Pendekar Hina Kelana Bab 16 - Menuang Darah
<< Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>
Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana
oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Smiling Proud Wanderer Jilid 2
Bab XVI MENUANG DARAH
Bagian Pertama
Di tengah suara riuh omong kosong Enam Dewa Lembah Persik, kapal itu melepaskan tali tambatan dan mengangkat sauh, lalu berlayar ke arah hilir Sungai Kuning. Ketika fajar mulai menyingsing, kabut pagi masih belum menghilang, di permukaan sungai kabut menyelimuti ombak yang bergejolak sejauh pandangan mata, sehingga pikiran terasa bebas lepas.
Setelah kurang dari separuh shichen berlalu, matahari perlahan-lahan terbit, sinarnya bagai ular emas yang meliuk-liuk di permukaan air. Tiba-tiba terlihat sebuah perahu kecil yang membentangkan layarnya dan berlayar mendekat. Saat itu angin timur bertiup dengan kencang, layar hijau kebiruan perahu kecil itu terkembang tertiup angin dan perahu itu berlayar melawan arus sungai. Di layar itu tertera gambar kaki manusia berwarna putih, ketika perahu berlayar, terlihat bahwa kaki itu langsing dan cantik, jelas kaki seorang wanita.
Para murid Huashan ramai membicarakannya, "Kenapa ada gambar kaki di layarnya? Sungguh aneh!" Dewa Cabang Persik berkata, "Kemungkinan besar ini adalah kapal Sepasang Beruang Gurun Utara. Aiyo, Nyonya Yue, Nona Yue, kalian ibu dan anak harus berhati-hati, orang yang berada di kapal itu jelas mengatakan ingin makan kaki perempuan". Yue Lingshan mencibir, namun dalam hati tak bisa tidak ia merasa agak jeri.
Kapal kecil itu berlayar ke depan mereka, dari kapal sayup-sayup terdengar suara nyanyian. Suara nyanyian itu lembut, namun liriknya aneh, tak sepatah katapun dapat dimengerti, namun nadanya begitu intim secara tak pantas, sama sekali tak seperti nyanyian, melainkan seperti desahan atau erangan. Suara nyanyian berubah, seperti suara lelaki dan perempuan yang sedang asyik-masyuk dengan sangat riang tak terkendali. Para murid Perguruan Huashan yang masih muda mau tak mau wajahnya menjadi merah padam.
Nyonya Yue memaki, "Setan alas macam apa mereka itu?"
Dari perahu kecil itu sekonyong-konyong terdengar suara centil seorang wanita, "Apa Tuan Muda Linghu Chong dari Perguruan Huashan ada di atas kapal?" Nyonya Yue berkata, "Chong er, jangan perdulikan dia!" Perempuan itu berkata, "Kami ingin melihat tampang Tuan Muda Linghu, boleh atau tidak?" Suaranya begitu merdu dan menawan sehingga membuat hati orang terguncang.
Terlihat seorang perempuan melompat keluar dari kabin perahu, lalu berdiri di haluan kapal, ia memakai baju dan celana yang terbuat dari kain katun biru berkembang-kembang putih, dada sampai kakinya ditutup dengan sebuah celemek yang penuh sulaman, warna-warninya sangat indah, berwarna hijau keemasan, dari telinganya tergantung anting-anting emas besar yang ukurannya sebesar mulut cawan arak. Perempuan itu berumur kira-kira duapuluh tiga atau empat tahun, kulitnya agak kekuningan, sepasang matanya amat besar, sehitam dua titik lak hitam, ujung ikat pinggangnya yang warna-warni tertiup angin kencang ke depan, namun kedua kakinya telanjang. Walaupun gadis itu amat menawan, namun karena mereka mendengar suaranya terlebih dahulu sebelum melihat rupanya, mereka merasa bahwa suaranya lebih jauh lebih mempesona dari wajahnya. Seulas senyum terkembang di wajah perempuan itu, kalau melihat dandanannya, ia pasti bukan seorang wanita Han.
Dalam sekejap, kapal yang ditumpangi para murid Perguruan Huashan yang sedang menghiliri sungai akan berbenturan dengan perahu kecil itu, namun perahu kecil itu berbelok, mengubah haluannya, lalu menggulung layarnya dan berlayar di sisi kapal.
Yue Buqun tiba-tiba teringat sesuatu, ia bertanya, "Apakah nona ini adalah bawahan Ketua Lan dari Sekte Lima Dewi dari Yunnan?"
Gadis itu tertawa cekikikan, lalu berkata denagn lembut, "Ternyata pandangan matamu boleh juga, tapi tebakanmu hanya separuh benar. Aku memang berasal dari Sekte Lima Dewi dari Yunnan, tapi aku bukan bawahan Ketua Lan".
Yue Buqun melangkah ke di haluan kapal lalu menjura, "Aku Yue Buqun, mohon beritahukan marga nona yang mulia, karena nona telah datang berkunjung ke sungai ini, petunjuk apakah yang hendak nona berikan padaku?" Perempuan itu tertawa, "Aku perempuan Miao, aku tak paham bahasamu yang berbunga-bunga. Ulangi perkataanmu". Yue Buqun berkata, "Mohon supaya nona memberitahukan margamu". Nona itu tertawa, "Kau sudah tahu sebelumnya aku marga apa, tapi masih bertanya juga". Yue Buqun berkata, "Aku tak tahu nona marga apa, oleh karena itu aku mohon petunjuk". Nona itu tertawa, "Kau sudah begitu tua, janggutmu saja sudah sepanjang ini, jelas-jelas tahu aku marga apa, tapi masih pura-pura tak tahu". Perkataannya itu agak tak sopan, namun ia mengatakannya sambil tersenyum manis, raut wajahnya ramah dan sama sekali tak mengandung rasa permusuhan. Yue Buqun berkata, "Nona mengolok-olok aku". Perempuan itu berkata sambil tersenyum, "Ketua Yue, apa margamu?"
Yue Buqun berkata, "Nona tahu aku bermarga Yue, tapi masih bertanya walaupun sudah mengetahui jawabannya". Nyonya Yue mendengar nada bicara perempuan itu main-main, maka ia berkata dengan lirih, "Tak usah perdulikan dia". Yue Buqun menaruh tangannya di belakang punggungnya dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali untuk memberi isyarat pada Nyonya Yue supaya ia tak banyak bicara.
Dewa Cabang Persik berkata, "Tuan Yue mengoyang-goyangkan tangannya di belakang punggungnya, apa maksudnya? Hmm, Nyonya Yue menyuruh dia untuk tak memperhatikan perempuan itu, tapi setelah Tuan Yue melihat bahwa perempuan itu cantik dan genit, ia sengaja tak menuruti perkataan istrinya, dan tak bisa tak memperhatikan dia".
Perempuan itu tersenyum, "Banyak terima kasih! Katamu aku cantik dan ge......genit, kami perempuan Miao, mana bisa lebih cantik dari nona-nona dan nyonya-nyonya bangsa Han kalian?" Nampaknya ia tidak tahu bahwa kata "genit" mengandung arti yang kurang baik, begitu mendengar orang memuji kecantikannya, wajahnya kontan berseri-seri kegirangan. Ia berkata pada Yue Buqun, "Kau sudah tahu aku marga apa, kenapa masih bertanya lagi padahal kau sudah tahu jawabannya?"
Dewa Cabang Persik berkata, "Kalau Tuan Yue tidak mendengarkan perkataan istrinya, apa akibatnya?" Dewa Bunga Persik berkata, "Akibatnya pasti tidak baik". Dewa Cabang Persik berkata, "Tuan Yue dijuluki 'Pedang Budiman', tapi sebenarnya dia bukan seorang budiman, dia sudah tahu gadis itu marga apa, tapi masih terus bertanya saja walaupun sudah tahu jawabannya, ia cuma asal bicara saja supaya ia bisa tetap berbicara dengannnya".
