Pendekar Hina Kelana Bab 22 - Melarikan Diri
<< Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>
Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana
oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Smiling Proud Wanderer Jilid 2
Bab XXII Melarikan Diri
Bagian Pertama
Linghu Chong berdiri sambil diam seribu bahasa untuk waktu yang lama, tak lama kemudian sang rembulan terlihat telah sampai ke tengah angkasa, di tengah pekatnya malam, dalam hatinya muncul berbagai macam rasa curiga, ia berpikir kembali tentang segala yang terjadi di Mei Zhuang. Kalau sesepuh bermarga Ren itu bukan seseorang yang amat jahat, ia akan menolongnya untuk meloloskan diri.
Setelah mengambil keputusan, ia segera berjalan ke Mei Zhuang. Setelah mendaki sebuah gunung yang sepi, ia menuruni lerengnya dan mendekati Mei Zhuang dengan menembus sebuah hutan. Di wisma itu sama sekali tak terdengar suara apapun, dengan enteng ia melompati tembok yang mengelilinginya, belasan ruangan yang berada di dalamnya nampak gelap gulita, hanya di sebuah ruangan di sebelah kanan nampak cahaya lentera bersinar dari jendela. Dengan pelan ia melangkah menuju ke bawah jendela itu dan mendengar suara seorang tua berkata dengan lantang, "Huang Zhonggong, apa kau tahu kesalahanmu?" Suara itu amat tegas.
Linghu Chong merasa amat heran, Huang Zhonggong adalah seseorang yang tinggi kedudukannya, namun ternyata ada orang yang berbicara kepadanya dengan nada seperti itu. Ia membungkuk dan mengintip ke dalam ruangan melalui sela-sela jendela. Ia melihat empat orang yang masing-masing duduk di sebuah kursi, tiga orang diantaranya adalah orang-orang tua berusia lima atau enam puluhan tahun, sedangkan yang seorang lagi adalah seorang nyonya berusia separuh baya. Keempat orang itu semuanya berpakaian hitam-hitam, di pinggang mereka terlilit ikat pinggang kuning. Begitu Linghu Chong melihat cara berpakaian mereka, ia langsung tahu bahwa mereka adalah tokoh-tokoh Sekte Iblis. Ia juga melihat Huang Zhonggong, Tubiweng dan Dan Qingsheng bertiga berdiri di hadapan keempat orang itu, punggung mereka menghadap jendela, sehingga Linghu Chong tak dapat melihat ekspresi wajah mereka, namun dari siapa yang berdiri dan yang duduk, ia tahu siapa yang kedudukannnya tinggi atau rendah.
Terdengar Huang Zhonggong berkata, "Hamba[1] tahu apa kesalahan hamba. Keempat tetua telah sudi datang kemari, namun hamba tak menyambut tuan-tuan sekalian dari jauh, hamba amat bersalah, amat bersalah".
Seorang tua berperawakan tinggi kurus yang duduk di tengah berkata dengan sinis, "Hah, tak menyambut dari jauh itu kesalahan macam apa? Kau mau berpura-pura bagaimana lagi? Mana Heibaizi? Kenapa ia tak keluar menemuiku?"
Diam-diam Linghu Chong merasa geli, "Heibaizi kukurung di sel bawah tanah, tapi Huang Zhonggong dan yang lainnya mengira ia sudah kabur". Ia berpikir lagi, "Kenapa bisa ada tetua dan ada hamba? Aku tahu, mereka semua adalah orang Sekte Iblis". Terdengar Huang Zhonggong berkata, "Para tetua berempat, hamba tidak menegakkan disiplin dengan ketat, watak Heibaizi ini aneh, dan belakangan ini tingkah lakunya tak seperti dahulu lagi, beberapa hari ini ia tidak berada di wisma ini".
Sepasang mata orang tua itu menatapnya dengan tajam, tiba-tiba matanya bersinar-sinar, lalu ia berkata dengan dingin, "Huang Zhonggong, ketua[2] memerintahkan kalian untuk menjaga Mei Zhuang, supaya kalian bisa menabuh kecapi, minum arak, melukis dan bermain-main, benar tidak?" Huang Zhonggong membungkuk seraya berkata, "Hamba berempat telah menerima titah ketua untuk mengawasi seorang penjahat besar disini". Orang tua itu berkata, "Tepat sekali. Bagaimana keadaan penjahat besar yang kalian awasi itu?" Huang Zhonggong berkata, "Lapor pada tetua, penjahat besar itu dikurung di sel bawah tanah. Dua belas tahun belakangan ini, kami selalu berada di dekat Mei Zhuang, kami tak berani melalaikan tugas kami". Orang tua itu berkata, "Bagus sekali, bagus sekali. Kalian selalu berada di dekat Mei Zhuang, dan tak berani melalaikan tugas kalian. Kalau begitu, penjahat besar itu masih terkurung di sel bawah tanah itu?" Huang Zhonggong berkata, "Benar".
Orang tua itu mengangkat kepalanya, matanya memandang ke langit-langit, lalu tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak, debu yang menumpuk di langit-langit kontan luruh berterbangan. Setelah beberapa saat, ia berkata, "Bagus sekali! Bawalah penjahat besar itu kemari supaya kami dapat melihatnya". Huang Zhonggong berkata, "Mohon maaf yang sebesar-besarnya pada keempat tetua sekalian, tempo hari ketua pernah menitahkan dengan keras bahwa kecuali bila beliau datang berkunjung sendiri, siapapun tak boleh mengunjungi penjahat besar itu, yang melanggar......."
Orang tua itu mengangkat tangannya dan mengambil sebuah benda dari balik saku dadanya, mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu bangkit. Ketiga orang lainnya yang sedang duduk juga ikut bangkit, sikap mereka penuh hormat. Linghu Chong berusaha untuk melihatnya dengan jelas, ia melihat bahwa benda itu panjangya sekitar satu chi, yaitu sebuah potongan kayu kering yang berwarna hitam, di atasnya terukir hiasan dan tulisan, nampaknya sangat aneh. Huang Zhonggong bertiga membungkuk seraya berkata, "Papan Komando Kayu Hitam ketua telah tiba, seperti kalau ketua datang berkunjung secara pribadi, hamba menerima perintah dengan hormat". Orang tua itu berkata, "Baiklah. Sekarang bawalah penjahat besar itu naik kemari".
Huang Zhonggong bimbang sejenak, lalu berkata, "Kaki dan tangan penjahat besar itu dirantai dengan belenggu baja pilihan, tidak bisa......tidak bisa dibawa kesini".
Orang tua itu tertawa dingin, "Sampai sekarang kau masih berlagak pilon saja untuk menipu kami. Sekarang aku tanya padamu, bagaimana penjahat besar itu bisa kabur?"
Huang Zhonggong berkata dengan terkejut, "Penjahat besar itu......penjahat besar itu kabur? Tak......tak mungkin. Dia baik-baik saja dalam sel bawah tanah, belum lama ini hamba melihatnya dengan mata kepala sendiri, mana......mana bisa kabur?" Air muka orang tua itu menjadi teduh, dengan ramah ia berkata, "Oh, ternyata dia masih ada di sel bawah tanah, tentunya kami telah keliru menyalahkan kalian, mohon maaf". Dengan wajah ramah ia bangkit dan perlahan-lahan berjalan mendekat, seakan hendak minta maaf pada mereka bertiga. Mendadak tangannya menjulur, lalu menepuk bahu Huang Zhonggong. Tubiweng dan Dan Qingsheng serentak mundur dua langkah. Namun walaupun gerakan mereka amat sebat, gerakan tangan orang tua itu lebih cepat lagi. "Plak, plak!", bahu kanan Tubiweng dan Dan Qingsheng telah terkena pukulannya. Ketiga serangan orang tua itu sebenarnya adalah suatu serangan membokong, namu. tawa di wajahnya nampak begitu ramah, sehingga jago kawakan dunia persilatan seperti Huang Zhonggongpun tak sempat berjaga-jaga. Ilmu silat Tubiweng dan Dan Qingsheng lebih rendah dibandingkan dengannya, saat mereka menyadari bahwa ada serangan, mereka sudah tak berdaya untuk mengelak.
Dan Qingsheng berseru dengan lantang, "Tetua Bao, apa kesalahan kami? Kenapa kau bersikap begitu kejam terhadap kami?" Dalam seruannya itu selain terdapat rasa sakit juga terkandung rasa marah.
Bibir Tetua Bao mencibir, dengan perlahan-lahan ia berkata, "Ketua memerintahkan kalian untuk mengawasi penjahat besar itu disini, kalau kalian membiarkan penjahat besar itu melarikan diri, kalian pantas mati tidak?" Huang Zhonggong berkata, "Kalau penjahat besar itu sampai melarikan diri, matipun tak cukup untuk menebus dosa-dosa hamba, tapi dia masih baik-baik saja berada di sel bawah tanah. Hukuman yang dijatuhkan Tetua Bao terlalu berlebihan, dalam hati kami tak dapat menerimanya". Saat berbicara tubuhnya agak miring, dari balik jendela Linghu Chong melihat bahwa butiran-butiran keringat sebesar biji kedelai tak henti-hentinya mengucur di dahinya, ia berpikir bahwa tepukan yang baru dilancarkan oleh Tetua Bao itu sungguh lihai, sehingga bahkan seorang jago yang ilmu silatnya tinggi seperti Huang Zhonggongpun tak mampu menahannya. Lalu ia berpikir kembali, ilmu silat Huang Zhonggong seharusnya tak lebih rendah dari orang ini, andaikan Tetua Bao tak menyerang dengan sembunyi-sembunyi, belum tentu ia dapat mengalahkannya.
Tetua Bao berkata, "Kalian pergilah melihat-lihat ke sel bawah tanah, kalau penjahat besar itu benar masih berada di sel, aku......hah......aku Tetua Bao akan bersujud minta maaf pada kalian bertiga, dan sekaligus memunahkan Pukulan Pasir Biru itu". Huang Zhonggong berkata, "Baiklah. Mohon kalian berempat menunggu disini sebentar". Ia segera melangkah keluar bersama Tubiweng dan Dan Qingsheng. Linghu Chong melihat bahwa ketika ketiga orang itu melangkah keluar ruangan, tubuh mereka semua agak gemetar, namun ia tak tahu apakah hal itu disebabkan karena hati mereka bergejolak, atau karena terkena Pukulan Pasir Biru tadi.
Ia khawatir dipergoki oleh keempat orang di ruangan itu, maka ia tak berani mengintip dari jendela, perlahan-lahan ia duduk di tanah sambil berpikir, "Mereka berbicara tentang ketua segala, tentunya dia adalah Dongfang Bubai yang katanya ilmu silatnya nomor satu di dunia. Dia memerintahkan Empat Sahabat Jiangnan untuk mengawasi seorang penjahat besar disini, mereka sudah mengawasinya selama dua belas tahun, sehingga tentunya mereka tak berbicara tentang aku, tapi tentang sesepuh bermarga Ren itu. Apa dia benar-benar sudah kabur? Kalau ia berhasil kabur, dan bahkan Huang Zhonggong serta yang lainnyapun tak tahu, dia benar-benar sakti. Benar, tentunya mereka tak tahu, kalau tidak Heibaizi tak akan salah mengenaliku sebagai Tuan Ren". Ia berpikir bahwa begitu Huang Zhonggong dan yang lainnya masuk ke sel bawah tanah, mereka tentunya akan segera mengenali Heibaizi. Akibat dari perubahan itu sangat banyak, aneh dan juga lucu, ia kembali berpikir, "Tapi untuk apa mereka mengurungku di sel itu? Kemungkinan besar karena setelah aku dan sesepuh marga Ren itu bertanding pedang, mereka khawatir aku akan membocorkan rahasia mereka, lalu mengurungku. Hah, walaupun mereka tak membunuh saksi mata, tapi tidak jauh berbeda. Sekarang mereka telah terkena Pukulan Pasir Biru, rasanya pasti tak enak, anggap saja aku telah melampiaskan amarahku pada mereka".
Keempat orang yang duduk di ruangan itu diam seribu bahasa. Linghu Chong tak berani bernapas keras-keras, walaupun sebuah tembok memisahkannya dari keempat orang itu, namun jaraknya hanya sekitar satu zhang, begitu ia bernapas dengan agak keras, mereka akan langsung memergokinya.
"Ah!", di tengah keadaan yang sunyi senyap mendadak terdengar sebuah teriakan yang menyayat hati, nada suaranya penuh penderitaan dan ketakutan, di tengah malam seperti ini, mau tak mau bulu roma orang yang mendengarnya berdiri tegak. Linghu Chong mengenali suara teriakan Heibaizi, mau tak mau ia merasa iba. Walaupun ia telah menuai buah tipu muslihatnya sendiri, dan dapat dikatakan telah menerima pembalasan yang setimpal, namun setelah jatuh ke tangan Bao Dachu dan kawan-kawannya, keadaannya bertambah runyam. Menyusul terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat, Huang Zhonggong dan yang lainnya masuk ke dalam ruangan. Linghu Chong mengambil kesempatan untuk mengintip dari sela-sela jendela dan melihat Tubiweng dan Dan Qingsheng masing-masing memapahnya di sebelah kiri dan kanannya. Wajah Heibaizi pucat pasi, pandangan matanya kosong, jauh berbeda dengan pembawaannya sebelumnya yang cerdik dan pandai.
Huang Zhonggong menyoja seraya berkata, "Lapor.....lapor kepada keempat tetua, penjahat besar itu ternyata.....ternyata sudah melarikan diri. Di hadapan empat tetua sekalian hamba siap mati". Ia sepertinya sudah tahu bahwa ia tak bisa mengelak dari nasibnya, suaranya tenang, malahan tak galau seperti sebelumnya.
Dengan jumawa Bao Dachu berkata, "Katamu Heibaizi tak ada di wisma ini, tapi kenapa sekarang dia muncul? Sebenarnya apa yang terjadi?"
