliau pasti memberimu hadiah besar. Tetua Aula Badai telah mengkhianati jiaozhu dan memberontak, mungkin kau sudah tahu?" Shangguan Yu berkata, "Hamba tak mengetahui seluk beluknya, mohon supaya zongguan menjelaskannya. Kalau jiaozhu atau zongguan memerintahkan, hamba akan segera melaksanakannya, harus mati laksaan kalipun hamba rela".
Yang Lianting duduk di sebuah kursi dan menghela napas, lalu berkata, "Si tua Tong Baixiong ini biasanya selalu mengambil kesempatan dari kebaikan hati jiaozhu kepadanya, selalu menonjolkan keseniorannya dan memandang rendah semua orang. Beberapa tahun belakangan ini, ia diam-diam mencari keuntungan sendiri dan berkomplot untuk memberontak. Dari dulu aku sudah mencurigainya, ternyata makin lama ia makin liar, dan bahkan berkomplot dengan pembangkang agama kita, si pengkhianat Ren Woxing, benar-benar keterlaluan".
Shangguan Yun berkata, "Ternyata ia......ia berkomplot dengan si marga Ren itu?" Suaranya gemetar, jelas bahwa ia amat terkejut.
Yang Lianting berkata, "Tetua Shangguan, kenapa kau begitu ketakutan seperti ini? Ren Woxing itu toh bukan manusia berkepala tiga dan bertangan enam, dahulu ketua sudah pernah mempermainkannya dan membuatnya menuruti semua kehendaknya. Hanya karena kemurahan hati jiaozhu ia masih dibiarkan hidup sampai saat ini. Ia lebih baik tak datang ke Heimuya, tapi kalau ia berani datang, ia akan disembelih seperti seekor ayam". Shangguan Yun berkata, "Benar, benar. Tapi entah bagaimana Tong Baixiong berkomplot dengannya?" Yang Lianting berkata, "Tong Baixiong bertemu dengan Ren Woxing secara sembunyi-sembunyi, mereka berbicara selama beberapa shichen, selain itu juga ada pengkhianat besar Xiang Wentian disana. Hal ini dilihat dengan mata kepala sendiri oleh seseorang. Masa ia berbicara tentang hal yang baik dengan kedua pengkhianat Ren Woxing dan Xiang Wentian itu? Pasti mereka diam-diam berkomplot untuk memberontak terhadap jiaozhu. Ketika Tong Baixiong kembali ke Heimuya, aku bertanya apakah memang ada pertemuan seperti itu, tak nyana ia langsung mengakuinya!" Shangguan Yun berkata, "Kalau ia mengakuinya, itu berarti bahwa tuduhan yang dijatuhkan kepadanya memang terbukti".
Yang Lianting berkata, "Aku bertanya padanya, kenapa setelah ia bertemu dengan Ren Woxing, ia tak melapor pada jiaozhu? Ia berkata, 'Ren Laodi menghargai si marga Tong ini, ia berbicara padaku dengan sangat hormat. Ia menganggapku sebagai seorang teman, aku juga menganggapnya sebagai teman, kalau teman-teman saling berbincang, apa anehnya?' Aku bertanya padanya, 'Ren Woxing kembali berkecimpung di dunia persilatan untuk membuat susah jiaozhu, kau sudah tahu mengenai hal ini. Karena ia telah bersikap kurang ajar pada jiaozhu, bagaimana kau bisa masih menganggapnya sebagai seorang teman? Jawabannya makin tak masuk akal, neneknya, si tua bangka itu malah berkata, 'Jangan-jangan jiaozhulah yang telah bersikap kurang ajar padanya, belum tentu ia yang bersikap kurang ajar pada jiaozhu!' ".
Shangguan Yun berkata, "Tua bangka itu bicara sembarangan! Budi jiaozhu setinggi langit dan ia selalu jujur serta murah hati terhadap teman-temannya, ia mana bisa bersikap kurang ajar pada seorang teman? Tentunya ia sendiri yang tak tahu berterima kasih pada jiaozhu". Di telinga Yang Lianting, perkataan 'jiaozhu' ini tentunya mengacu pada Dongfang Bubai, namun Linghu Chong dan yang lainnya tahu bahwa Shangguan Yun sedang berusaha mengambil hati Ren Woxing. Terdengar ia kembali berkata, "Hamba telah memutuskan untuk setia kepada jiaozhu, kalau ada tikus-tikus yang berani kurang akar terhadap jiaozhu, aku Shangguan Yun pasti tak akan melepaskan mereka".
Perkataan ini sebenarnya memaki Yang Lianting, akan tetapi ia tentu saja tak tahu, sembari tersenyum ia berkata, "Bagus sekali. Kalau semua saudara-saudara pengikut agama kita seperti kau Tetua Shangguan ini, setia dan berbakti pada jiaozhu, kita tak perlu mengkhawatirkan apapun juga. Kau sudah bekerja keras, turun dan beristirahatlah dulu".
Shangguan Yun tertegun, lalu berkata, "Hamba ingin sekali menghadap jiaozhu. Setiap kali hamba melihat muka emas jiaozhu, semangat hamba makin berkobar, hamba bekerja makin keras, seakan tenaga dalam hamba bertambah karena telah berlatih sepuluh tahun lagi".
Yang Lianting tersenyum hambar, lalu berkata, "Jiaozhu sangat sibuk, kurasa beliau tak punya waktu untuk menemuimu".
Shangguan Yun meraba-raba saku dadanya, saat ia kembali mengeluarkan tangannya, di telapaknya nampak belasan butir mutiara besar, ia melangkah ke depan, lalu berbisik, "Yang Zongguan, dalam perjalanan dinas kali ini, hamba berhasil mendapatkan delapan belas butir mutiara ini, semuanya akan kupersembahkan kepada zongguan, dengan harapan agar zongguan mengizinkanku menghadap pada jiaozhu. Kalau jiaozhu senang, mungkin ia akan menaikkan pangkatku dan memberiku hadiah besar".
Yang Lianting meringis, lalu berkata, "Kita semua saudara sendiri, untuk apa sungkan-sungkan? Terima kasih banyak". Ia merendahkan suaranya, "Di depan jiaozhu, aku akan berusaha berkata yang baik-baik tentang dirimu dan membujuknya supaya mengangkatmu menjadi Tetua Aula Naga Hijau".
Shangguan Yun berkali-kali menyoja seraya berkata, "Kalau hal itu terjadi, Shangguan Yun seumur hidup tak akan berani melupakan budi baik jiaozhu dan zongguan". Yang Lianting berkata, "Kau tunggu dulu disini, kalau jiaozhu mempunyai waktu luang, aku akan memanggilmu masuk". Shangguan Yun berkata, "Baik, baik!" Ia menjejalkan mutiara-mutiara itu ke tangan Yang Lianting, lalu mundur sambil membungkuk. Yang Lianting bangkit dan dengan jumawa masuk ke dalam.
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Kaisar pertama Dinasti Qin (259-210 SM) yang mempersatukan China.
[2} Sebutan hormat untuk kakak atau orang yang lebih tua.
[3] 'Kepala Rumah Tangga'.