Yue Buqun merasa amat jengah mendengar perkataan Enam Dewa Lembah Persik itu, ia pikir kalau mulut keenam orang itu tidak disumbat, entah perkataan tak enak apa lagi yang akan mereka lontarkan, bagaimana kalau sampai terdengar oleh para murid lelaki dan perempuan? Namun ia tak menanggapi mereka dengan serius dan segera menjura ke arah perempuan itu seraya berkata, "Mohon sampaikan hormat kami pada Ketua Lan, Yue Buqun dari Perguruan Huashan berharap agar beliau selalu dalam keadaan baik".
Perempuan itu membuka matanya lebar-lebar, kedua biji matanya berputar-putar hingga putihnya kelihatan, wajahnya nampak terkejut, lalu ia bertanya, "Kenapa kau menyebut aku sebagai 'beliau'? Apa aku sudah tua sekali?"
Yue Buqun sangat terkejut, ia berkata, "Nona......kau.....kau adalah ketua Sekte Lima Dewi......Ketua Lan....."
Ia tahu bahwa Sekte Lima Dewi adalah kelompok yang sangat kejam dan ganas, "Lima Dewi" hanyalah sebutan sopan, kalau orang dunia persilatan diam-diam membicarakan mereka, semua menyebut mereka Sekte Lima Racun. Sebenarnya lebih dari seratus tahun yang lalu, kelompok ini memang benar-benar disebut Sekte Lima Racun, pendiri dan tokoh-tokoh penting sekte itu semuanya adalah orang Miao dari sekitar Yunnan, Guizhou, Sichuan dan Hunan. Belakangan ada beberapa orang Han yang masuk ke dalam sekte itu, menurut mereka "Lima Racun" adalah nama yang tidak anggun, lalu mereka mengubahnya menjadi "Lima Dewi". Sekte Lima Dewi ini pandai menggunakan hawa beracun yang keluar dari rawa, serangga berbisa dan racun, mereka dapat disejajarkan dengan 'Perkumpulan Seratus Obat', yang satu menjagoi di utara, sedangkan yang satu lagi di selatan. Para anggota Sekte Lima Dewi kebanyakan orang Miao, tipu muslihat mereka dalam menggunakan racun tak sehebat Perkumpulan Seratus Obat, namun racun mereka sangat aneh dan sukar dibayangkan. Menurut kabar yang tersiar di dunia persilatan, kalau Perkumpulan Seratus Obat meracuni orang, walaupun sukar dihindarkan, namun setelah terkena racun, orang masih dapat menyelidiki cara bekerjanya, sehingga akhirnya dapat diketahui penyebabnya. Namun setelah terkena racun Sekte Lima Racun, walaupun si peracun menjelaskannya dengan terperinci, namun orang masih akan sukar mempercayainya karena begitu aneh dan tak dapat dimengerti dengan pemikiran biasa.
Perempuan itu berkata sembari tersenyum, "Aku memang Lan Fenghuang, masa kau belum tahu? Aku beritahu kau, aku anggota Sekte Lima Dewi, bukan bawahan Ketua Lan. Di Sekte Lima Dewi, selain Lan Fenghuang seorang, mana ada orang lain yang bukan bawahan Lan Fenghuang?" Sambil berkata ia tertawa cekikikan.
Enam Dewa Lembah Persik bertepuk tangan dan serentak berkata, "Tuan Yue memang benar-benar bodoh, orang sudah memberitahunya dengan jelas, tapi dia masih tak mengerti".
Yue Buqun tahu bahwa ketua Sekte Lima Racun bermarga Lan, mendengar dia berkata demikian, ia sekarang tahu bahwa namanya Lan Fenghuang, melihat dandanannya yang berwarna-warni, ia memang mirip seekor burung hong[1]. Pada zaman itu, nama gadis Han dari keluarga baik-baik biasanya disembunyikan sampai ia bertunangan atau menikah, ketika keluarga suami menjalankan adat "bertanya nama", namanya baru dapat diberitahukan. Walaupun orang di dunia persilatan tak terlalu terikat pada adat istiadat, namun mereka juga tidak akan sembarangan menyebut nama seorang nona. Tak nyana gadis Miao ini malah mengatakannya di depan umum di tengah Sungai Kuning ini dengan tak sedikitpun malu-malu. Walaupun raut wajahnya nampak alami dan santai, suaranya masih tetap amat mempesona. Walaupun ia masih berusia dua puluh tahun lebih, namun ia telah dapat mengetuai sebuah kelompok terkenal, sehingga membuat orang tercengang.
Yue Buqun menjura seraya berkata, "Ternyata Ketua Lan sendiri yang datang berkunjung secara pribadi, si Yue ini mohon maaf atas kelancangannya, entah pelajaran apa yang akan diberikan Ketua Lan padaku?"
Lan Fenghuang tersenyum, "Aku buta huruf, aku bisa memberi pelajaran apa padamu? Maksudmu kaulah yang memberiku pelajaran. Melihat dandananmu yang seperti ini, kau mirip seorang guru sekolah, kau akan mengajariku membaca buku, benar tidak? Aku sangat bodoh, kalian orang Han amat pintar, aku bisa tak bisa belajar menjadi seperti itu".
Yue Buqun berpikir, "Entah dia pura-pura bodoh, atau dia benar-benar tak paham arti kata "memberi pelajaran" itu. Melihat raut wajahnya, nampaknya ia tidak berpura-pura, maka ia berkata, "Ketua Lan, ada urusan apa?"
Lan Fenghuang berkata sambil tersenyum lagi, "Linghu Chong itu adik seperguruan atau muridmu?" Yue Buqun berkata, "Muridku". Lan Fenghuang berkata, "Hmm, bolehkan aku melihat-lihat dia?" Yue Buqun berkata, "Muridku itu sedang sakit, pikirannya belum terang, di tengah Sungai Kuning ini, tak pantas baginya untuk menyampaikan hormatnya pada ketua".
Lan Fenghuang membelalakkan sepasang matanya yang bulat sambil berkata dengan heran, "Menyampaikan hormatnya? Aku tak ingin dia menghormat padaku, dia bukan bawahanku di Sekte Lima Dewi, untuk apa dia memberiku hormat? Lagipula, dia......hihihi.....dia sahabat seseorang, kalau dia ingin memberiku hormat, aku tak berani menerimanya. Kabarnya dia telah memotong nadi sehingga mengeluarkan darahnya sendiri sebanyak dua mangkuk untuk diminumkan pada putri Lao Touzi, sehingga nyawa nona itu dapat diselamatkan. Orang yang penuh cinta dan bertekad bulat seperti ini sangat dikagumi kami perempuan Miao, oleh karena itu kami ingin melihatnya".
Yue Buqun mengumam, "Ini......ini......" Lan Fenghuang berkata, "Ia terluka, aku tahu itu, karena telah mengeluarkan begitu banyak darah. Tak usah kau suruh dia keluar, aku sendiri yang akan masuk". Yue Buqun cepat-cepat berujar, "Aku tak berani merepotkan ketua yang mulia".
Lan Fenghuang tertawa cekikikan, lalu berkata, "Yang mulia apa?" Dengan enteng ia melompat ke haluan kapal yang ditumpangi para murid Perguruan Huashan.
Yue Buqun melihat bahwa gerakannya lincah, namun ia tak melihat bahwa ia mempunyai ilmu silat yang luar biasa. Ia segera mundur dua langkah kebelakang untuk menghadang di depan pintu kabin kapal, dalam hati ia merasa amat jengah. Ia tahu bahwa biasanya Sekte Lima Racun amat sukar dihadapi, keahlian meracun mereka sangat hebat, dan mereka bisa datang dan pergi sesuka hati bagai bayangan. Kalau harus bertarung dengan sekte sesat seperti ini, tak cukup hanya dengan menggunakan kemampuan ilmu silat atau senjata saja, mula-mula ia bersikap sangat sopan pada Lan Fenghuang karena hal ini; ia ingat dua anggota Perkumpulan Seratus Racun itu kemarin malam berkata bahwa mereka membuntuti Perguruan Huashan karena diperintah oleh seseorang, orang-orang yang sejenis cenderung berkumpul, kemungkinan besar mereka telah menerima perintah Sekte Lima Racun. Tapi untuk apa Sekte Lima Racun membuat susah Perguruan Huashan? Sekte Lima Racun adalah sebuah kelompok besar di dunia persilatan, kekuatan mereka besar, kalau sang ketua sampai datang secara pribadi, seharusnya ia tidak menghadangnya, tapi ia benar-benar merasa was-was kalau harus membiarkan seseorang yang sekujur tubuhnya penuh berbagai racun aneh seperti ini masuk ke kabin. Ia terus menghadang seraya berseru, "Chong er, Ketua Lan ingin menemuimu, cepat keluar untuk menemuinya". Ia berpikir bahwa paling baik kalau Linghu Chong menemuinya di haluan kapal saja.