Huang Zhonggong berkata, "Ada berbagai macam alasan. Hamba benar-benar bingung. Ai, karena mengejar hal yang sepele, hal yang penting malah dilalaikan, semua ini akibat hamba berempat suka bersenang-senang bermain kecapi, catur, melukis dan membuat tulisan indah, sehingga orang tahu kelemahan kami dan dengan tipu muslihat mengeluarkan.......mengeluarkan orang itu".
Bao Dachu berkata, "Kami berempat telah menerima titah ketua untuk menyelidiki bagaimana sebenarnya penjahat besar itu dapat melarikan diri. Kalau kalian telah melaporkan kejadian yang sebenarnya, dan sama sekali tak menyembunyikan sesuatu apapun, maka......maka mungkin kami dapat mengajak kalian untuk mohon pengampunan dari ketua, dan memohon belas kasihan beliau". Huang Zhonggong menghela napas panjang, lalu berkata, "Kalaupun ketua berbelas kasihan, dan para tetua sekalian merasa iba pada kami, kami mana punya muka untuk tetap hidup di dunia ini? Hanya saja kejadiannya amat rumit, kalau hamba tak mengerti apa yang terjadi sebenarnya, matipun kami tak akan dapat menutup mata dengan tenang. Tetua Bao, ketua......apakah beliau berada di Hangzhou?" Tetua Bao mengangkat alisnya yang panjang, lalu berkata, "Kata siapa beliau berada di Hangzhou?" Huang Zhonggong berkata, "Kalau begitu, bagaimana beliau bisa tahu bahwa penjahat besar itu melarikan diri malam ini? Dan langsung memerintahkan para tetua berempat datang ke Mei Zhuang ini?"
Bao Dachu mendengus, lalu berkata, "Kau ini makin lama makin ngawur saja, siapa bilang penjahat besar itu melarikan diri malam ini?"
Huang Zhonggong berkata, "Orang itu benar-benar baru melarikan diri menjelang senja ini, saat itu kami mengira bahwa dia adalah Heibaizi, kami tak mengira bahwa ia menyaru sebagai Heibaizi, mengurungnya di sel bawah tanah dan memakai bajunya. Kejadian ini disaksikan dengan jelas oleh adik kedua dan ketigaku, dan juga ada Ding Jian yang kena ditubruknya sehingga belasan tulang rusuknya patah......" Bao Dachu berpaling dan melihat ke arah ketiga tetua lainnya, sambil mengerutkan keningnya ia berkata, "Orang ini bicara sembarangan, entah apa yang dikatakannya". Seorang tua bertubuh pendek gemuk berkata, "Bulan lalu tanggal empat belas kita menerima pesan". Ia menghitung-hitung dengan jarinya, lalu berkata, "Sampai hari ini sudah tujuh belas hari berlalu".
Mendadak Huang Zhonggong mundur dua langkah, "Bruk!", punggungnya menubruk tembok dengan keras. Ia berkata, "Tak......tak mungkin! Kemarin kami benar-benar melihat dengan mata kepala sendiri orang itu melarikan diri".
Ia melangkah ke pintu dan berseru, "Shi Lingwei, bawa Ding Jian kemari". Dari kejauhan Shi Lingwei menjawab, "Baik!"
Bao Dachu melangkah ke depan Heibaizi, menjambak kerahnya dan menariknya hingga berdiri. Terlihat tangan dan kakinya terkulai lemas, seakan seluruh tulang belulangnya telah patah sehingga ia hanya dibalut kulitnya saja. Air muka Bao Dachu berubah, nampaknya ia amat ketakutan, ia melepaskan cengkeramannya, Heibaizipun terjatuh ke tanah dan tak kuasa bangkit lagi. Seorang tua lain yang sosoknya tinggi besar berkata, "Benar, ini adalah akibat......akibat Ilmu Penghisap Bintang orang itu, yang menghisap habis seluruh tenaganya". Suaranya gemetar, ia amat jeri.
Bao Dachu berkata kepada Heibaizi, "Kapan kau dikerjai olehnya?" Heibaizi berkata, "Aku......aku......memang benar belum lama malam ini, orang itu......orang itu menarik pergelangan kananku, aku......aku......lantas sama sekali tak dapat bergerak dan terpaksa menuruti kemauannya". Bao Dachu merasa amat bingung, otot-otot di wajahnya agak gemetar, pandangan matanya nampak nanar, ia bertanya, "Lalu bagaimana?" Heibaizi berkata, "Ia menarikku masuk ke dalam sel melalui lubang di pintu besi, melepaskan pakaianku dan memakainya, dan......dan memakaikan belenggu dan borgol di kaki dan tanganku, lalu ia......ia meloloskan diri lewat lubang persegi itu".
Bao Dachu mengkerenyitkan dahinya sembari berkata, "Malam ini? Mana bisa malam ini?" Orang tua bertubuh pendek gemuk itu berkata, "Belenggu dan borgol itu terbuat dari baja pilihan, bagaimana bisa dibuka?" Heibaizi berkata, "Aku.......aku benar-benar tak tahu". Tubiweng berkata, "Hamba telah memeriksa bekas potongan di belenggu dan borgol itu, ternyata dipotong dengan gergaji kawat baja, gergaji kawat baja itu entah dari mana datangnya?"
Ketika ia sedang berbicara, Shi Lingwei membawa dua orang pembantu yang mengangkat Ding Jian masuk ke dalam ruangan, ia berbaring di atas sebuah bangku empuk, tubuhnya diselimuti sehelai selimut tipis. Bao Dachu menyingkapkan selimutnya dan dengan pelan menekan dadanya. Ding Jian menjerit keras-keras, jelas bahwa ia amat kesakitan. Bao Dachu mengangguk-angguk dan melambai-lambaikan tangannya. Shi Lingwei dan dua orang pembantu itu mengangkat Ding Jian keluar.
Bao Dachu berkata, "Tubrukan itu amat keras, jelas bahwa orang itu yang melakukannya".
Nyonya setengah baya yang duduk di sebelah kiri sejak tadi belum berbicara apa-apa, namun sekarang ia mendadak berkata, "Tetua Bao, kalau orang itu benar-benar baru melarikan diri malam ini, jangan-jangan pesan yang kita terima bulan lalu itu palsu. Pengikut orang itu di luaran sengaja menyebarkan kabar palsu untuk membuat kita bingung". Bao Dachu menggeleng seraya berkata, "Tak mungkin palsu". Nyonya itu berkata, "Tak mungkin palsu?" Bao Dachu berkata, "Sekujur tubuh Xue Xiangzhu diselimuti jubah logam, ia memakai jubah itu untuk berlatih kungfu, pedang dan golok biasa tak dapat menembusnya, namun dadanya ditembus lima jari seseorang dan jantungnya dicabut. Musuhnya kalau bukan orang itu, di dunia ini tak ada orang kedua yang dapat melakukannya......"
Ketika Linghu Chong sedang mendengarkan dengan penuh perhatian, sekonyong-konyong bahunya ditepuk pelan seseorang. Tepukan ini sama sekali tak ada tanda-tandanya sebelumnya, karena terkejut, ia melompat mundur tiga langkah dan menghunus pedangnya. Ia berpaling dan melihat dua orang sedang berdiri di tempatnya semula.
Wajah kedua orang itu membelakangi sinar rembulan, sehingga roman muka mereka tak dapat dilihat. Salah seorang dari mereka melambaikan tangan memanggilnya, "Adik, ayo masuk". Itu adalah suara Xiang Wentian. Linghu Chong amat girang, dengan suara lirih ia berkata, "Kakak Xiang!"
* * *
Namun orang-orang di dalam ruangan itu telah mendengar Linghu Chong melompat dan menghunus pedangnya, serta jawabannya kepada Xiang Wentian. Bao Dachu bertanya dengan suara keras, "Siapa itu?"
Terdengar seseorang tertawa terbahak-bahak dengan keras, suara itu berasal dari orang di samping Xiang Wentian itu. Suara tawa itu menguncang genting rumah, telinga Linghu Chong berdenging, qi dan darah di perut dan dadanya bergejolak, sakitnya sukar dilukiskan. Orang itu melangkah ke depan, ketika sampai di depan tembok, kedua tangannya mendorong, "Bruk!", di dinding itu langsung muncul sebuah lubang besar, lalu orang itu masuk melalui lubang itu. Xiang Wentian menarik tangan kanan Linghu Chong, dengan berendeng pundak mereka masuk ke dalam ruangan.
Bao Dachu berempat sudah berdiri, tangan mereka masing-masing mengenggam senjata, wajah mereka nampak tegang. Linghu Chong sangat ingin melihat siapa orang ini sebenarnya, namun orang itu sedang memunggunginya. Ia melihat bahwa ia sangat jangkung, rambutnya hitam, dan ia mengenakan jubah hitam.
Bao Dachu berkata dengan suara gemetar, "Ternyata......ternyata Sesepuh Ren telah tiba". Orang itu mendengus dan melangkah ke depan dengan jumawa. Bao Dachu, Huang Zhongong dan yang lainnya secara spontan mundur dua langkah. Orang itu berbalik, berjalan ke kursi yang berada di tengah ruangan dan mendudukinya. Kursi itu adalah kursi yang barusan ini diduduki oleh Bao Dachu. Sekarang Linghu Chong baru dapat melihatnya dengan jelas, wajahnya panjang, kulit mukanya seputih salju, sama sekali tak ada rona merahnya, roman mukanya tampan, namun wajahnya yang pucat pasi benar-benar menakutkan, seperti sesosok mayat yang baru saja bangkit dari kubur.
Ia melambai-lambaikan tangannya ke arah Xiang Wentian dan Linghu Chong seraya berkata, "Saudara Xiang, Saudara Linghu Chong, silahkan duduk". Ketika mendengar suaranya, Linghu Chong kaget bercampur girang, katanya, "Anda......anda adalah Sesepuh Ren?" Orang itu tersenyum, lalu berkata, "Tepat sekali. Ilmu pedangmu sungguh cemerlang". Linghu Chong berkata, "Ternyata kau sudah meloloskan diri. Aku datang ingin menolong......" Orang itu tersenyum, "Kau ingin menolongku meloloskan diri, benar tidak? Hahaha, hahaha! Saudara Xiang, saudaramu ini pantas disebut kawan sejati".
Xiang Wentian menarik tangan Linghu Chong dan menyuruhnya duduk di sisi kanan orang itu, sedangkan ia sendiri duduk di sisi kirinya, lalu berkata, "Saudara Linghu bersikap tulus pada orang, seorang lelaki pemberani berjiwa ksatria yang sulit ditemui di dunia ini". Orang itu tersenyum dan berkata, "Saudara Linghu, aku menyesal telah membuatmu meringkuk di dalam sel gelap di dasar Danau Barat selama dua bulan, maafkan aku, hahaha, hahaha!"
Saat itu dalam hati Linghu Chong sudah mulai mengerti duduk perkara yang sebenarnya, namun ia masih belum memahami semua yang terjadi.
Orang bermarga Ren itu menatap Linghu Chong dengan ramah, lalu berkata, "Walaupun kau demi aku telah dipenjara selama dua bulan, namun kau telah menguasai Ilmu Penghisap Bintang yang kuukir di atas lempengan besi, hehehe, hehehe, itu sudah cukup untuk menganti kerugianmu, bahkan masih berlebih". Linghu Chong berkata dengan heran, "Rumus rahasia di lempengan besi itu diukir oleh tuan?" Orang itu tertawa kecil, "Kalau bukan aku yang mengukirnya, di dunia ini mana ada orang lain yang mahir Ilmu Penghisap Bintang?"
Xiang Wentian berkata, "Saudara Linghu, ilmu sakti penghisap bintang Ketua Ren di dunia ini hanya kau seoranglah ahli warisnya, aku turut girang dan aku ucapkan selamat padamu". Linghu Chong berkata dengan heran, "Ketua Ren?" Xiang Wentian berkata, "Sepertinya sampai sekarang kau masih tak tahu siapa Ketua Ren sebenarnya, ia adalah ketua Agama Mentari Rembulan[3], Ketua Ren, nama beliau ialah 'Woxing', apa kau sudah pernah mendengarnya sebelumnya?"
Linghu Chong tahu bahwa 'Agama Mentari Rembulan' adalah 'Sekte Iblis', hanya pengikut sekte mereka yang menyebutnya Agama Mentari Rembulan, orang luar menyebutnya 'Sekte Iblis'. Namun ketua Sekte Iblis selama ini adalah Dongfang Bubai, dari mana seorang Ren Woxing ini berasal? Dengan terbata-bata ia berkata, "Nama......nama Ketua Ren telah kuraba di lempengan besi itu, namun aku tak tahu bahwa beliau adalah ketua".
Orang tua bertubuh tinggi besar itu mendadak berseru, "Dia itu ketua apa? Semua orang tahu kalau ketua Agama Mentari Rembulan kita adalah Ketua Dongfang. Si marga Ren ini telah memberontak terhadap agama kita, ia sudah dikeluarkan dari agama kita. Xiang Wentian, kau ikut murtad dan berdosa besar".
Ren Woxing perlahan-lahan berpaling, lalu menatapnya tanpa berkedip sembari berkata, "Kau bernama Qin Weibang, benar tidak?" Orang tua bertubuh tinggi besar itu berkata, "Benar". Ren Woxing berkata, "Ketika aku memegang tampuk kekuasaan di agama kita, kau adalah Pemimpin Panji Hijau di Jiangsi, benar tidak?" Qin Weibang berkata, "Tepat sekali". Ren Woxing menghela napas, lalu berkata, "Saat ini kau adalah salah satu dari kesepuluh tetua, kenaikan pangkatmu amat cepat. Kenapa Dongfang Bubai menganggapmu begitu penting? Apa karena ilmu silatmu tinggi, atau karena kau cekatan?" Qin Weibang berkata, "Aku setia sampai mati kepada agama kita, setiap kali ada masalah muncul, aku maju ke depan, selama sepuluh tahun lebih, aku telah menumpuk jasa sehingga diangkat sebagai tetua". Ren Woxing mengangguk, "Begitu rupanya".
Mendadak tubuh Ren Woxing bergoyang-goyang, ia menyelinap ke depan Bao Dachu, lalu tangan kirinya bergerak dengan sebat ke arah tenggorokan Bao Dachu. Bao Dachu amat terkejut, ia tak sempat mengayunkan golok pendek di tangan kanannya untuk membacok lengan musuh, maka ia terpaksa cepat-cepat mengangkat siku tangan kirinya untuk melindungi tenggorokannya, pada saat yang sama, kaki kirinya mundur selangkah dan ia mengambil kesempatan untuk membacok dengan golok pendek di tangan kanannya. Gerakan bertahan dan menyerang ini dalam sekejap mata telah dilancarkannya, pertahanannya amat ketat, sedangkan serangannya amat sebat dan ganas, sebuah kepandaian yang cemerlang. Namun tangan kanan Ren Woxing lebih cepat selangkah, sebelum golok pendek Bao Dachu sempat membacok, ia sudah mencengkeram dadanya. "Sret!", ia merobek jubahnya, lalu tangan kirinya mengambil sebuah benda dari saku dadanya yang ternyata adalah Papan Komando Kayu Hitam itu. Tangan kanannya menyapu dan mencengkeram pergelangan kanan Bao Dachu dan membalikkan goloknya, "Trang, trang, trang!, Xiang Wentian mengayunkan pedangnya untuk mencegah mereka menolong Bao Dachu. Begitu ketiga jurus itu selesai dilancarkan, Bao Dachu telah berada dalam cengkeraman Ren Woxing.
Ren Woxing tersenyum kecil dan berkata, "Ilmu Penghisap Bintangku belum sempat dikerahkan, kalian ingin coba-coba merasakannya?"
Dalam sekejap, Bao Dachu sudah tahu bahwa kalau ia tak menyerah, ia akan menghantarkan nyawanya, selain kedua pilihan itu tidak ada jalan lain. Dengan amat cepat ia mengambil keputusan dan berkata, "Ketua Ren, sejak hari ini sampai selamanya, aku bersumpah setia padamu". Ren Woxing berkata, "Tempo hari kau pernah bersumpah setia padaku, tapi kenapa kau lalu mengingkarinya?" Bao Dachu berkata, "Ketua Ren, mohon beri kesempatan bagi hamba untuk menebus dosa dengan membaktikan diriku padamu". Ren Woxing berkata, "Baiklah. Minumlah pil ini". Ia melepaskan pergelangan tangannya, mengambil sebuah buli-buli porselen dari saku dadanya, mengeluarkan sebutir pil berwarna merah darah dari dalamnya, lalu melemparkannya ke arah Bao Dachu. Bao Dachu menangkapnya dan tanpa melihatnya, langsung menelannya.
Dengan terkejut Qin Weibang berkata, "Ini.....inikah 'Pil Otak Ajaib Tiga Mayat'[4]?"
Ren Woxing mengangguk-angguk, lalu berkata, "Benar, inilah 'Pil Otak Ajaib Tiga Mayat' ". Dari buli-buli porselen lagi-lagi ia mengeluarkan enam butir 'Pil Otak Sakti Tiga Mayat', lalu melemparkannya ke atas meja, keenam pil yang berwarna merah darah itu tak henti-hentinya bergelindingan di atas meja selagi ia berkata, "Apa kalian tahu kelihaian 'Pil Otak Ajaib Tiga Mayat' ini?"
Bao Dachu berkata, "Setelah minum pil otak ajaib ketua, orang itu akan bertekad kuat untuk selamanya mematuhi perintah ketua, kalau tidak belatung yang terkandung dalam pil akan bergerak dan masuk ke dalam otak, lalu memakan otak orang itu, sakitnya tak terlukiskan, selain itu tingkah lakunya juga akan menjadi liar tak terkendali, sehingga dibandingkan dengan anjing gilapun tak pantas". Ren Woxing berkata, "Perkataanmu itu benar. Karena kau sekarang sudah tahu khasiat pil otak ajaibku ini, kenapa kau berani menelannya?" Bao Dachu berkata, "Sejak saat ini hamba akan setia pada ketua untuk selamanya, seberapa lihainya pil otak ajaib ini, hamba tak ambil pusing".
Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Bagus, bagus sekali. Pil otak ajaibku ini siapa lagi disini yang ingin meminumnya?"
Huang Zhonggong, Tubiweng dan Dan Qingsheng saling berpandangan dengan putus asa, air muka mereka semua nampak berubah. Mereka dan orang-orang semacam Qin Weibang dan yang lainnya sudah lama menjadi anggota Sekte Iblis, mereka sudah lama tahu bahwa dalam 'Pil Otak Ajaib Tiga Mayat' itu terkandung belatung, dalam keadaan biasa serangga-serangga itu tak akan keluar, seakan orang itu tak pernah meminumnya, namun apabila pada hari Duanwujie[5] setiap tahunnya tak minum obat untuk menahan belatung bekerja, maka obat akan bekerja dan belatung akan keluar. Begitu masuk ke dalam otak, orang itu akan seperti kesetanan, tak bisa diukur dengan tolok ukur normal lagi, akal budinya menghilang, sehingga ayah ibu atau istri sendiripun dapat dimakan olehnya. Di dunia ini tak ada racun yang dapat menandinginya. Lagipula, setiap pil itu dibuat oleh tukang obat yang berlainan dan khasiatnyapun tak sama, obat penawar Ketua Dongfang tak dapat menghentikan racun obat yang dibuat oleh Ren Woxing.
Ketika semua orang sedang panik dan bimbang, mendadak Heibaizi berseru, "Mohon belas kasihan ketua, hamba akan meminumnya dahulu". Sambil berbicara ia berusaha untuk melangkah ke samping meja, lalu mengangsurkan tangannya untuk mengambil pil.
Lengan baju Ren Woxing dengan enteng mengibas, Heibaizi jatuh terlentang, "Bruk!", kepalanya membentur tembok dengan keras. Ren Woxing tertawa dingin, lalu berkata, "Tenaga dalammu sudah musnah, kau sudah menjadi seorang cacat, kau hanya akan mensia-siakan obat mujarabku saja". Ia berpaling dan berkata, "Qin Weibang, Wang Cheng, Sang Sanniang, kalian tak mau minum obat mujarabku ini, benar tidak?"
Sang Sanniang, nyonya berusia setengah baya itu, menyoja seraya berkata, "Hamba bersumpah bahwa sejak hari ini, hamba akan setia kepada ketua, dan untuk selamanya tak akan berkhianat". Wang Cheng, orang tua pendek gemuk itu berkata, "Hamba juga tunduk kepada ketua". Kedua orang itu melangkah ke samping meja, lalu mereka masing-masing mengambil sebutir pil dan menelannya. Mereka berdua memang dari dahulu merasa amat jeri terhadap Ren Woxing, ketika mereka melihatnya berhasil meloloskan diri dan kembali beraksi, mereka ketakutan setengah mati. Setelah ia unjuk kekuatan, mereka sama sekali tak berani membangkang. Walaupun Ketua Dongfang juga mempunyai obat yang dibuatnya sendiri, dan telah memaksa mereka untuk tunduk setelah minum obatnya sehingga mereka sama sekali tak berani melawan, namun saat ini hidup mereka berada di ujung tanduk, maka mereka hanya mencari selamat saja, dampak buruknya di kemudian hari baru akan mereka hadapi ketika saatnya tiba.
Namun Qin Weibang aslinya adalah pemimpin tingkat menengah yang kemudian dinaikkan pangkatnya, ketika Ren Woxing menjadi ketua, ia mengurus beberapa kabupaten di Jiangxi, sehingga ia belum pernah merasakan kelihaian Ketua Ren ini. Ia berseru, "Aku pergi dulu!" Kedua kakinya menjejak tanah dan ia melompat keluar dari lubang di dinding.
Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, namun tak bangkit dan menghentikannya. Setelah Qin Weibang melompat keluar dari lubang itu, tangan kiri Xiang Wentian mengayun pelan, mendadak dari lengan bajunya muncullah sebuah cambuk lemas hitam yang panjang dan lembut, mata semua orang seakan kabur, lalu "Ah!", terdengar Qin Weibang menjerit. Cambuk panjang itu tertarik balik dari lubang di dinding dan telah membelit kaki kirinya, lalu menariknya kembali masuk. Badan cambuk panjang itu amat kecil, tak sampai sebesar jari kelingking, namun begitu membelit pergelangan kaki kiri Qin Weibang, tak nyana ia tak mampu bangkit, walaupun ia terus meronta-ronta tanpa henti.
Ren Woxing berkata, "Sang Sanniang, ambillah sebutir pil otak ajaib dan kupaslah selubungnya dengan hati-hati". Sang Sanniang menjawab, "Baik!" Ia bangkit dam mengambil sebutir pil dari atas meja, lalu mengupas selubung pelapis pil yang berwarna merah dengan kukunya sehingga bola kelabu yang berada di dalamnya terlihat. Ren Woxing berkata, "Minumkan padanya!" Sang Sanniang berkata, "Baik!" Ia melangkah ke hadapan Qin Weibang dan berkata, "Buka mulutmu!"
Qin Weibang berbalik dan memukul ke arah lengan Sang Sanniang dengan telapaknya. Walaupun ilmu silatnya sedikit berada di bawah Sang Sanniang, namun selisihnya tak terlalu jauh, akan tetapi pergelangan kakinya terbelit cambuk dan titik-titik jalan darahnya tertekan, sehingga tangannya tak bertenaga. Kaki kiri Sang Sanniang menendang pergelangannya, lalu kaki kanannya melayang dan menendang, "Plak!", tendangan itu bersarang di dadanya dengan telak. Kaki kirinya menendang secara beruntun dengan jurus yuanyang, lalu ia menendang bahunya. Dengan tiga tendangan berantai, tiga titik jalan darah tertotok. Tangan kirinya lantas menarik dagunya, sedangkan tangan kanannya menjejalkan pil yang sudah dibuang selubungnya itu ke dalam mulut Qin Weibang. Tak lama kemudian, tangan kanannya menekan tenggorokannya, "Gluk!", Qin Weibangpun menelan pil itu.
Begitu mendengar perkataan Bao Dachu, Linghu Chong tahu bahwa dalam 'Pil Otak Ajaib Tiga Mayat' ada belatung beku yang tidak aktif semata-mata karena efek bahan obat, selubung pil berwarna merah yang dikupas Sang Sanniang nampaknya adalah bahan obat yang dapat menahan belatung menjadi aktif. Ia juga melihat betapa sebat dan rapinya gerakan tangan dan kaki Sang Sanniang, seakan sehari-harinya ia memang sering berlatih khusus memaksa orang minum obat. Ia berpikir, "Gerakan tangan dan kaki nyonya ini begitu sebat!" Ia tak tahu bahwa saat ini Sang Sanniang sedang mempertunjukkan ilmu berkelahi tangan kosong dan mengunci persendiannya kepada Ren Woxing, maka ia berusaha keras mengerahkan kepandaian yang telah dilatihnya seumur hidup. Selain unjuk kepandaian, ia juga menunjukkan kesetiaannya kepada sang ketua.
Ren Woxing tersenyum simpul sembari mengangguk-angguk. Sang Sanniang bangkit, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun, dengan sikap hormat ia lantas berdiri di sampingnya.
Pandangan mata Ren Woxing menyapu Huang Zhonggong bertiga, jelas bahwa ia sedang bertanya apakah mereka mau minum pil itu atau tidak. Tanpa berkata apa-apa, Tubiweng melangkah ke depan, mengambil sebutir pil dan menelannya. Dan Qingsheng mengumam pada dirinya sendiri, entah apa yang dikatakannya, namun akhirnya ia juga mengambil sebutir pil dan meminumnya.
Wajah Huang Zhonggong nampak berduka, dari saku dadanya ia mengambil sebuah kitab tipis, yaitu naskah kecapi Guangling San, lalu melangkah ke depan Linghu Chong dan berkata, "Ilmu silat tuan memang tinggi dan juga punya banyak akal, tuan telah menggunakan taktik cerdas ini untuk menolong Ren Woxing. Hah, aku amat kagum padamu. Naskah kecapi ini telah mencelakai kami empat bersaudara, sekarang aku mengembalikannya dengan penuh rasa terima kasih". Sambil berbicara ia mengangkat tangannya dan melemparkan naskah kecapi itu ke saku dada Linghu Chong.
Linghu Chong tertegun untuk sesaat, ia melihatnya melangkah ke samping tembok, dalam hati mau tak mau ia merasa agak menyesal, pikirnya, "Menolong Ren Woxing, semua ini adalah tipu muslihat Kakak Xiang, aku sebelumnya sama sekali tak tahu apa-apa. Namun kalau Huang Zhonggong dan yang lainnya membenciku, hal itu memang sudah sepantasnya, aku tak bisa membela diriku sendiri".
Huang Zhonggong berbalik, lalu bersandar pada dinding dan berkata, "Pada mulanya kami empat bersaudara masuk ke Agama Mentari Rembulan karena ingin menegakkan keadilan sebagai seorang pendekar di dunia persilatan dan melakukan kebaikan. Namun watak Ketua Ren pemarah dan dengan keras kepala ingin menggunakan kekuasaan untuk kepentingannya sendiri, sehingga kami empat bersaudara lalu mundur. Setelah Ketua Dongfang mengambil alih kekuasaaan, ia terlalu percaya pada para penjilat dan melenyapkan banyak saudara seagama kita. Kami berempat makin kecewa dan mohon agar dapat bertugas disini, pertama, agar dapat jauh-jauh meninggalkan Heimuya, sehingga tak usah berlomba-lomba menjadi penjilat, kedua, agar dapat berdiam di tepi Danau Barat ini, menghibur diri dengan bermain kecapi dan melukis. Dalam dua belas tahun terakhir ini, kami telah cukup menikmati hidup. Hidup manusia di dunia ini, lebih banyak duka daripada bahagianya, memang begitulah adanya....." Setelah berbicara sampai disini, ia mengerang pelan, lalu tubuhnya perlahan-lahan jatuh terkulai.