Linghu Chong telah kehilangan banyak darah, pikirannya belum terang, walaupun ia telah mendengar sang guru berteriak, ia hanya bisa menjawab dengan pelan, "Baik, baik!" Ia baru saja bergerak sedikit, namun jatuh terduduk dan tak bisa bangkit lagi.
Lan Fenghuang berkata, "Kabarnya lukanya sangat parah, untuk apa keluar? Angin sungai sangat kencang, kalau ia sampai masuk angin hal ini tak dapat dibuat main-main. Aku akan masuk untuk menemuinya". Sambil berbicara ia melangkah masuk ke pintu kabin. Setelah ia mengambil beberapa langkah hingga hanya berjarak empat chi dari Yue Buqun, Yue Buqun mencium harum bunga yang amat semerbak, mau tak mau ia terpaksa sedikit memiringkan tubuhnya sehingga Lan Fenghuang dapat masuk ke kabin kapal.
Di luar kabin, Lima Dewa Lembah Persik duduk bersila, sedangkan Dewa Biji Persik berbaring di atas ranjang. Lan Fenghuang tersenyum, "Apa kalian Enam Dewa Lembah Persik? Aku ketua Sekte Lima Racun, kalian Enam Dewa Lembah Persik. Kita semua adalah dewa, kita semua bersaudara". Dewa Akar Persik berkata, "Belum tentu juga, kami adalah dewa asli, sedangkan kau dewa palsu". Dewa Batang Persik berkata, "Kalaupun kau benar-benar dewa sungguhan, kami adalah enam dewa, lebih banyak seorang dari kalian". Lan Fenghuang berkata sambil tersenyum, "Kalau kami ingin punya lebih banyak dewa dari kalian itu gampang". Dewa Daun Persik berkata, "Bagaimana kalian bisa menambah seorang dewa lagi? Apa sekte kalian akan berubah namanya menjadi Sekte Tujuh Dewi?" Lan Fenghuang berkata, "Kami cuma punya lima dewi, tak punya tujuh dewi. Tapi kalau kalian berubah dari enam dewa menjadi empat dewa, bukankah jumlah kami akan lebih banyak seorang dari kalian?" Dewa Daun Persik berkata dengan gusar, "Kalau kalian ingin mengubah Enam Dewa Lembah Persik menjadi empat, bukankah itu berarti kalian ingin membunuh kami berdua?" Lan Fenghuang tersenyum, "Aku bisa membunuh kalian, tapi juga bisa tak membunuh kalian. Kabarnya kalian adalah sahabat Tuan Muda Linghu, maka aku tak akan membunuh kalian. Tapi kalian tak boleh menyombongkan diri dan berkata bahwa jumlah dewa kalian lebih banyak dari Sekte Lima Dewi kami". Dewa Batang Persik berkata, "Kalau kami masih tetap menyombongkan diri, kau mau apa?"
Dalam sekejap, Dewa Akar, Dewa Batang, Dewa Daun dan Dewa Bunga berempat telah memegang kaki dan tangannya, ketika mereka baru saja akan mengangkatnya, tiba-tiba mereka serentak berseru kaget dan melepaskan pegangan mereka. Setiap orang lalu membuka telapak tangan masing-masing, ketika mereka melihat benda yang berada di gengaman mereka, wajah mereka menunjukkan rasa takut yang luar biasa.
Ketika Yue Buqun melihatnya, mau tak mau bulu romanya berdiri, punggungnya lantas bermandi keringat dingin. Ia melihat bahwa di genggaman Dewa Akar Persik dan Dewa Cabang Persik berdua masing-masing terdapat seekor kelabang besar berwarna hijau, sedangkan di genggaman Dewa Daun Persik dan Dewa Bunga Persik terdapat seekor laba-laba berwarna-warni. Tubuh keempat binatang berbisa itu penuh rambut panjang, sehingga membuat orang yang melihatnya ingin muntah. Keempat makhluk berbisa itu perlahan-lahan bergetar, namun sama sekali tak mengigit keempat dewa lembah persik itu. Kalau mereka sudah mengigit, akibatnya sudah jelas, dan mereka tak akan membuat orang begitu takut lagi, justru karena mereka belum mengigit, mereka membuat Enam Dewa Lembah Persik sama sekali tak berani berkutik.
Lan Fenghuang mengibaskan tangannya dengan enteng, dan keempat makhluk berbisa itu lantas menghilang tak terlihat lagi, namun tak ada yang tahu dimana mereka disembunyikan di dalam tubuhnya. Ia tak lagi memperdulikan Enam Dewa Lembah Persik dan melangkah ke depan. Enam Dewa Lembah Persik ketakutan setengah mati dan tak berani banyak bicara.
Linghu Chong dan para murid lelaki Perguruan Huashan lain berada di dalam kabin. Saat itu penyekat dari papan diatara kabin depan dan belakang telah ditutup, Nyonya Yue dan para murid perempuan telah masuk ke kabin belakang.
Pandangan mata Lan Fenghuang berpindah-pindah mengamati wajah setiap orang, lalu ia melangkah ke depan ranjang Linghu Chong dan berkata dengan lirih, "Tuan Muda Linghu, Tuan Muda Linghu!" Suaranya amat lembut, orang lain yang mendengarnya merasa jiwanya bergolak, seakan gadis itu sedang memanggil dirinya sehingga mau tak mau ia menjawab. Setelah ia memanggil dua kali, wajah kebanyakan murid lelaki menjadi merah padam dan sekujur tubuh mereka gemetar.
Linghu Chong perlahan-lahan membuka matanya dan berkata dengan lirih, "Kau......kau siapa?" Lan Fenghuang berkata dengan lembut, "Aku adalah teman sahabatmu, jadi aku juga temanmu". Linghu Chong mendehem, lalu menutup matanya. Lan Fenghuang berkata, "Tuan Muda Linghu, walaupun kau telah kehilangan banyak darah, tapi kau tak usah takut, kau tak akan mati". Linghu Chong bingung, ia sama sekali tak menjawab.
Lan Fenghuang mengangsurkan tangannya ke dalam selimut Linghu Chong dan menarik tangan kanan Linghu Chong keluar, lalu memeriksa denyut nadinya. Ia mengerenyitkan dahinya, lalu tiba-tiba ia menjulurkan kepalanya keluar kabin, bersiul dan mengumamkan beberapa kata-kata yang tidak dimengerti oleh semua orang yang ada di kabin itu.
Tak berapa lama kemudian, empat wanita Miao masuk, mereka semua berusia delapan atau sembilan belas tahun dan memakai pakaian katun biru kembang-kembang, pinggang mereka dililit ikat pinggang bersulam, tangan mereka membawa kotak dari anyaman bambu sebesar delapan cun.
Yue Buqun sedikit mengerutkan dahinya, ia berpikir bahwa benda yang dibawa anggota Sekte Lima Dewi itu tak mungkin sesuatu yang baik. Di tubuh Lan Fenghuang seorang saja tersembunyi tak sedikit kelabang dan laba-laba, dan juga segala macam makhluk yang mengerikan. Keempat perempuan Miao yang dengan beraninya mengusung peti-peti ke atas kapal jangan-jangan akan membuat kekacauan di kolong langit ini, namun karena lawan belum menunjukkan sikap bermusuhan, maka ia juga belum turun tangan untuk menghadang mereka.