Tubiweng dan Dan Qingsheng serentak berseru, "Kakak pertama!" Mereka bergegas memapahnya, dan melihat bahwa di jantungnya tertancap sebilah pisau, sepasang matanya terbuka lebar-lebar, namun napasnya sudah putus. Tubiweng dan Dan Qingsheng berseru-seru, "Kakak pertama, kakak pertama!" Tangis mereka meledak.
Wang Cheng berkata, "Orang tua ini tidak mematuhi perintah ketua, ia begitu takut dihukum sehingga ia bunuh diri, dosanya malah makin bertambah. Kalian berdua untuk apa ribut-ribut begini?" Wajah Dan Qingsheng penuh amarah, ia berbalik, hendak menerjang ke arah Wang Cheng dan bertarung mati-matian dengannya. Wang Cheng berkata, "Kenapa? Kau mau memberontak?" Dan Qingsheng teringat bahwa ia telah minum 'Pil Otak Ajaib Tiga Mayat' dan sejak saat itu sama sekali tak bisa menentang perintah Ren Woxing, amarahnya segera menghilang dan ia hanya bisa menunduk sambil menghapus air mata saja.
Qin Weibang yang tadinya tersungkur di samping mereka mendadak meraung, sepasang matanya mendelik, dan ia meneriaki Ren Woxing, "Aku akan bertarung sampai mati denganmu!" Namun titik-titik jalan darahnya telah kena totok, bagaimana ia bisa bangkit? Otot-ototnya terlihat berkelojotan, napasnya terengah-engah, jelas bahwa ia amat kesakitan. Xiang Wentian melangkah ke depannya dan menendangnya keras-keras hingga tewas.
Ren Woxing berkata, "Buang mayat-mayat dan orang cacat ini keluar, ambilkan arak dan lauk, hari ini aku dan Saudara Xiang serta Saudara Linghu akan minum-minum bersama sampai mabuk". Tubiweng dan Dan Qingsheng serentak berkata, "Baik!" Mereka membopong jasad Huang Zhonggong dan Qin Weibang, serta Heibaizi yang terkulai lemas di lantai, dan membawanya keluar.
Tak lama kemudian muncullah para pelayan yang menata meja untuk enam orang. Bao Dachu berkata, "Ambillah tiga pasang mangkuk dan sumpit ini, bagaimana kami berani duduk bersama ketua?" Ia lantas membantu mereka membereskan peralatan makan itu. Ren Woxing berkata, "Kalian sudah bekerja keras, pergilah minum arak diluar". Bao Dachu, Wang Cheng dan Sang Sanniang serentak menyoja seraya berkata, "Terima kasih atas kebaikan ketua!" Perlahan-lahan mereka mengundurkan diri.
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Terjemahan 属下 (shuxia) yang berarti 'bawahan'.
[2] Terjemahan 教主 (jiaozhu) yang berarti 'pemimpin agama' (Hokkian: kauwcu).
[3] Terjemahan 日月神教 (Riyue Shenjiao). (Hokkian: Tiau Yang Sin Kau)
[4] Terjemahan 三尸脑神丹 (sanpi nao shendan) (Hokkian: Sam-si-nau-sin-tan).
[5] Hari raya perahu naga yang jatuh setiap tanggal lima bulan lima (Hokkian: Pek Cun).
Bagian kedua
Ketika melihat Huang Zhonggong membunuh diri, Linghu Chong merasa bahwa orang ini adalah seorang lelaki yang jujur dan berjiwa ksatria, ia teringat tempo hari ketika ia hendak menulis surat rekomendasi bagi dirinya agar dapat menemui Guru Besar Fang Zheng di Biara Shaolin, memohon agar lukanya dapat disembuhkan, orang tua itu memiliki maksud baik terhadapi dirinya, maka mau tak mau ia merasa agak sedih.
Xiang Wentian berkata sembari tersenyum, "Adik, bagaimana kau beruntung dapat mempelajari Ilmu Penghisap Bintang ketua? Ceritakanlah kejadiannya supaya kami dapat mendengarnya". Linghu Chong lalu bercerita tentang bagaimana ia mempelajarinya sendiri, dan bagaimana tanpa sengaja ia menguasai ilmu itu. Xiang Wentian tertawa, lalu berkata, "Selamat, selamat. Keberuntungan semacam ini benar-benar berharga. Sebagai kakak aku amat girang untukmu". Sambil berbicara ia mengangkat cawan araknya dan menenggaknya sampai tandas. Ren Woxing dan Linghu Chong juga menenggak arak mereka.
Ren Woxing tersenyum, "Keadaannya sangat berbahaya. Pada mulanya aku mengukir rumus rahasia latihan itu di lempengan besi karena amat bosan di dalam sel bawah tanah itu, untuk sedikit menghibur diri, namun aku sama sekali tak mempunyai maksud baik apapun. Walaupun rumus rahasia latihannya asli, tapi kalau bukan aku sendiri yang memberi petunjuk dan membantu membuyarkan tenaga dalamnya, orang yang mempelajarinya akan terkena penyimpangan api, diantara seribu orang tak satu orangpun yang dapat menghindarinya. Dalam berlatih ilmu sakti ini, ada dua kesukaran. Kesukaran yang pertama ialah ketika harus membuyarkan seluruh tenaga dalam dalam tubuh sehingga dantian sama sekali kosong. Kalau pembuyaran tenaga tak tuntas, atau disalurkan melalui pembuluh yang salah, orang itu dapat langsung terkena penyimpangan api, paling ringan lumpuh seluruh tubuhnya dan sejak saat itu menjadi seorang cacat, atau paling berat seluruh pembuluhnya akan berbalik, darah akan mengalir keluar dari tujuh lubang di tubuh dan lantas mati. Kungfu ini diciptakan oleh Cheng Yida beberapa ratus tahun yang lalu, namun ahli warisnya amat jarang, orang yang beruntung dapat meguasainya amat sedikit karena langkah membuyarkan tenaga dalam itu amat sukar. Namun Saudara Linghu mempunyai beberapa kelebihan karena seluruh tenaga dalamnya telah musnah. Karena memang sudah tak punya tenaga dalam, kalau hendak membuyarkannya ia sama sekali tak usah bersusah payah. Langkah yang paling sukar dan berbahaya bagi orang lain, ternyata dapat kau lalui dengan tanpa sadar. Setelah membuyarkan tenaga dalam, kau harus menghisap tenaga dalam orang lain, menghimpunnya di dantian, lalu menyalurkannya lewat nadi qi dan kedelapan pembuluh sebelum memakainya. Langkah ini amat sukar, tenaga dalam sendiri sudah buyar, lalu harus menghisap tenaga orang lain, bukankah ini berarti siap kalah sebelum bertanding, menghantar nyawa dengan sia-sia? Namun lagi-lagi Saudara Linghu punya kelebihan, kata Saudara Xiang, dalam tubuhmu sebelumnya telah ada delapan macam hawa murni dari beberapa orang jago. Kalaupun kau hanya mempunyai satu macam saja, kau sudah akan sangat lihai. Saudara Linghu, ternyata kau dapat melampaui kedua kesukaran itu dengan enteng. Kau dapat menguasai ilmu ini benar-benar karena kehendak langit".
Telapak tangan Linghu Chong basah karena keringat dingin, ia berkata, "Untung saja seluruh tenaga dalamku telah musnah, kalau tidak akibatnya tak terbayangkan. Kakak Xiang, bagaimana sebenarnya Ketua Ren meloloskan diri, sampai sekarang adik belum mengerti".
Xiang Wentian tertawa terkekeh-kekeh sambil mengambil sebuah benda dari saku dadanya, lalu menjejalkannya ke tangan Linghu Chong seraya berkata, "Apa ini?" Linghu Chong merasa bahwa benda di gengamannya adalah sebuah bola keras, yaitu benda yang tempo hari diberikan Xiang Wentian kepadanya untuk diteruskan kepada Ren Woxing. Ketika ia membuka tangannya, ia melihat bahwa benda itu adalah sebuah bola baja, di bola itu terpasang sebuah gotri yang amat kecil. Ketika Linghu Chong memutar gotri itu, gotri itu berputar-putar beberapa kali dengan enteng, lalu keluarlah seutas kawat baja yang amat lembut. Ujung kawat baja ini terhubung dengan bola baja itu, sedangkan kawat itu sendiri dipenuhi mata gergaji, benar-benar sebuah gergaji kawat baja yang amat bagus buatannya. Mendadak Linghu Chong sadar, katanya, "Ternyata belenggu di kaki dan tangan ketua digergaji hingga putus dengan benda ini".
Ren Woxing tertawa, "Aku tertawa beberapa kali sambil mengerahkan tenaga dalam dan menguncang kalian berlima hingga pingsan, lalu memotong belengguku. Setelah itu, aku membereskanmu dengan cara yang sama dengan cara yang kemudian kau gunakan untuk membereskan Heibaizi". Linghu Chong tertawa, "Ternyata kau dan aku bertukar pakaian, lalu kau memakaikan belenggu di kaki dan tanganmu, tak heran Huang Zhonggong dan yang lainnya tak menyadarinya". Xiang Wentian berkata, "Sebenarnya tidak mudah untuk menyembunyikan hal ini dari Huang Zhonggong dan Heibaizi, namun ketika mereka sadar, aku dan ketua sudah meninggalkan Mei Zhuang. Ketika Heibaizi dan yang lainnya melihat kitab catur, lukisan dan kaligrafi yang kutinggalkan, mereka semua menjadi tergila-gila, saking senangnya, mereka tak curiga bahwa orang di dalam sel telah ditukar".
Linghu Chong berkata, "Taktik kakak sungguh hebat, orang lain sulit menandinginya". Ia berpikir, "Ternyata kau telah mengatur semuanya dari awal mulanya, kau menipu keempat orang itu supaya kita bisa masuk ke penjara. Ketua sudah lama meloloskan diri, tapi kenapa kau tak segera menolongku?"
Xiang Wentian melihat air mukanya berubah dan dapat menebak apa yang ada di benaknya, maka ia tersenyum dan berkata, "Adik, setelah ketua meloloskan diri, banyak sekali hal yang harus kami lakukan dahulu, kami tak dapat membiarkan musuh tahu, maka kami terpaksa membuatmu susah dengan membiarkanmu tinggal di dasar danau selama beberapa hari, namun hari ini kami datang untuk menolongmu. Untungnya kau dapat mengambil kesempatan dari kesempitan dan telah berhasil menguasai ilmu sakti yang luar biasa, boleh dibilang, kami telah membalas budimu. Hahaha, sebagai kakak aku mohon maaf padamu". Sambil berbicara ia menuangkan arak ke cawan mereka bertiga sampai penuh, lalu ia menenggak arak di cawannya sendiri sampai habis. Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, katanya, "Aku juga akan menemanimu minum secawan". Linghu Chong tersenyum, "Balas budi apa? Justru akulah banyak berterima kasih pada kalian berdua. Sebelumnya aku telah menderita luka parah yang tak dapat disembuhkan, namun setelah mempelajari ilmu sakti ketua, luka dalamku tiba-tiba sembuh, dan selembar nyawaku inipun terselamatkan". Ketiga orang itu tertawa terbahak-bahak keras-keras dengan amat girang.
Xiang Wentian berkata, "Dua belas tahun yang lalu, ketua hilang secara aneh, lalu Dongfang Bubai mengambil alih kekuasaan. Aku tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres, namun hanya bisa bersabar saja dan berlagak pilon di depan Dongfang Bubai. Sampai belum lama ini aku baru mengetahui bahwa ketua dikurung di tempat ini dan datang untuk membantunya meloloskan diri. Tak nyana begitu aku turun dari Heimuya, si Dongfang Bubai itu menyuruh segerombolan orang untuk mengejar dan membunuhku. Selain itu aku juga bertemu dengan gerombolan haram jadah keparat aliran lurus sehingga keadaan menjadi ramai. Adik, pada hari itu ketika kedua aliran hendak membunuh kau dan aku, di jalanan gunung itu kau bercerita tentang sebab-musabab hilangnya tenaga dalammu. Saat itu aku berpikir bahwa untuk membuyarkan berbagai tenaga dalam yang ada dalam tubuhmu, di dunia ini hanya dapat dilakukan dengan 'Ilmu Penghisap Bintang' ketua saja. Setelah ketua meloloskan diri, aku akan memohon beliau untuk mengajarkan ilmu saktinya itu kepadamu supaya nyawamu dapat diselamatkan. Ternyata tanpa perlu membuka mulut, ketua sudah mengajarkannya sendiri padamu". Ketiga orang itu lantas menenggak arak mereka bersama-sama sambil bergelak tawa.
Linghu Chong berpikir, "Walaupun Kakak Xiang memang memakaiku untuk menolong Ketua Ren, namun ia juga benar-benar telah menyelamatkan nyawaku. Ketika tempo hari ia mengatakan hendak membereskan sebuah urusan besar, ia telah mengaku dengan terus terang bahwa ia ingin memakaiku dan akan membuatku susah untuk beberapa waktu. Aku langsung menyanggupinya, maka tentang aku dipenjarakan itu, aku tak boleh mengeluhkannya. Lagipula kalau aku tak terlibat dalam masalah ini, Ketua Ren mana mau dengan enteng mengajarkan ilmu hebat semacam 'Ilmu Penghisap Bintang' itu kepadaku, seorang asing yang tak punya hubungan apapun dengannya?" Mau tak mau ia merasa amat berterimakasih pada Xiang Wentian, maka ia berpaling dan berkata, "Ketua Ren, ilmu saktimu ini telah mencapai puncak kesempurnaan, sehingga membuat orang sulit untuk menerka asal usulnya, mohon supaya anda sudi menceritakannya".
Ren Woxing minum seteguk arak, lalu berkata," Ilmu saktiku ini berasal dari Partai Xiaoyao yang ada di zaman Song Utara, di kemudian hari ilmu itu terpisah menjadi dua macam ilmu, yaitu 'Beiming Shengong' dan ' Huagong Dafa'[1]. Yang mempraktekkan Beiming Shengongini adalah seseorang bermarga Duan dari Dali. Kaisar bermarga Duan ini mula-mula mengangap bahwa menghisap tenaga dalam orang lain yang sudah dikumpulkan seumur hidup untuk dipakai sendiri adalah tidak benar, oleh karena itu ia tidak mau melatihnya. Belakangan setelah ia membaca tulisan peninggalan seorang tetua Partai Xiaoyao, barulah ia mengerti tujuan ilmu sakti ini. Tulisan itu mengatakan, "Tidak perduli orang baik atau jahat, siapapun yang mempelajari ilmu silat niscaya akan melukai dan membunuh orang. Ilmu silat itu sendiri tidak bisa disebut baik atau jahat, kalau dipakai untuk berbuat baik akan baik adanya, kalau dipakai untuk berbuat jahat akan menjadi jahat. Kalau jurus 'Harimau Hitam Merenggut Jantung' dipakai untuk membunuh orang jahat, maka jurus itu adalah jurus yang baik, kalau dipakai untuk membunuh orang baik, menjadi jurus yang jahat. Pedang atau golok pusaka kalau dipakai untuk membunuh orang baik, adalah pedang atau golok jahat, sedangkan kalau dipakai untuk membunuh penjahat, adalah pedang atau golok yang baik. Saudara Linghu, kau setuju atau tidak?" Linghu Chong mengangguk sambil berkata," Pemikiran Ketua Ren amat mendalam."
Ren Woxing berkata,"Itu bukan pemikiranku, aku cuma mengulangi wasiat leluhur dari Dinasti Song Utara itu. Kalau ada orang menghunus pedang dan golok untuk melukai dan membunuh orang baik-baik, kita harus merampas pedang dan golok itu dari tangan mereka, tidak membiarkan mereka memegang pedang dan golok, hal ini kita lakukan demi kebaikan. Kalau tenaga dalam seorang penjahat luarbiasa kuatnya, ia kalau berbuat jahat juga akan luarbiasa lihainya, kalau tenaga dalamnya dihisap sampai habis, berarti memusnahkan kemampuannya untuk berbuat jahat, sama seperti merampas golok dan pedang pusakanya. Para ahli waris Partai Xiaoyao ada yang baik dan ada yang jahat, namun orang bermarga Duan dari Dali itu ingin menggunakannya demi kebaikan, ia hanya menghisap tenaga dalam orang jahat saja, tentunya perbuatannya ini benar. Pukulan Sakti Shaolin dan Pukulan Panjang Wudang, apakah semua itu kungfu jahat? Pukulan mereka sama-sama dapat melukai dan membunuh orang, namun mereka selamanya tak pernah memakai ilmu pukulan itu untuk dengan membabi-buta mencelakai orang yang tak berdosa." Untuk menaklukkan Linghu Chong, ia menjelaskan mengenai prinsip Ilmu Penghisap Bintang tersebut.
Ren Woxing kembali berkata," Hahaha! Orang yang menyerang aku adalah musuh, entah dia baik atau jahat, si tua ini tentu akan menghisap tenaga dalam sialannya itu. Kalau tenaga dalamnya bisa kupakai, bukankah itu sesuatu yang menyenangkan? Leluhur Partai Xiaoyao itu berkata: Seratus sungai bergabung dengan lautan, adalah karena seratus sungai itu sendiri yang mengalir ke dalam samudera, sama sekali bukan samudera itu yang mengambil airnya secara paksa. Perkataan ini tak usah dipertanyakan lagi. Kalau musuh menyerangku tanpa memakai tenaga dalam, aku juga tak akan menghisap tenaga dalamnya. Prinsip Beiming Shengong ialah kalau orang lain tak menyerang aku, maka aku juga tak menyerangnya. Akan tetapi Huagong Dafa berbeda. Penciptanya berasal dari Partai Xiaoyao, akan tetapi karena ia tidak mewariskannya kepada anggota partainya sendiri, mereka tak tahu cara membuyarkan tenaga dalam, sehingga mereka sering memakai racun ketika menggunakan ilmu sakti ini. Setelah terkena racun, pembuluh musuh akan terluka dan tenaga dalamnya musnah, seakan-akan dihisap habis orang. Ilmu Penghisap Bintang milikku ini berasal dari Beiming Shengong yang asli, sama sekali tidak menggunakan racun, perbedaan diantara keduanya ini harus kau camkan baik-baik."
Linghu Chong dari awal mula sudah merasa tak enak hati, ia merasa bahwa menghisap tenaga dalam orang lain adalah suatu hal yang kurang pantas. Setelah mendengar uraian Ren Woxing itu, ia berpikir, "Kalau orang lain tak menyerangku, aku juga tak menyerangnya. Aku tak ingin mencelakai orang lain, tapi kalau ada orang yang hendak menganiaya atau membunuh aku, kalau kuhisap tenaga dalamnya untuk membela diri dan menyelamatkan nyawa sendiri, juga tak dapat dikatakan sebagai suatu hal yang buruk. Akan tetapi kalau orang itu sudah bersusah payah melatih tenaga dalamnya, lalu kuhisap untuk kupakai sendiri, hal ini tidak jauh bedanya dengan merampok harta benda orang lain secara semena-mena."
Setelah minum belasan cawan arak, Linghu Chong merasa bahwa cara berbicara Ketua Ren ini penuh jiwa kepahlawanan dan wawasannya luar biasa luas, mau tak mau ia mengaguminya. Sebelumnya ketika ia melihatnya membereskan Qin Weibang dan Heibaizi, ia merasa bahwa cara yang dipakainya agak terlalu kejam, namun setelah beberapa lama mendengarkannya berbicara, ia mulai percaya bahwa perbuatan seorang pahlawan tak dapat diukur dengan tolok ukur orang biasa. Rasa dongkol yang menumpuk di hatinyapun sedikit demi sedikit pudar.
Ren Woxing berkata, "Saudara Linghu, dalam menangani musuh aku amat kejam, dalam mengelola bawahan juga harus sangat ketat, kau mungkin tak terbiasa dengan cara-cara seperti ini. Tapi coba kau pikir, berapa lama aku dikurung di dalam sel gelap di dasar Danau Barat itu? Kau pernah dikurung di dalamnya, tentunya kau tahu bagaimana rasanya melewatkan hari demi hari disana. Bagaimana mereka memperlakukanku? Terhadap musuh dan pengkhianat, mana bisa berlembut hati?"
Linghu Chong mengangguk sambil memikirkannya, namun mendadak ia teringat akan suatu hal, maka ia bangkit, lalu berkata, "Aku hendak memohon sesuatu kepada ketua, aku harap agar ketua sudi mengabulkannya". Ren Woxing berkata, "Apa itu?" Linghu Chong berkata, "Ketika aku pertama kali bertemu dengan ketua di sel bawah tanah itu, aku sempat mendengar Huang Zhonggong berkata bahwa kalau ketua sampai dapat meloloskan diri dan kembali berkecimpung di dunia persilatan, dari Perguruan Huashan saja, paling tidak sebagian besar anggotanya akan terbunuh. Aku juga mendengar ketua berkata, bahwa kalau di kemudian hari ketua bertemu dengan guruku, ketua akan membuatnya sangat kesusahan. Kekuatan ketua amat besar, jikalau ketua ingin membuat susah Perguruan Huashan, tak ada orang yang sanggup melawannya....."
Ren Woxing berkata, "Aku dengar dari Saudara Xiang kalau gurumu telah menyiarkan kabar ke seluruh kolong langit bahwa kau telah dikeluarkan dari Perguruan Huashan. Aku akan mempermalukan mereka habis-habisan, lalu sekalian memusnahkan seluruh Perguruan Huashan sehingga nama mereka terhapus dari dunia persilatan, agar kau dapat melampiaskan amarahmu".
Linghu Chong menggeleng seraya berkata, "Sejak kecil ayah ibuku telah tiada, karena kebaikan budi guru dan ibu guru aku diterima masuk ke perguruan dan dibesarkan oleh mereka, walaupun namanya guru dan murid, perasaan diatara kami seperti ayah dan putranya. Guru mengeluarkanku dari perguruan, pertama, memang karena kesalahanku sendiri, kedua, karena jangan-jangan ada beberapa kesalahpahaman. Aku sama sekali tak berani menyalahkan guruku yang berbudi". Ren Woxing tersenyum kecil lalu berkata, "Rupanya walaupun Yue Buqun tak kenal ampun padamu, tapi kau masih ingin tetap setia kepadanya?"
Linghu Chong berkata, "Aku hendak memohon dengan sungguh-sungguh pada ketua, hendak memohon kemurahan hati ketua, agar tidak membuat susah guru, ibu guru dan adik-adik seperguruan di Perguruan Huashan". Ren Woxing mengumam pada dirinya sendiri, lalu berkata, "Aku dapat meloloskan diri berkat jasamu yang tidak sedikit, namun aku juga telah mengajarimu Ilmu Penghisap Bintang dan menyelamatkan nyawamu, kedua kejadian itu sudah setimpal, tak ada yang berhutang kepada siapapun. Sekarang aku telah kembali masuk ke dunia persilatan, hutang lama yang hendak kubereskan amat banyak, aku tak bisa berjanji apa-apa padamu, kalau tidak di kemudian hari kaki dan tanganku akan terikat".
Ketika Linghu Chong mendengarnya berkata demikian, bahwa ia tak dapat tak membuat susah Yue Buqun, mau tak mau ia merasa cemas, perasaannya itu terlihat dari air mukanya.
Ren Woxing tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Adik, kau duduklah. Saat ini di dunia ini hanya Saudara Xiang dan kau berdualah yang benar-benar dapat kupercayai. Kau memohon suatu hal dariku, hal ini selalu dapat dibicarakan kemudian. Begini saja, kau berjanjilah untuk melakukan suatu hal padaku, dan aku akan berjanji untuk melakukan suatu hal juga untukmu. Setelah ini kalau aku bertemu dengan guru atau murid-murid Perguruan Huashan, selama mereka tak kurang ajar padaku, aku tak akan menganggu mereka. Kalaupun aku ingin memberi mereka pelajaran, dengan memandang mukamu, aku akan sedikit berbelas kasihan. Bagaimana menurutmu?"
Linghu Chong amat girang, ia cepat-cepat berkata, "Kalau begitu aku akan sangat berterima kasih. Apapun yang diperintahkan ketua, aku pasti akan mematuhinya".
Ren Woxing berkata, "Kalau aku dan kalian berdua telah mengangkat saudara, sejak saat ini berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Saudara Xiang adalah Pelindung Kiri Cahaya Terang Agama Mentari Rembulan, sedangkan kau menjadi Pelindung Kanan Cahaya Terang agama kami. Bagaimana pendapatmu?"
Begitu mendengarnya, Linghu Chong tercengang, ia sama sekali tak menduga bahwa Ren Woxing ingin dirinya masuk Sekte Iblis. Sejak kecil ia telah mendengar guru dan ibu guru berbicara tentang perbuatan-perbuatan keji Sekte Iblis, setelah dirinya dikeluarkan dari perguruan, ia ingin hidup bebas merdeka bagai awan berarak dan bangau liar, menjadi seorang kelana dunia persilatan yang tak terikat pada perguruan atau partai apapun, maka ia sama sekali tak bisa masuk Sekte Iblis. Untuk sesaat ia merasa bingung dan tak dapat menjawab.
Kedua pasang mata Ren Woxing dan Xiang Wentian menatapnya tanpa berkedip, dalam sekejap, ruangan itu menjadi sunyi senyap.
Setelah beberapa saat, Linghu Chong baru berkata, "Aku menghargai maksud baik ketua, namun aku Linghu Chong yang masih harus banyak belajar ini mana berani menyejajarkan diri dengan ketua sebagai saudara? Lagipula, walaupun aku sudah tak menjadi anggota Perguruan Huashan lagi, aku masih berharap guru akan berubah pikiran dan menarik kembali perintahnya....."
Ren Woxing tertawa kecil, lalu berkata, "Kau memanggilku ketua, tapi sebenarnya walaupun saat ini aku telah lolos dari kurungan, nyawaku masih dalam keadaan genting, perkataan 'ketua' itu cuma enak didengar saja. Saat ini dimana-mana orang hanya tahu bahwa ketua Agama Mentari Rembulan adalah Dongfang Bubai. Ilmu silat orang ini tinggi, sama sekali tak berada di bawahku, dan tipu muslihat serta akalnya jauh diatasku. Anak buahnya amat banyak, kalau hanya mengandalkan diriku dan Saudara Xiang berdua, merebut tampuk kekuasaan dari tangannya adalah bagai melawan batu dengan telur, hanya mimpi di siang bolong belaka. Kau tak mau mengangkat saudara denganku karena kau sudah tahu duduk perkaranya dan ingin amannya saja, mari, mari kita minum lagi sambil berbicang-bincang dengan gembira, masalah ini tak usah diungkit-ungkit lagi".
Linghu Chong berkata, "Mengenai bagaimana kedudukan ketua dapat direbut oleh Dongfang Bubai dan bagaimana ketua sampai bisa dikurung di dalam sel gelap itu, dan berbagai macam masalah lain, aku sama sekali tak memahaminya. Apa kalian berdua sudi memberitahuku?"