Keempat perempuan Miao itu melangkah ke hadapan Lan Fenghuang, lalu membisikkan beberapa perkataan. Lan Fenghuang mengangguk, lalu keempat gadis itu membuka peti mereka. Semua orang merasa sangat ingin tahu, mereka tak sabar untuk melihat benda aneh apa yang terdapat di dalam peti-peti itu, hanya Yue Buqun yang telah menyaksikan makhluk-makhluk beracun berbulu di genggaman empat dewa Lembah Persiklah yang tidak ingin melihatnya untuk seumur hidupnya.
Dalam sekejap, terjadilah sesuatu yang sangat aneh.
Terlihat keempat wanita Miao itu menyingsingkan lengan baju mereka hingga lengan mereka yang seputih salju terlihat, lalu mereka menggulung kaki celana mereka, hingga lutut mereka kelihatan. Ketika melihatnya, semua murid lelaki Perguruan Huashan tercengang, jantung mereka berdebar-debar.
Yue Buqun diam-diam berseru, "Aiyo, celaka! Wanita-wanita aliran sesat ini hendak menggunakan ilmu sihir, menggunakan nafsu birahi untuk menggoda murid-murid kita. Suara Lan Fenghuang ini sudah begitu cabul, kalau setelah itu ia memakai guna-guna, para murid pasti tak punya kekuatan untuk melawannya". Mau tak mau ia mengenggam gagang pedangnya, ia berpikir bahwa kalau para murid Sekte Lima Dewi itu membuka baju hingga tubuh mereka terlihat dan memakai guna-guna, ia terpaksa harus menghunus pedang untuk menghadapi mereka.
Setelah keempat perempuan Miao itu menggulung lengan baju dan kaki celana mereka, Lan Fenghuang juga perlahan-lahan menggulung kaki celananya.
Yue Buqun mengedipkan matanya pada para muridnya supaya mereka mundur keluar kabin, agar mereka tak terkena guna-guna, namun hanya Lao Denuo dan Shi Daizhi berdua yang terlihat melangkah keluar, sisanya kalau sama sekali tak bergerak, setelah mundur beberapa langkah, malah kembali ke tempat semula. Yue Buqun mengumpulkan qinya di dantian dan mengerahkan Ilmu Awan Lembayung hingga warna ungu muncul di wajahnya. Ia berpikir bahwa Sekte Lima Racun telah menduduki daerah selatan selama lebih dari dua ratus tahun, reputasi mereka yang menyeramkan tentunya bukan didapat hanya dengan kebetulan saja, mereka pasti memiliki ilmu hitam yang luar biasa ganas dan lihai. Kali ini sang ketua sekte sendiri yang melancarkan ilmu hitamnya, hal ini tak dapat dipandang remeh, kalau ia tak melindungi pikirannya dengan ilmu sakti, jangan-jangan kalau lengah sedikit saja, ia akan terkena pengaruhnya. Perempuan-perempuan Miao itu telanjang bulat tanpa mengenal rasa malu, kalau setelah terkena racun jahat ia kehilangan nyawanya, apa boleh buat, namun jangan-jangan pikirannya akan menjadi kacau hingga ia mempermalukan dirinya sendiri. Nama besar Perguruan Huashan dan sang Pedang Budimanpun akan hancur lebur dan tak dapat diselamatkan lagi.
Keempat gadis Miao itu terlihat mengambil sebuah sesuatu dari dalam peti bambu mereka, sesuatu itu mengeliat-geliat, nampaknya ia memang seekor cacing berbisa. Keempat gadis Miao itu lantas meletakkan cacing-cacing berbisa itu di tangan dan kaki mereka yang telanjang hingga binatang berbisa itu menempel dan sama sekali tak jatuh. Yue Buqun memusatkan pandangannya dan menyadari bahwa makhluk itu bukan cacing berbisa, melainkan lintah penghisap darah yang banyak dijumpai di air, namun kalau dibandingkan dengan lintah biasa, mereka dua kali lebih besar. Keempat gadis Miao itu mengambil seekor lintah, lalu seekor lagi. Lan Fenghuang juga mengeluarkan lintah-lintah satu demi satu dari peti bambu gadis-gadis Miao itu, lalu menaruhnya di lengan dan kakinya. Tak lama kemudian, tangan dan kaki mereka berlima telah dipenuhi lintah, setidaknya lebih dari seratus ekor.
Semua orang yang melihatnya tercengang, mereka tak tahu permainan aneh apa yang sedang dilakukan oleh kelima orang itu. Ketika Nyonya Yue yang berada di kabin belakang mendengar orang-orang di kabin tengah berteriak, "Ah!, Oh!", dengan penuh rasa heran, ia tak dapat menahan diri untuk membuka papan penyekat. Ketika ia melihat keadaan kelima gadis Miao itu, "Ah!", mau tak mau ia berteriak kaget.
Lan Fenghuang tersenyum, "Jangan takut, mereka tak akan mengigitmu. Kau......kau istri Tuan Yue, ya? Katanya ilmu pedangmu hebat, benar tidak?"
Nyonya Yue memaksakan diri untuk tersenyum, namun sama sekali tak menjawab. Ketika Lan Fenghuang bertanya apakah ia istri Tuan Yue, perkataannya terlalu kasar, lalu dia juga bertanya apa ilmu pedangnya hebat, kalau pertanyaan ini diajukan oleh orang lain, walaupun seorang lawan yang menyimpan rasa permusuhan, Nyonya Yue akan menjawab dengan rendah hati, namun Lan Fenghuang ini jelas tak mengerti kebiasaan orang Han. Kalau Nyonya Yue berkata bahwa ilmu pedangnya hebat, ia akan bersikap angkuh, akan tetapi kalau ia mengatakan bahwa ilmu pedangnya tidak bagus, gadis itu mungkin akan mengiranya mengatakan hal yang sebenarnya, lalu menganggap rendah dirinya, maka ia tidak menjawab.
Lan Fenghuang juga tidak bertanya lagi dan hanya berdiri dengan tenang saja. Yue Buqun berjaga-jaga dengan penuh perhatian, kalau kelima gadis Miao itu melakukan suatu gerakan yang aneh, ia siap menyerang. Untuk menangkap pencuri, harus menangkap pemimpinnya dahulu, maka ia bersiap untuk pertama-tama menyerang Lan Fenghuang. Di dalam kabin kapal itu tak seorangpun angkat bicara. Hanya terdengar suara napas berat para murid lelaki Perguruan Huashan. Setelah beberapa lama, terlihat tubuh lintah-lintah yang menempel di lengan dan kaki kelima gadis Miao itu mengelembung, warna kemerahan yang samar-samar nampak pada tubuh mereka.
Yue Buqun tahu bahwa apabila lintah menempel pada kulit manusia atau binatang, mereka akan menempel erat-erat dengan penghisap yang berada di mulut mereka, dan begitu mereka menghisap darah segar, mereka tak akan melepaskan diri sampai kenyang. Pada saat lintah menghisap darah, makhluk yang dihisapnya tak banyak merasakan apa-apa, hanya agak kebas atau gatal saja. Ketika petani membajak sawah, lintah sering menempel di kakinya dan menghisap darah yang tidak sedikit, namun sang petani tidak tahu. Diam-diam ia berbicara pada dirinya sendiri, "Untuk apa wanita-wanita iblis ini memakai lintah untuk menghisap darah? Kemungkinan besar murid-murid Sekte Lima Dewi ini sedang memakai ilmu sihir, sehingga harus memakai darah mereka sendiri. Sepertinya setelah lintah-lintah ini kenyang menghisap darah, mereka akan mengerahkan guna-guna mereka".
Terlihat Lan Fenghuang dengan lembut membuka selimut berisi kapas yang menutupi tubuh Linghu Chong, mencabut seekor lintah yang sudah kenyang menghisap darah dari lengannya, lalu menaruhnya di pembuluh darah leher Linghu Chong.
Nyonya Yue sangat khawatir kalau Lan Fenghuang melukai Linghu Chong, dengan cemas ia berkata, "Hei, apa yang kau lakukan?" Ia menghunus pedang dan melompat ke kabin tengah.