Ren Woxing menggeleng-geleng sambil tersenyum getir, lalu berkata, "Setelah dua belas tahun berdiam di dasar danau, segala kemasyuran dan kekayaan, segala kedudukan dan kekuasaan, seharusnya sudah hambar rasanya. Hehehe, tak nyana semakin tua usiaku, hatiku semakin panas". Ia mengisi secawan arak sampai penuh, menengaknya sampai tandas, lalu tertawa terbahak-bahak, namun dalam suara tertawanya terkandung rasa duka.
Xiang Wentian berkata, "Saudara, tempo hari itu ketika Dongfang Bubai mengirim banyak orang untuk mengejarku, cara-caranya amat kejam, kau sudah melihatnya dengan mata kepalamu sendiri. Kalau kau tidak turun tangan menolongku, aku sudah lama dicacah menjadi daging cincang oleh mereka di paviliun itu. Di dalam hatimu kau masih membeda-bedakan diantara aliran lurus dan Sekte Iblis, namun tempo hari ketika beberapa ratus orang itu bergabung untuk mengepung dan membunuh kau dan aku, apa bedanya aliran lurus dan Sekte Iblis? Sebenarnya semuanya tergantung pada manusianya, dalam perguruan lurus memang ada orang baiknya, tapi bukankah ada juga orang-orang yang rendah dan jahat diatara mereka? Di dalam Sekte Iblis orang jahat memang tak sedikit, tapi begitu kita bertiga memegang tampuk kekuasaan, kita akan mengadakan reorganisasi besar-besaran dan membersihkan sampah-sampah masyarakat yang suka berbuat jahat itu. Bukankah hal ini akan membuat kita dipandang sebagai pahlawan dunia persilatan yang patut dibanggakan?"
Linghu Chong mengangguk seraya berkata, "Perkataan kakak ini sangat benar".
Xiang Wentian berkata, "Aku ingat bagaimana dahulu ketua memperlakukan Dongfang Bubai seperti layaknya seorang saudara saja, menaikkan pangkatnya menjadi Pelindung Cahaya Terang Kiri dan memberikan seluruh kekuasaan di agama kita kepadanya. Pada saat itu ketua sedang memusatkan perhatiannya untuk mempelajari Ilmu Penghisap Bintang ini, beliau ingin memperbaiki semua kelemahan-kelemahan kecil di dalamnya, sehingga ia tak punya banyak waktu untuk mengurus urusan sehari-hari agama kita. Ternyata Dongfang Bubai itu seekor serigala berbulu domba, di hadapan ketua ia berlaku sangat hormat, sama sekali tak berani melanggar perintah ketua, namun diam-diam ia terus menebar pengaruh, dengan berbagai alasan ia mengambil alih atau memecat semua pengikut setia ketua, atau bahkan langsung menghukum mati mereka. Dalam beberapa tahun saja, hampir semua orang kepercayaan ketua telah lenyap. Ketua adalah orang yang amat jujur dan tulus, ia menganggap Dongfang Bubai selalu bersikap hormat dan hati-hati, lagipula agama kamipun di tangannya diatur dengan begitu rapi, maka ia tak pernah mencurigainya".
Ren Woxing menghela napas, lalu berkata, "Saudara Xiang, mengenai masalah ini aku benar-benar amat malu. Kau sudah berkali-kali memberiku nasehat dengan tulus, menyuruhku untuk berhati-hati. Namun aku terlalu percaya kepada Dongfang Bubai, nasehat yang baik malah kuanggap tak enak didengar, dan aku malah mencurigaimu punya maksud yang tak baik terhadapnya, menuduhmu hendak menciptakan perselisihan dan memulai pertengkaran. Sampai akhirnya kau pergi dengan gusar, entah kemana, dan sejak itu tak pernah bertemu muka lagi denganku".
Xiang Wentian berkata, "Hamba sama sekali tak berani menyalahkan ketua, hanya saja hamba melihat bahwa keadaan saat itu tak beres. Dongfang Bubai merencanakan semuanya dengan cermat, kalau saja saat ia memberontak tak lama kemudian, hamba tetap mendampingi ketua, hamba akan terlebih dahulu dicelakai olehnya. Walaupun hamba rela mati demi agama kita, namun hamba harus memikirkan masa depan dan harus selalu mempunyai cara untuk menghindar dalam segala situasi. Kalau ketua dapat menyadari maksud jahatnya, dan memerintahkannya untuk menghentikan pemberontakannya, tentunya hal itu sangat baik, namun kalau tidak, hamba harus berada di luar agama kita. Walaupun ia merasa iri pada hamba, ia tak akan berani bertindak terlalu jauh".
Ren Woxing mengangguk seraya berkata, "Benar, tapi saat itu aku mana bisa menghargai jerih payahmu? Aku melihat bahwa kau langsung pergi tanpa pamit, kupikir kau sangat marah, saat itu latihanku sedang dalam tahap yang amat genting, bahkan aku hampir saja tersesat. Namun Dongfang Bubai itu makin telaten melayaniku dan menasehatiku supaya tak usah khawatir. Dengan demikian, aku makin dalam masuk ke dalam perangkapnya sehingga akhirnya aku menyerahkan kitab rahasia agama kita yaitu Kitab Pusaka Bunga Matahari[2] kepadanya".
"Ah!", seru Linghu Chong dengan spontan ketika mendengar tentang Kitab Pusaka Bunga Matahari.
Xiang Wentian berkata, "Adik, kau juga tahu tentang Kitab Pusaka Bunga Matahari?" Linghu Chong berkata, "Aku pernah mendengar guru menyebut nama kitab pusaka itu, aku tahu bahwa kitab itu adalah kitab rahasia ilmu silat yang amat hebat, tapi aku tak tahu bahwa kitab itu berada di tangan ketua".
Ren Woxing berkata, "Sejak bertahun-tahun yang lampau, Kitab Pusaka Bunga Matahari adalah pusaka Agama Mentari Rembulan yang selalu diwariskan dari ketua generasi sebelumnya ke ketua selanjutnya. Saat itu aku begitu sibuk berlatih Ilmu Penghisap Bintang sehingga makan tidurpun aku lupa, segala urusan juga tak kuperdulikan lagi, dan aku ingin memberikan jabatan ketua pada Dongfang Bubai. Tujuanku memberikan Kitab Pusaka Bunga Matahari kepadanya adalah untuk memberitahunya dengan jelas bahwa: tak berapa lama lagi, aku akan memberikan jabatan ketua kepadanya. Ai, Dongfang Bubai adalah orang cerdas, ia sudah tahu dengan jelas bahwa kedudukan ketua itu telah diberikan kepadanya, kenapa dia begitu tak sabaran dan tak mau menungguku mengadakan pertemuan besar, untuk secara resmi mengumumkannya kepada semua orang? Tapi malah memberontak dan merebut kekuasaan seperti itu?" Ia mengkerenyitkan keningnya, seakan sampai sekarang ia masih tak mengerti apa yang terjadi.
Xiang Wentian berkata, "Pertama, dia tak sabar menunggu, ia tak tahu kapan ketua akan secara resmi mengalihkan jabatan kepadanya; kedua, ia merasa tak tenang, khawatir kalau tiba-tiba keadaan akan berubah".
Ren Woxing berkata, "Sebenarnya ia telah mendapatkan semuanya, kenapa ia harus khawatir kalau keadaan tiba-tiba dapat berubah? Benar-benar sulit dimengerti. Dalam sel gelap itu aku merenungkannya dengan seksama dan sudah memahami berbagai tipu muslihat kejinya, tapi mengapa ia tak bisa menahan diri dan mendadak memberontak, sampai sekarang masih tak dapat kumengerti. Tadinya ia agak iri padamu, dan khawatir kalau aku mungkin dapat memberikan jabatan ketua kepadamu. Tapi setelah kau pergi tanpa berpamitan, kau sudah tak berada di depan matanya lagi, seharusnya ia menunggu saja dengan sabar".
Xiang Wentian berkata, "Tahun itu ketika Dongfang Bubai memberontak, di pesta malam Duanwujie, nona mengatakan sesuatu, apa ketua ingat?" Ren Woxing mengaruk-garuk kepalanya, "Duanwujie? Apa yang dikatakan nona cilik? Apa hubungannya? Aku sama sekali tak ingat".
Xiang Wentian berkata, "Ketua jangan mengangap nona cuma anak kecil saja. Ia cerdas dan pikirannya cerdik, benar-benar tak kalah dengan orang dewasa. Tahun itu bukankah ia berumur tujuh tahun? Ia menghitung-hitung jumlah orang yang menghadiri pesta itu, lalu mendadak bertanya padamu, 'Ayah, kenapa setiap tahun saat kita minum-minum arak untuk merayakan Duanwujie, selalu berkurang seorang?' Kau tertegun, lalu bertanya, 'Apa maksudmu, setiap tahun berkurang seorang?' Nona berkata, 'Aku ingat tahun lalu ada sebelas orang, tahun sebelumnya ada dua belas orang. Tahun ini, satu, dua, tiga, empat, lima......kita hanya tinggal sepuluh orang".
Ren Woxing menghela napas, lalu berkata, "Benar, ketika aku mendengar nona berkata begitu, aku merasa amat masygul. Setahun sebelumnya Dongfang Bubai telah menghukum mati Adik Hao, tahun sebelumnya, Tetua Qiu terbunuh secara misterius di Gansu, sekarang aku yakin juga karena tipu muslihat keji Dongfang Bubai. Setahun sebelumnya lagi, Tetua Wen dipecat, lalu dikeroyok oleh jago-jago Perguruan Songshan, Taishan dan Heng Shan hingga tewas. Bencana ini tentunya juga akibat perbuatan Dongfang Bubai. Ai, tanpa sadar si nona cilik telah mengungkapkan kebenaran, namun saat itu aku masih bermimpi dan belum sadar".
Ia berhenti sejenak, minum seteguk arak, lalu berkata, "Ilmu Penghisap Bintang ini berasal dari Beiming Shengong dari zaman Song Utara, namun sastrawan yang mencatatnya tak memahaminya, sehingga di dalamnya terkandung cukup banyak kelemahan. Saat itu aku sudah berlatih Ilmu Penghisap Bintang selama sepuluh tahun lebih, ilmu sakti ini amat termasyur di dunia persilatan, semua orang aliran lurus yang mendengar namanya ketakutan setengah mati. Namun aku sendiri tahu bahwa di dalam ilmu sakti ini terdapat beberapa kelemahan besar, mulanya aku tak menyadarinya, namun kemudian masalah yang parah sedikit demi sedikit muncul. Dalam beberapa tahun itu, aku telah secara mendalam memahaminya, aku tahu kalau aku tak segera memperbaikinya, pada suatu hari aku akan terkena penyimpangan api. Tenaga dalam orang yang telah kuhisap dapat berbalik menyerangku, karena tenaga yang telah kuhisap besar, tenaga yang akan berbalik menyerangku juga lebih besar lagi".
Ketika mendengarkan sampai disini, dalam hatinya secara samar-samar Linghu Chong merasa bahwa ada sesuatu yang tak beres.
Ren Woxing kembali berbicara, "Saat itu di dalam tubuhku telah terkumpul tenaga dalam lebih dari sepuluh orang jago terkenal dari aliran lurus maupun sesat. Namun belasan jago-jago terkenal itu berasal dari berbagai perguruan yang berbeda-beda, latihan tenaga dalamnyapun berlainan. Aku harus mencari akal untuk menggabungkannya menjadi satu, baru memakainya. Kalau tidak aku akan selalu merasa cemas. Dalam beberapa tahun itu aku siang malam memikirkannya, dalam pikiranku hanya ada masalah ini. Saat perjamuan besar Duanwujie itu, walaupun aku minum-minum dan berkelakar, namun dalam hati aku masih mencari jalan agar dapat mengalirkan tenaga dalam dengan lancar melalui lima puluh empat titik, yaitu dua puluh dua titik di Pembuluh Yangqiao dan tiga puluh dua titik di Pembuluh Yangwei, sehingga tenaga dalam dapat masuk keluar Pembuluh Yangqiao dan Yangwei dengan bebas. Karenanya setelah mendengar perkataan nona cilik, walaupun hatiku tak senang, dalam sekejap aku melupakannya".
Xiang Wentian berkata, "Hamba juga merasa heran. Ketua selalu amat waspada, begitu seseorang mengucapkan beberapa kalimat saja, ketua langsung mengetahui maksudnya dan sembilan puluh persen selalu benar. Namun dalam beberapa tahun terakhir itu, ketua tak hanya tak menyadari tipu muslihat keji Dongfang Bubai, tapi sehari-hari......sehari-hari......hai.....". Ren Woxing tersenyum, "Bahkan sehari-hari akupun linglung dan bebal, tak dapat memusatkan perhatian, seakan tak punya pikiran, benar tidak?" Xiang Wentian berkata, "Benar. Setelah nona berkata demikian, Dongfang Bubai tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, 'Nona, kau suka keramaian, benar kan? Tahun depan kita akan mengundang banyak orang untuk minum-minum'. Saat berbicara wajahnya nampak riang, namun hamba melihat bahwa sinar matanya penuh rasa was-was. Ia pasti menduga bahwa ketua sudah mempunyai rencana untuk membereskannya, tapi sengaja berlagak pilon untuk mencobainya. Ia tahu ketua pandai, ia berpikir bahwa terhadap urusan yang sudah nampak jelas seperti ini, tak mungkin ketua tak curiga".