Yue Buqun menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata, "Jangan tergesa-gesa, tunggu dulu".
Nyonya Yue memegang pedangnya erat-erat, pandangan matanya tak beralih dari Lan Fenghuang dan Linghu Chong berdua.
Lintah itu telah mengigit pembuluh di leher Linghu Chong, lalu menghisap darah. Dari saku dadanya, Lan Fenghuang mengambil sebuah buli-buli porselen, membuka tutupnya, menjulurkan kelingking kirinya yang kukunya tajam untuk mengambil bubuk putih dari buli-buli itu, lalu menaburkannya ke lintah. Keempat gadis Miao membuka baju Linghu Chong, menggulung lengan baju dan kaki celananya, mencabuti lintah-lintah di tubuh mereka satu persatu, dan menaruhnya di pembuluh-pembuluh darah di dada, perut, kaki dan tangan Linghu Chong. Tak lama kemudian, lebih dari seratus ekor lintah itu telah menempel dengan erat di tubuh Linghu Chong. Lan Fenghuang terus menerus mengambil bubuk obat dan menaburkannya ke setiap ekor lintah.
Sesuatu keanehan terjadi, ketika lintah-lintah itu menempel di tubuh kelima gadis Miao itu, semakin lama mereka menghisap darah, tubuh mereka makin gemuk, namun sekarang mereka perlahan-lahan mengkerut.
Yue Buqun tiba-tiba sadar apa yang sedang terjadi, ia menghela napas panjang sambil berpikir, "Ternyata mereka sedang memindahkan darah dengan menggunakan lintah sebagai perantaranya, darah mereka berlima dimasukkan ke dalam tubuh Chong er. Bubuk berwarna putih itu entah dibuat dari bahan apa sehingga dapat memaksa lintah mengeluarkan darah, benar-benar aneh bin ajaib". Setelah ia mengerti hal ini, ia perlahan-lahan mengendurkan jari-jarinya yang tadinya mengenggam gagang pedang erat-erat.
Nyonya Yue juga dengan perlahan menyarungkan pedangnya, senyum terkembang di wajahnya yang tadinya nampak tegang.
Kabin kapal itu masih sunyi senyap, namun suasana tegang seakan akan terjadi pertarungan sengit sudah buyar. Bahkan Enam Dewa Lembah Persikpun amat heran hingga mulut mereka mengangga. Karena mulut mereka berenam mengangga lebar-lebar, mereka tak bisa ribut berdebat lagi.
Tak lama kemudian, "Plok!", seekor lintah yang telah memuntahkan seluruh darah dalam perutnya terjatuh ke geladak kapal, setelah berkelojotan beberapa saat, lintah itupun mati. Seorang gadis Miao memunggutnya, lalu melemparkannya ke tengah sungai lewat jendela. Lintah-lintah itu satu persatu dilemparkan ke tengah sungai, tak sampai sepenanakan nasi kemudian, semua lintah telah dibuang. Wajah Linghu Chong yang tadinya pucat mulai sedikit merona merah. Darah segar yang mula-mula dihisap oleh lebih dari seratus ekor lintah dan dimasukkan ke tubuh Linghu Chong itu jumlahnya lebih dari sebuah mangkuk besar. Walaupun tak dapat mengantikan seluruh darahnya yang telah hilang, namun sudah cukup untuk menyelamatkan nyawanya.
Yue Buqun dan Nyonya Yue saling berpandangan, mereka sama-sama berpikir, "Perempuan Miao ini adalah seorang sesepuh sekte, namun ia tidak segan-segan mengalirkan darahnya sendiri ke dalam tubuh Linghu Chong. Dia dan Chong er belum pernah berjumpa, tentunya ia tidak punya perasaan cinta padanya. Ia mengaku sebagai teman sahabat Chong er, namun kapan Chong er berkenalan dengan seseorang yang mempunyai kekuasaan besar seperti itu?"
Ketika Lan Fenghuang melihat bahwa wajah Linghu Chong telah nampak lebih baik, ia memeriksa denyut nadinya, ia merasakan bahwa denyut nadinya bertambah kuat dan ia merasa senang, tanyanya dengan lembut, "Tuan Muda Linghu, bagaimana perasaanmu?"
Walaupun Linghu Chong tidak sepenuhnya mengerti apa yang telah terjadi, namun ia tahu bahwa wanita ini sedang mengobatinya, ia merasa kekuatannya banyak bertambah, maka ia berkata, "Banyak terima kasih nona, aku......aku sudah jauh lebih baik". Lan Fenghuang berkata, "Menurutmu aku sudah tua belum? Sudah tua sekali, ya?"
Linghu Chong berkata, "Kata siapa kau sudah tua? Tentu saja kau tidak tua. Kalau kau tidak marah, aku akan memanggilmu adik". Lan Fenghuang amat girang, wajahnya lantas menjadi bagai bunga musim semi yang baru mekar, sehingga menambah kecantikannya, sambil tersenyum ia berkata, "Kau benar-benar baik. Tak heran, tak heran, orang yang tak memandang semua lelaki di kolong langit ini bisa seperti ini terhadapmu, jadi......ai......" Linghu Chong tersenyum, "Kalau kau benar-benar menganggapku sangat baik, kenapa kau tak memanggilku 'Kakak Linghu'?" Wajah Lan Fenghuang agak merona merah, lalu ia memanggil, "Kakak Linghu". Linghu Chong berkata, "Adik yang baik, adik yang manis!".
Wataknya bebas dan gampangan, tak memperdulikan hal remeh-temeh, sangat berlainan dengan Yue Buqun yang menganggap dirinya sebagai seorang 'budiman'. Begitu ia sadar, ia tahu bahwa Lan Fenghuang suka mendengar orang lain memujinya muda dan cantik, ketika ia menanyainya dengan terus terang, walaupun usia gadis itu hampir sama dengan dirinya, namun ia lantas memanggilnya adik. Ia berpikir bahwa Lan Fenghuang sudah berusaha keras menyelamatkan dirinya, maka ia harus memujinya untuk membalas budi. Benar saja, begitu mendengarnya, Lan Fenghuang menjadi sangat gembira.
Yue Buqun dan Nyonya Yue mau tak mau mengerutkan dahi, mereka berpikir, "Si Chong er ini konyol dan suka bermain-main, benar-benar sukar disembuhkan. Ping Yizhi berkata bahwa hidupnya tak lebih dari seratus hari lagi, saat ini bahkan sudah kurang dari seratus hari, sudah hampir masuk peti mati, namun begitu sadar ia langsung menggoda perempuan cabul dan sesat seperti ini".
Lan Fenghuang berkata, "Kakak, dalam cara memindahkan darah yang baru kulakukan ini, ada darah beberapa orang yang tak bisa dipindahkan ke dalam tubuhmu, begitu lintah-lintah itu sudah menghisap darah, mereka akan berjatuhan dan itu berarti bahwa darah mereka tak dapat dipindahkan. Kami berlima dipilih dari beberapa ratus orang. Darah dalam tubuh kami dapat diberikan kepada siapa saja. Kakak, kau ingin makan apa? Akan kuambilkan beberapa makanan kecil, kau mau tidak?" Linghu Chong berkata, "Aku tidak ingin makan makanan kecil, aku cuma ingin minum arak". Lan Fenghuang berkata, "Itu gampang, kami punya arak buatan sendiri yang disebut 'Nektar Lima Harta Karun', cobalah". Ia mengucapkan beberapa kata dalam Bahasa Miao yang kedengarannya seperti kicauan burung.
Dua orang gadis Miao menjawab perintah itu dan pergi, dari perahu mereka, mereka mengambil delapan botol arak, begitu mereka membuka sebotol, kapal langsung dipenuhi semerbak wangi bunga dan arak.
Linghu Chong berkata, “Adik yang baik, arakmu ini wangi bunganya sangat keras hingga mengalahkan rasa araknya sendiri. Ini tentunya arak minuman kaum wanita”. Lan Fenghuang tersenyum, “Wangi bunga memang harus keras, kalau tidak arak ini akan berasa amis ular berbisa”. Linghu Chong berkata dengan heran, “Dalam arak ini ada rasa amis ular berbisa?” Lan Fenghuang berkata, “Benar. Kami menyebut arak ini ‘Arak Nektar Bunga Lima Harta Karun’, tentu saja harus mengandung ‘Lima Harta Karun’. Linghu Chong bertanya, “Kenapa disebut ‘Lima Harta Karun’ ?” Lan Fenghuang berkata, “Lima Harta Karun adalah lima macam harta karun dalam kepercayaan kami, coba kau lihat”. Sambil berbicara ia mengambil dua buah mangkuk kosong, lalu menuang isi botol arak ke dalamnya, dengan suara bergemerisik, beberapa benda yang sangat mungil ikut masuk ke dalam mangkuk bersama arak.
Beberapa murid Huashan yang melihatnya langsung menjerit kaget.
Ia mengangsurkan mangkuk arak itu ke hadapan Linghu Chong, terlihat bahwa arak itu amat bening, jernih bagai air dari mata air, dalam arak itu terendam lima ekor makhluk berbisa yang amat kecil, yaitu ular hijau, kelabang, laba-laba, kalajengking, dan juga seekor katak. Linghu Chong terkejut, tanyanya, “Kenapa di dalam arak ada……ada binatang beracun seperti ini?” Lan Fenghuang mendengus, lalu berkata, “Ini adalah Lima Harta Karun, jangan……jangan sembarangan menyebutnya binatang beracun. Kakak Linghu, kau berani minum tidak?” Linghu Chong tersenyum getir dan berkata, “Lima…..Lima Harta Karun ini, membuatku agak takut”.
Lan Fenghuang mengangkat mangkuk itu dan minum seteguk besar arak, lalu berkata sembari tersenyum, “Menurut adat kami orang Miao, kalau kami mengajak seorang teman minum arak atau makan-makan, dan teman itu tidak mau, orang itu bukan kawan sejati”.
Linghu Chong menerima cawan itu, lalu menenggak habis isi cawan arak, termasuk kelima binatang berbisa itu. Walaupun nyalinya besar, namun ia tak berani mengunyahnya.
Lan Fenghuang amat girang, ia memeluk leher Linghu Chong dan mencium pipinya dua kali, hingga gincu di bibirnya meninggalkan dua bekas merah di pipi Linghu Chong. Sambil tersenyum ia berkata, “Ini baru kakak yang baik”. Linghu Chong tersenyum, namun begitu melihat pandangan mata sang guru yang tegas, ia terkejut dan diam-diam berpikir, “Celaka, celaka! Aku telah bertindak gegabah, berbuat onar di depan guru dan ibu guru seperti ini, pasti aku akan kena omel guru. Adik kecil juga akan lebih memandangku rendah lagi”.
Lan Fenghuang membuka sebotol arak lagi, lalu menuangnya ke dalam mangkuk sekaligus bersama kelima ekor hewan berbisa di dalamnya. Ia mengangsurkannya pada Yue Buqun sambil tersenyum, “Tuan Yue, silahkan minum arak”.
Begitu Yue Buqun melihat bahwa di dalam arak terendam kelabang, laba-laba dan binatang berbisa lainnya, ia langsung merasa mual, setelah itu ia mencium bau amis yang samar-samar terdapat di tengah-tengah semerbak wangi bunga, ia makin ingin muntah saja. Ia menjulurkan tangan kirinya untuk mendorong tangan Lan Fenghuang yang memegang mangkuk. Tak nyana Lan Fenghuang sama sekali tak menarik tangannya, Yue Buqun melihat bahwa jari tangan gadis itu menyentuh punggung tangannya, maka ia cepat-cepat menarik tangannya sendiri. Lan Fenghuang tersenyum, lalu berkata, “Kenapa sang guru malah lebih tak punya nyali dari muridnya? Kawan-kawan dari Perguruan Huashan, siapa yang mau minum semangkuk arak ini? Yang minum akan banyak mendapat manfaat”.
Dalam sekejap kapal itu sunyi senyap. Lan Fenghuang mengangkat mangkuk arak itu, namun tak ada yang menyambutnya. Lan Fenghuang menghela napas, lalu berkata, “Di Perguruan Huashan, selain Linghu Chong seorang, tidak ada orang gagah lain”.
Mendadak terdengar seseorang berkata dengan lantang, “Berikan padaku!” Ternyata dia adalah Lin Pingzhi. Ia melangkah ke depan, lalu mengangsurkan tangan untuk menerima mangkuk itu.
Kedua alis Lan Fenghuang terangkat, sambil tersenyum ia berkata, “Ternyata……” Yue Lingshan berseru, “Lin Kecil, kalau kau minum benda-benda yang menjijikkan itu, kalaupun kau tak mati kena racun, setelah itu aku tak akan memperdulikanmu”. Lan Fenghuang mengangsurkan mangkuk ke hadapan Lin Pingzhi sambil tersenyum, “Kau minumlah!” Lin Pingzhi berkata dengan terbata-bata, “Aku……aku tak mau minum”. Ia mendengar Lan Fenghuang tertawa panjang terbahak-bahak, mau tak mau wajahnya menjadi merah padam, katanya, “Aku tak mau minum arak ini, bukan……bukan karena aku takut mati”.
Lan Fenghuang tersenyum, “Aku tahu, kau takut kalau-kalau setelah ini nona yang cantik ini tidak akan memperdulikanmu lagi. Kau bukan pengecut, melainkan seorang lelaki yang sedang dimabuk asmara, hahaha, hahaha”. Ia melangkah ke sisi Linghu Chong dan berkata, “Kakak, sampai berjumpa lagi”. Ia menaruh mangkuk arak di atas meja, lalu melambaikan tangan. Keempat gadis Miao mengambil keenam botol arak yang masih tersisa, lalu mengikutinya keluar dari kapal dan melompat kembali ke perahu kecil.
Terdengarlah suara nyanyian merdu menawan berkumandang di atas air, dengan mengikuti arus air yang mengalir ke timur, sedikit demi sedikit perahu itu menjauh, berada di depan kapal dan akhirnya berlayar pergi.
Yue Buqun mengerutkan dahi, “Buang semua botol dan mangkuk arak ini ke dalam sungai”. Lin Pingzhi menjawab, “Baik!” Ia melangkah ke sisi meja, namun begitu jarinya menyentuh botol arak, hidungnya langsung mengendus bau amis yang aneh, tubuhnya bergoyang-goyang dan tak bisa berdiri tegak, maka ia cepat-cepat bersandar pada meja. Yue Buqun segera sadar, ia berseru, “Botol arak ada racunnya!” Lengan bajunya mengibas, angin keras berkesiuran dimana-mana dan menyapu semua botol serta mangkuk arak di atas meja keluar jendela hingga masuk ke dalam sungai; mendadak ia merasa rasa mual muncul di dadanya dan harus mengerahkan qi kuat-kuat untuk menekannya, terdengar suara seseorang muntah, ternyata Lin Pingzhi telah memuntahkan isi perutnya.
Menyusul terdengar suara orang muntah dari berbagai sisi, semua orang muntah-muntah, bahkan Enam Dewa Lembah Persik dan para pelaut yang berada di buritan juga tak dapat menghindarinya. Setelah menahan rasa mual untuk beberapa lama, akhirnya Yue Buqun tak dapat menahan dirinya lagi dan muntah. Setiap orang muntah-muntah untuk waktu yang lama, walaupun isi perut mereka sudah terkuras habis, namun mereka masih tak bisa berhenti muntah dan mengeluarkan asam lambung. Setelah asam lambung sudah habispun, tenggorokan mereka masih terasa gatal dan perut mereka masih terasa mual. Semua orang merasa bahwa masih jauh lebih enak kalau di dalam perut mereka masih ada sesuatu yang dapat dimuntahkan, daripada muntah-muntah dengan perut kosong seperti ini.