Ren Woxing mengerutkan dahinya seraya berkata, "Perkataan yang diucapkan nona cilik di perjamuan besar Duanwujie itu selama dua belas tahun belakangan ini tak pernah kuingat. Saat ini karena kau mengungkitnya, aku jadi ingat bahwa ia memang berkata demikian. Benar, begitu mendengar perkataan itu, mana mungkin Dongfang Bubai tak menjadi curiga?" Xiang Wentian berkata, "Lagipula, setiap hari nona makin besar, semakin lama semakin cerdas, setahun atau dua tahun lagi, jangan-jangan ia akan dapat membongkar rencananya. Kalau menunggu ia dewasa, jangan-jangan ketua akan memberikan jabatan ketua kepadanya. Oleh karena itu Dongfang Bubai tak berani menunggu terlalu lama, ia lebih baik mengambil resiko dan memberontak, mungkin inilah alasannya".
Ren Woxing berkali-kali mengangguk-angguk, menghela napas, dan berkata, "Ai, kalau saja sekarang putriku berada di sisiku, kekuatan kita akan bertambah seorang lagi dan keadaan kita tak akan selemah saat ini".
Xiang Wentian berpaling dan berkata kepada Linghu Chong, "Adik, barusan ini kau mendengar ketua berkata bahwa dalam Ilmu Penghisap Bintang, ternyata ada beberapa kelemahan. Tapi aku yakin bahwa selama dikurung dalam sel gelap selama dua belas tahun, walaupun sangat menderita, namun beliau juga terbebas dari beban urusan sehari-hari, dan dengan berpikir keras, telah berhasil memecahkan misteri ilmu sakti ini. Ketua, benar tidak?"
Ren Woxing mengelus-elus janggut lebatnya yang hitam, tertawa terbahak-bahak dengan amat puas diri, lalu berkata, "Tepat sekali. Sejak saat ini, setiap menghisap tenaga dalam orang lain dan memakainya, aku tak usah khawatir lagi berbagai tenaga yang berlainan itu akan mendadak berbalik menyerangku. Hahaha! Saudara Linghu, tariklah napas dalam-dalam, apakah hawa murni di titik yuzhen dan shanzhongmu bergolak dengan keras?"
Linghu Chong menurutinya dan menarik napas, benar saja, ia samar-samar merasakan hawa murni di titik yuzhen dan shanzhongnya bergolak, mau tak mau air mukanya agak berubah.
Ren Woxing berkata, "Kau baru saja mulai berlatih ilmu ini, maka kau belum terlalu merasakannya, akan tetapi tempo hari ketika aku belum dapat memecahkan rahasianya, hawa murni di kedua titik itu bergolak dengan keras, seakan langit dan bumi terbalik, benar-benar sulit ditahan. Walaupun di luar sunyi senyap, namun di dalam telinggaku seakan ada selaksa ekor kuda yang berderap kencang, kadangkala seperti petir yang tak henti-hentinya menyambar, seperti bunyi gemuruh. Ai, kalau saja tubuhku tak kacau balau seperti itu, rencana pemberontakan Dongfang Bubai itu mana bisa berhasil?"
Linghu Chong tahu bahwa perkataan Ren Woxing itu benar adanya, dan juga tahu bahwa Ren Woxing dan Xiang Wentian mengucapkan perkataan itu dengan maksud agar dirinya mohon petunjuk dari Ren Woxing. Namun kalau dirinya tak bersedia masuk Agama Mentari Rembulan, ia tak dapat meminta petunjuknya, pikirnya, "Orang mempelajari Ilmu Penghisap Bintangmu ini untuk menghisap tenaga dalam orang lain untuk dipakai sendiri. Sifat kungfu ini kejam dan mementingkan diri sendiri. Aku sudah pasti tak akan menggunakannya, kecuali kalau terpaksa karena diserang orang. Sedangkan mengenai berbagai hawa murni dalam tubuhku yang tak dapat dikeluarkan, sebelumnya memang keadaannya sudah demikian, selembar nyawaku ini seakan tak sengaja ditemukan kembali. Linghu Chong mana bisa hanya karena takut mati lantas mengingkari prinsip yang sudah lama dipegang?" Ia segera mengalihkan pokok pembicaraan dan berkata, "Ketua, ada satu hal yang tak kumengerti, aku hendak mohon pengajaranmu. Aku pernah mendengar perkataan guruku bahwa Kitab Pusaka Bunga Matahari itu adalah kitab rahasia ilmu silat yang tiada taranya, setelah menguasai ilmu silat dalam kitab pusaka itu, seseorang akan menjadi tanpa tanding di kolong langit ini, selain itu ia juga akan menjadi panjang umur hingga dapat mencapai usia seratus tahun lebih. Mengapa ketua tak mempelajari ilmu silat kitab pusaka itu, dan malah mempelajari Ilmu Penghisap Bintang yang berbahaya itu?"
Ren Woxing tertawa hambar, lalu berkata, "Sebab musababnya tak boleh diberitahukan kepada orang luar".
Wajah Linghu Chong memerah, katanya, "Baik, aku terlalu lancang".
Xiang Wentian berkata, "Adik, usia ketua sudah lanjut, usia kakakmu juga hanya berbeda beberapa tahun dari beliau. Kalau kau masuk agama kami, di kemudian hari kedudukan ketua pasti akan diberikan kepadamu. Kalaupun kau menganggap nama Agama Mentari Rembulan tidak baik, apakah jika kau sudah menjadi ketua kau tak bisa memperbaikinya, sehingga akan berfaedah bagi semua orang di dunia ini?"
Ketika Linghu Chong mendengar bahwa perkataannya ini jujur and masuk akal, ia merasa sedikit tergerak, ia melihat tangan kiri Ren Woxing mengangkat cawan arak dan menaruhnya dengan keras di atas meja, sedangkan tangan kirinya mengangkat guci arak dan menuangnya hingga cawan terisi penuh, lalu berkata, "Dalam lebih dari seratus tahun ini, Agama Mentari Rembulan kami dan berbagai perguruan lurus bermusuhan, selamanya tak dapat didamaikan. Kalau kau terus berkeras kepala dan tak sudi masuk agama kami, luka dalammu akan sulit disembuhkan, hidupmu akan tak dapat dipertahankan. Dan tak usah dikatakan lagi, jangan-jangan Perguruan Huashan guru dan ibu gurumu......hehehe.....kalau aku ingin memusnahkan seluruh Perguruan Huashan, hingga sejak saat ini nama Perguruan Huashan terhapus dari dunia persilatan, sama sekali bukanlah hal yang sulit. Hari ini aku dan kau ditakdirkan untuk bertemu disini. Kalau kau mau mendengarkan nasehatku, silahkan minum secawan arak ini, semuanya dapat kita bicarakan lagi".
Perkataan ini penuh dengan ancaman, maka darah bergolak di dada Linghu Chong, dengan lantang ia berkata, "Ketua, kakak, tubuhku memang telah terluka parah dan aku hanya hidup dari hari ke hari saja, namun tanpa sadar aku telah mempelajari ilmu sakti ketua, setelah ini kalau aku tak bisa membuyarkan dan memisahkan tenaga-tenaga itu, dan tak bisa kembali seperti sediakala, juga tidak apa-apa. Aku sudah lama tak menganggap penting selembar nyawaku ini, hidup dan mati adalah suratan takdir. Perguruan Huashan telah berdiri selama ratusan tahun, dan mempunyai jalan hidupnya sendiri, orang lain belum tentu dapat menumpasnya begitu saja. Hari ini kita sudahi pembicaraan kita sampai disini, sampai jumpa di kemudian hari!" Sambil berbicara ia bangkit, menyoja kepada kedua orang itu, lalu berbalik dan melangkah pergi.
Xiang Wentian masih ingin berbicara lagi, namun Linghu Chong sudah pergi jauh.
* * *
Catatan Penerjemah
[1] Catatan Penulis: Mohon lihat Pendekar-Pendekar Negeri Tayli.
[2] Terjemahan 葵花宝典 (Kuihoa Baodian). Hokkian: Kui hoa po tian.
Bagian ketiga
Begitu Linghu Chong keluar dari Mei Zhuang, ia menghela napas panjang, angin sejuk yang membelai tubuhnya terasa amat menyenangkan, ia mendongak dan melihat bulan sabit yang sedang terbenam tergantung miring di balik ranting-ranting pohon liu, di kejauhan bayangan bulan dan awan berarak terpantul di permukaan air danau.
Ia berjalan ke tepi danau dan memandanginya untuk beberapa lama sambil berpikir, "Perkara besar yang berada di depan mata Ketua Ren tentunya adalah membuat perhitungan dengan Dongfang Bubai dan merebut kembali jabatan ketua, ia tak akan segera mencari perkara dengan Perguruan Huashan. Namun kalau guru, ibu guru dan adik-adik seperguruan sekalian tak tahu hal yang sebenarnya, ketika mereka berurusan dengannya, mereka akan celaka. Aku harus secepatnya memberitahu mereka supaya mereka dapat bersiaga. Tapi entah mereka sudah kembali dari Fuzhou atau belum? Dari sini ke Fuzhou tidak jauh, aku juga sedang tak ada kerjaan, aku pergi ke Fujian saja. Kalaupun mereka sudah berangkat pulang, mungkin aku akan dapat berjumpa dengan mereka di jalan".
Ia segera teringat bahwa gurunya telah mengirim surat ke seluruh dunia persilatan, menyatakan bahwa ia telah dikeluarkan dari perguruan, mau tak mau hatinya terasa pedih, dan ia kembali berpikir, "Aku akan menjelaskan bahwa Ketua Ren memaksaku masuk ke dalam agamanya. Guru dan ibu guru tentunya akan tahu bahwa aku sama sekali tak bermaksud bergaul dengan orang-orang Sekte Iblis. Siapa tahu guru akan menarik kembali keputusannya dan hanya menghukumku menghadap tembok di Siguoya selama tiga tahun saja. Bagus sekali kalau ternyata demikian". Ketika ia berpikir tentang kemungkinan untuk dapat diterima masuk ke perguruan lagi, semangatnya berkobar dan ia segera mencari sebuah penginapan untuk bermalam.
Ia baru bangun tidur setelah lewat tengah hari, ia merasa bahwa sebelum ia bertemu dengan guru dan ibu guru, seharusnya ia tak menunjukkan wajah aslinya, lagipula Yingying telah menyuruh Zu Qianqiu menyebarkan berita ke seluruh dunia persilatan agar ia dibunuh, maka lebih baik ia menyamar untuk menghindari kesulitan. Akan tetapi sebaiknya ia menyamar sebagai siapa? Ia merenung dalam hati sembari melangkah keluar kamar sampai ke halaman ditengah rumah[1], tiba-tiba, "Byur!", sebaskom air menguyur tubuhnya. Linghu Chong cepat-cepat menghindar, sehingga air sebaskom itu menguyur tempat kosong. Ia melihat seorang perwira yang sedang memegang sebuah baskom untuk mencuci muka sedang memandanginya dengan gusar sambil berkata dengan kasar, "Kau jalan tak pakai mata, ya? Apa kau tak lihat tuan besarmu sedang membuang air?"
Amarah Linghu Chong bangkit, ia berpikir bahwa di kolong langit ini ternyata ada orang yang begitu kasar dan keterlaluan seperti ini, ia melihat seorang perwira berusia empat puluh tahun lebih, kedua pipinya dipenuhi cambang ikal, namun sepertinya cukup gagah, dilihat dari dandanannya, sepertinya ia adalah seorang weiguan[2], di pinggangnya tergantung sebilah golok, dadanya membusung dan perutnya buncit, jelas bahwa ia sudah terbiasa menyalahgunakan kekuasaannya. Perwira itu berkata dengan lantang, "Kau lihat apa? Apa kau tak mengenali tuan besarmu ini?" Sebuah ide berkelebat di benak Linghu Chong, "Kalau menyamar menjadi perwira ini tentunya asyik. Kalau aku berkeliaran di dunia persilatan dengan jumawa, teman-teman dunia persilatan tak akan memperhatikanku". Perwira itu berkata, "Kau menertawakan apa? Nenekmu, apanya yang lucu?" Karena Linghu Chong merasa puas akan dirinya sendiri, maka di wajahnya mau tak mau seutas senyumpun memgembang.
Ketika Linghu Chong pergi ke kasir untuk membayar biaya penginapan, ia bertanya sambil berbisik, "Tuan perwira itu asalnya dari mana?" Dengan wajah masam pengurus penginapan berkata, "Siapa yang tahu dia berasal dari mana? Katanya dia datang dari Beijing, baru menginap semalam, tapi pelayan yang melayaninya sudah kena tampar tiga kali. Dia memesan tak sedikit arak bagus dan hidangan lezat, tapi entah dia mau bayar atau tidak".
Linghu Chong mengangguk-angguk, pergi ke sebuah kedai teh yang berada di dekat penginapan itu, lalu berleha-leha minum sepoci teh sambil menunggu.
Setelah menunggu setengan shichen, terdengar suara derap kaki kuda, dengan menunggang seekor kuda merah, perwira itu mencongklang keluar dari penginapan, "Tar! Tar!", ia mengayun-ayunkan cambuknya sambil berteriak-teriak, "Minggir, minggir! Nenekmu, belum minggir juga?" Beberapa pejalan kaki yang terlambat menyingkir terkena lecutan cambuknya, teriakan kesakitan tak henti-hentinya terdengar.
Linghu Chong telah terlebih dahulu membayar uang teh, ia bangkit lalu dengan cepat mengikuti kuda itu. Tenaga dalamnya berlimpah, langkah kakinya lebih cepat dari seekor kuda yang berlari, ia melihat perwira itu keluar dari gerbang barat, lalu mencongklang di jalan raya ke arah barat daya. Ia makin ketat membuntutinya. Setelah berlari beberapa li jauhnya, orang yang lalu lalang di jalan makin sedikit. Linghu Chong mempercepat larinya, lalu menghadang di depan kuda sambil mengangkat tangan kanannya. Kuda itu terkejut dan melonjak sambil meringkik keras, perwira itu hampir saja terjatuh, namun ia masih bisa berdiri di atas pelana kuda. Linghu Chong berkata dengan lantang, "Nenekmu, kau jalan tak pakai mata, ya? Binatangmu ini hampir menginjak-injak bapakmu sampai mati!" Seandainya ia tak membuka mulut saja, perwira itu sudah murka, namun ia malah memaki-maki, maka sang perwira tak dapat menahan amarahnya lagi, setelah kaki kudanya menjejak tanah lagi, ia melecutkan cambuknya ke kepala Linghu Chong.