Diantara puluhan orang di kapal itu, hanya Linghu Chong seorang yang tidak muntah.
Dewa Biji Persik berkata, "Linghu Chong, perempuan iblis itu memperlakukanmu secara istimewa, ia telah meminumkan obat penawar padamu". Linghu Chong berkata, "Aku belum minum obat penawar. Apa semangkuk arak beracun itulah penawarnya?" Dewa Akar Persik berkata, "Kenapa tidak? Perempuan iblis itu melihat bahwa kau tampan, lantas jatuh cinta padamu". Dewa Akar Persik berkata, "Menurut aku bukan karena dia tampan, tapi karena dia memuji perempuan iblis itu muda dan cantik, dan juga memanggil dia adik yang manis. Seandainya aku tahu, aku juga akan memuji dia sehingga tak celaka seperti ini". Dewa Bunga Persik berkata, "Bukankah dia masih harus berani minum arak beracun dan menelan lima binatang berbisa itu?" Dewa Daun Persik berkata, "Walaupun dia tak muntah, bagaimana kalau karena ada lima binatang berbisa dalam perutnya, keracunannya malah jauh lebih parah?" Dewa Batang Persik berkata, "Aiyo, celaka! Ketika Linghu Chong minum semangkuk arak beracun itu, kita tak mencegahnya, kalau gara-gara itu Linghu Chong tewas, dan Ping Yizhi tahu, kita harus bagaimana?" Dewa Akar Persik berkata, "Kata Ping Yizhi dia memang sebentar lagi akan mati, kalau dia mati beberapa hari lebih cepat, memangnya kenapa?" Dewa Bunga Persik berkata, "Untuk Linghu Chong tidak apa-apa, tapi buat kita kenapa-kenapa". Dewa Biji Persik berkata, "Itu tak apa-apa, kita bisa kabur jauh-jauh, si Ping Yizhi itu buntak dan pendek kakinya, masa dia bisa mengejar kita?" Enam Dewa Lembah Persik masih mual-mual, namun mereka tak bisa berhenti bicara.
Yue Buqun melihat bahwa pelaut yang mengemudikan kapal masih muntah-muntah tanpa henti hingga kapal yang berada di tengah sungai besar ini oleng ke kiri dan ke kanan, sungguh berbahaya, maka ia segera melompat ke buritan, mengambil alih kemudi dan melayarkan kapal ke tepi selatan. Tenaga dalamnya sangat kuat, setelah beberapa kali mengerahkan qinya, rasa mual di dadanya sedikit demi sedikit menghilang.
Kapal itu perlahan-lahan merapat ke tepian, Yue Buqun melompat ke haluan kapal, lalu mengangkat jangkar besi dan melemparnya ke tepian sungai. Jangkar besi itu beratnya sekitar dua ratus jin lebih, diperlukan dua orang pelaut untuk mengangkatnya. Ketika tukang perahu melihat Yue Buqun yang nampak seperti seorang sastrawan yang lemah lembut tak cuma mengangkat jangkar besi itu, tapi juga melemparkannya sejauh beberapa zhang, mau tak mau ia tercengang. Namun ia tak sempat lama-lama tercengang karena ia lagi-lagi muntah.
Semua orang satu persatu naik ke tepian, berlutut di tepi sungai dan minum banyak air sungai, lalu memuntahkannya, setelah beberapa kali melakukannya, perlahan-lahan mereka berhenti muntah.
Tepian sungai itu sepi dan jauh dari mana-mana, namun di kejauhan di sisi timur nampak barisan rumah-rumah, yaitu sebuah kota kecil. Yue Buqun berkata, "Kapal penuh racun dan tak dapat ditumpangi. Ayo pergi ke kota itu dan kita lihat apa yang dapat kita lakukan". Dewa Batang Persik mengendong Linghu Chong, Dewa Akar Persik mengendong Dewa Biji Persik, dan mereka semuapun pergi ke kota kecil itu.
Sesampainya di kota itu, Dewa Batang Persik dan Dewa Akar Persik mendahului masuk ke sebuah rumah makan, mereka menaruh Linghu Chong dan Dewa Biji Persik di kursi, lalu berteriak, "Ambilkan arak, ambilkan lauk, ambilkan nasi!"
Linghu Chong memandang sekilas ke sekeliling rumah makan, ia melihat seorang pendeta Tao bertubuh pendek kecil, ia adalah ketua Perguruan Qingcheng Yu Canghai, mau tak mau ia tertegun.
Nampaknya ketua Perguruan Qingcheng itu sedang dikepung. Ia duduk di sebelah sebuah meja teh kecil, di atas meja terdapat sepoci arak, sumpit dan tiga piring kecil lauk, dan sebilah pedang yang sudah dikeluarkan dari sarungnya, sinarnya berkilat-kilat. Di sekeliling meja itu terdapat tujuh buah bangku panjang, di atas setiap bangku itu duduk seseorang. Diantara orang-orang itu ada yang lelaki dan ada yang perempuan, wajah mereka nampak bengis. Di atas setiap bangku terdapat sebuah senjata, ketujuh orang itu tak bersuara, mereka memandangi Yu Canghai dengan curiga. Ketua Perguruan Qingcheng itu nampak amat tenang, tangan kirinya mengangkat sebuah cawan arak yang lantas diminumnya, lengan bajunya sama sekali tak bergetar.
Dewa Akar Persik berkata, "Pendeta kerdil itu pasti takut dalam hatinya". Dewa Cabang Persik berkata, "Tentu saja ia takut, tujuh melawan satu, dia tak bakal bisa menang". Dewa Batang Persik berkata, "Kalau dia tak takut, buat apa dia memakai tangan kirinya untuk mengangkat cawan arak, kenapa tak pakai tangan kanan? Tentunya supaya tangan kanannya kosong dan siap mengangkat senjata". Yu Canghai mendengus dan memindahkan cawan arak dari tangan kiri ke tangan kanannya. Dewa Bunga Persik berkata, "Dia mendengarkan perkataan kakak kedua, tapi ia tak berani mengarahkan pandangannya ke arah kakak kedua karena ia takut. Ia tidak takut pada kakak kedua, tapi ia takut kalau pikirannya melantur, ketujuh orang musuh akan bersama-sama menyerang dan ia akan tercabik jadi tujuh potong". Dewa Cabang Persik berkata, "Salah, kalau ketujuh orang itu turun tangan dengan pedang dan golok mereka, si pendeta kerdil akan jadi delapan potong, bukan tujuh potong". Dewa Daun Persik tergelak, "Pendeta kerdil ini aslinya memang sudah pendek dan kecil, kalau tercabik menjadi tujuh potong, bukankah ia akan makin pendek dan kecil lagi?"
Walaupun Linghu Chong punya ganjalan terhadap Yu Canghai, namun karena ia melihat dia sedang dikepung oleh musuh-musuh berat, ia tak ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan, maka ia berkata, "Enam saudara persik, pendeta Tao ini adalah ketua Perguruan Qingcheng". Dewa Akar Persik berkata, "Kalau dia ketua Perguruan Qingcheng memangnya kenapa? Apa dia temanmu?" Linghu Chong berkata, "Aku tak berani menganggap dia teman, dia bukan temanku". Dewa Batang Persik berkata, "Bagus kalau bukan temanmu. Kita akan melihat pertunjukan yang menarik". Dewa Bunga Persik mengebrak meja sambil berteriak, "Cepat ambilkan arak! Si tua ini ingin melihat pendeta kerdil dicabik menjadi sembilan potong sambil minum arak". Dewa Daun Persik berkata, "Barusan ini kau bilang sembilan potong, kenapa sembilan potong?" Dewa Bunga Persik berkata, "Kau lihat biksu peminta-minta itu membawa sepasang golok kepala harimau, dialah yang akan membuat satu potong lagi". Dewa Akar Persik berkata, "Belum tentu. Beberapa orang ini ada yang memakai gada gigi serigala dan tongkat emas, bagaimana bisa dibuat memotong?"