Linghu Chong merasa tak leluasa bertindak di jalan raya, maka ia berseru, "Aiyo!" Sambil memegangi kepalanya ia berlari ke sebuah jalan kecil, namun perwira itu mana mau melepaskannya begitu saja. Ia melompat turun dari kudanya, cepat-cepat mengikat kekang kuda di pohon, lalu mengejar dengan sekencang-kencangnya. Linghu Chong berteriak, "Aiyo, mamaku!" Ia berlari ke sebuah hutan. Perwira itu mengejarnya sambil berteriak-teriak, tiba-tiba iganya kesemutan, "Bruk!", ia jatuh tersungkur ke tanah.
Kaki kiri Linghu Chong menginjak dadanya, ia tertawa dan berkata, "Nenekmu, kepandaianmu cuma begini tapi berani memimpin pasukan berperang?" Ia mengeledah saku dadanya dan mengambil sebuah amplop besar, di sampulnya tertera segel merah besar yang berbunyi 'Cap Asli Kementerian Peperangan' dan tertulis dua huruf besar yang berbunyi 'Surat Pengangkatan'. Ia membuka amplop itu dan mengeluarkan sehelai kertas tebal, ternyata itu adalah surat pengangkatan dari Kementerian Peperangan, di dalamnya tertulis dengan jelas mengenai pengangkatan perwira Wu Tiande dari Cangzhou di Hubei menjadi canjiang di Prefektur Quanzhou, Fujian. Ditetapkan pula bahwa ia harus segera menempati jabatan itu. Linghu Chong tertawa dan berkata, "Rupanya yang mulia canjiang, kau Wu Tiande, ya?"
Perwira itu tak bisa berkutik karena diinjak olehnya, wajahnya menjadi merah padam, ia berseru, "Cepat lepaskan aku, kau......kau......berani-beraninya, menghina pejabat pemerintah. Apa......apa......kau tak takut pada hukum?" Walaupun mulutnya berteriak-teriak, namun sikap jumawanya telah lenyap.
Linghu Chong tertawa dan berkata, "Bapakmu ini tak punya uang bekal perjalanan, aku mau pinjam bajumu". Ia membalikkan tangannya dan memukul ubun-ubunnya, perwira itupun kontan pingsan.
Linghu Chong cepat-cepat melucuti pakaiannya, ia merasa bahwa orang ini begitu menyebalkan dan perlu diberi pelajaran, maka ia juga melucuti pakaian dalamnya sehingga ia menjadi telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Ia mengangkat buntalan yang dibawa perwira itu, buntalan itu terasa berat, ia membukanya dan ternyata di dalamnya ada beberapa ratus tahil perak, selain itu masih ada juga tiga potong yuanbao[3] emas, pikirnya, "Ini pasti hasil pemerasan pejabat anjing ini terhadap rakyat jelata, sulit untuk dikembalikan pada pemiliknya, lebih baik digunakan untuk membeli arak si perwira Wu Tiandeku saja". Ketika berpikir tentang hal ini, ia tak kuasa menahan tawa. Ia lantas melepaskan pakaiannya dan memakai seragam perwira itu berikut sepatu bot dan goloknya, lalu memindahkan buntalannya ke tubuhnya sendiri. Ia merobek-robek pakaiannya sendiri, memutar tangan perwira itu ke belakang dan mengikatnya di sebatang pohon, lalu menjejalkan lumpur ke mulutnya sampai penuh. Ia berpikir kembali, lalu menghunus goloknya dan mencukur seluruh jambang ikal yang memenuhi pipi perwira itu. Setelah mencukur janggutnya, ia menaruhnya di dalam saku dadanya sambil berkata, "Aku telah menjadi seorang penjahat, ganteng sekali!"
Ia pergi ke jalan raya, melepaskan ikatan tali kekang kuda dari pohon, melompat ke atas kuda, lalu mengangkat cambuk dan mengayun-ayunkannya seraya berkata dengan lantang, "Minggir, minggir, nenekmu, kau jalan tak pakai mata, ya? Hahaha, hahaha!" Ia mengarahkan kudanya ke selatan.
Malam itu ia tiba di Yuhang dan bermalam di sebuah penginapan, begitu melihat 'tuan perwira', pengurus penginapan dan pelayan melayaninya dengan sangat hormat dan penuh perhatian. Keesokan harinya Linghu Chong bertanya kepada pengurus penginapan tentang jalan menuju ke Fujian, lalu memberikan persenan lima tahil perak, pengurus penginapan dan para pelayan mengantarnya sampai ke luar gerbang dengan sangat hormat. Linghu Chong berpikir, "Untung saja kalian bertemu dengan si perwira gadungan, kalau saja Wu Tiande yang asli datang menginap disini, kalian tentunya akan menelan pil pahit". Ia pergi ke sebuah toko dan membeli sebuah cermin serta sebotol lem, lalu pergi ke tempat sepi di luar kota, ia mengeluarkan cermin, lalu menempelkan janggut ke wajahnya. Untuk melakukannya, ia menghabiskan lebih dari satu shichen. Setelah selesai menempelkan janggut itu, ia bercermin dan ketika melihat bahwa wajahnya dipenuhi jambang ikal yang tebal sehingga benar-benar nampak jumawa, ia tak kuasa menahan tawa.
Dalam perjalanannya ke selatan, ia tiba di Prefektur Jinhua, setelah melewati Prefektur Chuzhou, aksen daerah selatan sudah sangat berbeda dengan daerah tengah dan sangat sulit dimengerti. Untungnya begitu mereka melihat bahwa ia adalah seorang pejabat, mereka memutar lidah dan berbicara kepadanya dengan bahasa resmi[4]. Seumur hidupnya, ia belum pernah mempunyai begitu banyak uang, maka ia minum arak sepuas hatinya dan amat menikmatinya.
Hanya saja berbagai tenaga dalam yang berlainan di tubuhnya memaksa masuk ke semua pembuluhnya dan sama sekali tak bisa disalurkan. Terkadang dantiannya tiba-tiba terasa amat sakit, sehingga kepalanya pusing dan matanya kabur, perutnya mual dan ingin muntah. Setiap kali hal itu terjadi, ia mendorong tenaga-tenaga itu keluar dari dantiannya dan membuyarkannya melalui berbagai pembuluh sesuai dengan cara yang diukir Ren Woxing di atas lempengan besi itu. Begitu berbagai hawa murni itu meninggalkan dantiannya, ia langsung merasa penuh tenaga dan amat lega. Dengan cara itu, setiap kali berlatih, ia tahu bahwa tenaga dalamnya makin kuat, namun ia sekaligus juga makin dalam terperosok, namun untung saja ia selalu berpikir, "Selembar nyawaku ini seperti ditemukan kembali. Dapat hidup sehari lebih lama saja sudah merupakan suatu anugrah besar". Maka iapun kembali tenang.
Selepas tengah hari, ia telah melewati Prefektur Quzhou, lalu memasuki pegunungan Xianxia. Jalan di pegunungan itu terjal, makin lama makin tinggi, di puncak gunung jarang ada orang. Setelah berjalan dua puluh li lebih mulai tak terlihat ada orang lain, ia tahu bahwa ia terlalu tergesa-gesa, sehingga sudah terlanjur melewati penginapan terakhir. Dilihatnya bahwa hari sudah senja, maka ia memetik beberapa buah liar untuk menganjal perut. Di bawah tebing, ia melihat sebuah gua kecil yang lumayan kering dan sepertinya tak banyak serangganya, maka ia segera menambatkan kuda di sebatang pohon dan membiarkannya merumput, sedangkan dirinya sendiri mencari jerami dan menaruhnya di dalam gua, untuk bersiap bermalam di dalamnya. Mendadak ia merasakan qi di dantiannya bergolak, maka ia cepat-cepat duduk dan bersemedi. Semakin sering ia menggunakan ilmu sakti yang diajarkan Ren Woxing itu, ilmu itu semakin sukar dikendalikan, dan ia juga makin merasa tak enak. Namun ia sekali lagi mengerahkannya, dan seluruh tubuhnyapun terasa nyaman dan santai, melayang-layang bagai seorang dewa di atas awan.
Ia menghembuskan napas panjang, lalu bangkit, mau tak mau ia tersenyum getir sambil berpikir, "Tempo hari aku bertanya pada ketua Ren, ilmu silat yang hilang dari Kitab Pusaka Bunga Matahari sudah berada di tangannya, tapi kenapa dia masih mempelajari Ilmu Penghisap Bintang? Ia tak mau menjawab, tapi sekarang aku tahu sebabnya. Ternyata sekali mempelajari Ilmu Penghisap Bintang ini, tak bisa berhenti begitu saja". Ketika berpikir mengenai hal ini, mau tak mau hatinya menjadi cemas, "Aku pernah mendengar dari ibu guru bahwa orang Miao suka memelihara serangga beracun, setelah memeliharanya, walaupun tahu bahwa serangga itu berbahaya, namun mereka sukar untuk melepaskannya. Kalau serangga itu tak dipakai untuk mencelakai orang lain, ia akan berbalik menyerang majikannya sendiri. Di masa depan, jangan-jangan aku akan menjadi seperti orang Miao yang memelihara serangga itu".
* * *
Ia keluar dari gua dan melihat bintang-bintang memenuhi angkasa, dari segala penjuru, terdengar suara serangga mengkerik, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki orang di jalan. Saat itu jaraknya masih jauh, namun tenaga dalamnya telah menjadi kuat, pendengarannya juga dapat mendengar suara-suara di kejauhan. Sebuah ide muncul di benaknya, ia segera melepaskan kuda dari kekangnya, lalu menepuk pelan pantat kuda sehingga kuda itu perlahan-lahan berjalan ke arah lembah.
Ia bersembunyi di belakang pepohonan, setelah beberapa lama, terdengar suara langkah kaki orang-orang itu makin mendekat. Jumlah mereka tidak sedikit, di bawah sinar bintang ia melihat bahwa mereka berpakaian hitam-hitam, diantara mereka ada seorang yang pinggangnya terlilit sabuk kuning, melihat dari dandanannya, mereka adalah orang-orang Sekte Iblis. Seluruhnya mereka berjumlah tiga puluh orang lebih, dan mereka semua berjalan tanpa bersuara sedikitpun. Linghu Chong berpikir, "Mereka berjalan ke selatan menuju Min[5], jangan-jangan ada kaitannya dengan Perguruan Huashan kami? Apa mereka telah menerima perintah Ketua Ren untuk membuat susah guru dan ibu guru?" Ia menunggu sampai mereka telah berjalan jauh, lalu diam-diam membuntuti mereka.
Setelah berjalan beberapa li jauhnya, mendadak jalanan gunung itu menjadi terjal, di kiri kanan menjulang puncak-puncak gunung, sedangkan di antaranya terdapat sebuah jalan setapak yang amat sempit hingga tak bisa dilalui oleh dua orang yang berjalan berendeng.Tiga puluh orang itu membentuk sebuah barisan yang mengular panjang, lalu mendaki jalanan gunung yang terjal. Linghu Chong berpikir, "Kalau aku terus mengikuti mereka, mereka akan berada di tempat yang lebih tinggi, kalau ada seorang saja yang berpaling, ia akan langsung melihatku". Maka ia segera bersembunyi di balik rerumputan, hendak menunggu sampai mereka menaiki puncak gunung itu dan turun melalui lereng selatannya, barulah ia mengejar mereka. Namun ternyata ketika orang-orang itu sampai di puncak lereng, mereka mendadak berpencar dan bersembunyi di balik batu, dalam sekejap sebuah bayanganpun tak terlihat.
Linghu Chong terkejut, pikiran pertama yang muncul di benaknya adalah, "Mereka telah melihatku". Namun ia segera tahu bahwa hal itu tak benar, pikirnya, "Mereka bersembunyi karena hendak meyergap seseorang yang akan mendaki ke atas. Benar, tempat ini sangat baik, kalau mereka tiba-tiba menyerang disini, orang yang akan naik ke atas itu tentunya akan sulit menghindari rencana jahat mereka. Siapa orang yang hendak mereka sergap? Apa setelah guru dan ibu guru sekalian kembali ke utara, ada suatu hal mendesak sehingga mereka harus kembali ke Fujian? Kalau tidak kenapa harus terus berjalan semalaman seperti ini? Apa malam ini aku dapat berjumpa dengan adik kecil?"
Begitu berpikir tentang Yue Lingshan sekujur tubuhnya terasa panas, diam-diam ia merayap keluar dari balik rerumputan, mendaki hingga jauh dari jalan, lalu lari sekencang-kencangnya menuruni gunung. Setelah beberapa kali berbelok, ia berpaling, namun ia tak lagi dapat melihat lereng gunung yang tinggi itu, lalu ia berbalik dan berjalan menuju ke utara. Ia berlari-lari di jalan sambil mendengarkan dengan seksama apakah di depan ada orang, setelah berjalan sepuluh li lebih, sekonyong-konyong dari sebelah kiri lereng ia mendengar seseorang mengomel, "Linghu Chong itu seorang bajingan, tapi kau masih saja membelanya!"
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Terjemahan 天井 (tian jing) yang berarti ruang atau halaman terbuka di tengah rumah (courtyard).
[2] Perwira berpangkat di atas prajurit tapi di bawah seorang mayor.
[3] Perak atau emas lantakan berbentuk perahu yang dipakai sebagai uang di China kuno.
[4] Sekarang sama dengan putonghua atau Bahasa Mandarin.
[5] Nama lain dari Propinsi Fujian.