Linghu Chong berkata, "Kita jangan banyak bicara, kita tak membantu kedua belah pihak, jangan menganggu konsentrasi ketua Perguruan Qingcheng Ketua Yu". Enam Dewa Lembah Persik tak lagi berbicara, mereka hanya menyeringai sambil memandangi Yu Canghai. Linghu Chong memperhatikan ketujuh orang yang mengepungnya.
Ia melihat seorang biksu peminta-minta yang rambutnya panjang sebahu, di kepalanya ia memakai sebuah ikat kepala tembaga yang memancarkan sinar berkilauan untuk mengikat rambutnya, di sisinya nampak sepasang golok bulan sabit berkepala harimau. Di sisinya ada seorang nyonya berumur lima puluhan tahun, rambutnya putih dan wajahnya gelap, di sisinya tergeletak sebilah golok pendek yang panjangnya dua chi lebih. Di sebelahnya ada seorang biksu dan seorang pendeta Tao, tubuh biksu itu dibalut oleh jubah biksu yang merah bagai darah, di sisinya tergeletak sebuah mangkuk derma dan gembrengan, keduanya terbuat dari baja murni, pinggiran gembrengan itu sangat tajam, nampaknya sebuah senjata yang sangat lihai; sosok pendeta Tao itu tinggi besar, yang tergeletak di bangku panjang di sisinya ialah sebuah gada gigi serigala bersegi delapan, sepertinya beratnya paling tidak dua jin. Di bangku panjang di sebelah kanan pendeta Tao itu seorang pengemis setengah umur duduk berselonjor, di leher dan bahunya melingkar dua ekor ular hijau, kepala ular-ular itu berbentuk segitiga, lidah mereka keluar masuk tanpa henti. Kedua orang lainnya adalah seorang lelaki dan perempuan, yang lelaki mata kirinya buta, sedangkan yang perempuan mata kanannya buta, di sisi kedua orang itu tersandar dua batang tongkat, tongkat itu memancarkan sinar keemasan yang berkilauan, batang tongkat itu amat tebal, jikalau benar-benar dibuat dari emas murni, beratnya tentu luar biasa. Lelaki dan lerempuan itu usianya empat puluhan tahun, pakaian mereka tak berbeda dengan pakaian kumal lelaki atau perempuan pengembara di dunia persilatan, namun mereka membawa tongkat yang begitu berharga, sungguh aneh. Sinar bengis nampak memancar dari mata pendeta pengemis itu, perlahan-lahan ia mengangsurkan tangannya dan mengenggam gagang goloknya. Pengemis itu mengambil seekor ular dari lehernya dan melilitkannya di lengannya, kepala ular itu mengarah ke Yu Canghai. Nyonya setengah baya itu juga mengambil golok pendeknya. Nampaknya mereka semua akan serentak menyerang.
Yu Canghai tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Mengandalkan jumlah yang banyak untuk menang adalah siasat aliran sesat, kenapa Yu Canghai harus takut?"
Lelaki buta itu berkata, "Marga Yu, kami sama sekali tak ingin membunuhmu". Si perempuan buta berkata, "Benar, kau tinggal menyerahkan Kitab Pedang Penakluk Kejahatan dengan baik-baik, dan kami akan membiarkanmu pergi dengan sangat sopan".
Ketika Yue Buqun, Linghu Chong, Lin Pingzhi, Yue Lingshan dan yang lain-lain mendengar ia tiba-tiba menyebut Kitab Pedang Penakluk Kejahatan, mereka terkejut. Mereka tak menyangka bahwa ketujuh orang itu mengepung Yu Canghai untuk memaksanya menyerahkan Kitab Pedang Penakluk Kejahatan. Keempat orang itu saling berpandangan, mereka semua berpikir, "Apa Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu telah jatuh ke tangan Yu Canghai?"
Nyonya setengah baya itu berkata dengan dingin, "Untuk apa banyak omong dengan si kerdil ini, bunuh dia dulu, baru geledah tubuhnya". Si perempuan buta berkata, "Mungkin dia menyembunyikannya di sebuah tempat yang sepi, kalau kita membunuh dia dan tak bisa menemukan kitab pedangnya, sungguh celaka". Nyonya setengah baya itu mencibir, lalu berkata, "Kalau kita mengeledah dia dan tak menemukannya, tak apa-apa, memangnya kenapa?" Bicaranya tak jelas seperti mendesis, ternyata separuh dari gigi dalam mulutnya sudah hilang. Si perempuan buta berkata, "Marga Yu, aku sarankan padamu supaya kau menyerahkannya dengan baik-baik. Kitab pedang ini bukan milikmu, kitab itu sudah berada di tanganmu selama banyak hari, kau tentunya sudah menghafalnya, untuk apa kau mati-matian menyembunyikannya? Apa gunanya?"
Yu Canghai tak bersuara, ia memusatkan qi di dantiannya dengan penuh konsentrasi.
Tepat pada saat itu, terdengar seseorang tertawa terbahak-bahak dibalik pintu, lalu seseorang yang wajahnya penuh senyuman melangkah masuk.
Orang itu memakai jubah sutra, kepalanya setengah botak, namun bagian kepalanya yang botak licin berkilat-kilat, janggutnya hitam dan tubuhnya gemuk, wajahnya kemerah-merahan dan ekspresinya ramah, tangan kirinya mengenggam sebuah botol zamrud, sedangkan tangan kanannya membawa sebuah kipas lipat yang panjangnya satu chi lebih, dandanannya mewah seperti seorang saudagar kaya. Setelah masuk ke dalam rumah makan, ia terkejut ketika melihat orang-orang itu, senyum di wajahnya langsung menghilang, tapi ia segera tertawa terbahak-bahak, lalu menyoja sambil berkata, "Senang sekali bertemu kalian, senang sekali bertemu kalian! Tak nyana para orang gagah di dunia ini semua berkumpul disini. Aku benar-benar beruntung dapat berjumpa dengan kalian".
Orang ini berkata pada Yu Canghai, "Angin baik apa yang bertiup sehingga ketua Perguruan Qingcheng Ketua Yu datang ke Henan? Aku sudah lama mendengar bahwa Ilmu Pedang Cemara Angin Perguruan Qingcheng tiada tandingannya di dunia persilatan, hari ini sepertinya mata kita akan terbuka". Yu Canghai berkonsentrasi mengerahkan tenaga dalam, ia tak ambil perduli.
Orang ini menyoja kepada lelaki dan perempuan buta itu sambil tersenyum, "Aku sudah lama tak berjumpa dengan 'Sepasang Orang Aneh Tongbai' di dunia persilatan, beberapa tahun belakangan ini nampaknya kalian bertambah makmur saja". Lelaki buta itu tersenyum, "Disini Tuan Youlah yang paling makmur". Orang itu tertawa terbahak-bahak tiga kali berturut-turut, lalu berkata, "Aku ini cuma kelihatannya saja begitu, tapi uang masuk ke tangan kiri, keluar dari tangan kanan, dari julukanku saja orang bisa tahu kalau aku cuma kelihatan bagus di muka saja, tapi kosong melompong di dalam".
Dewa Cabang Persik tak dapat menahan diri untuk bertanya, "Siapa nama julukanmu?" Orang itu memandang ke arah Dewa Cabang Persik, ia melihat bahwa penampilan mereka aneh, namun ia tak tahu darimana mereka berasal, maka ia berkata sambil tersenyum, "Namaku You Xun, julukanku yang tidak sedap didengar ialah 'Si Licin Yang Tak Dapat Dipegang'. Semua orang berkata bahwa aku suka berteman, demi teman, aku bersedia mengeluarkan banyak uang, sama sekali tidak kikir. Walaupun aku memperoleh banyak uang, namun uang tak bisa tinggal di dalam tanganku". Si lelaki buta berkata, "Saudara You ini sepertinya punya julukan lain". You Xun tersenyum, "Benarkah? Masa aku tak tahu?"
Mendadak seseorang berkata dengan dingin, "Belut yang direndam dalam minyak, licin tak dapat dipegang". Suaranya tak jelas, ternyata yang berbicara adalah nyonya yang separuh giginya hilang itu.
Dewa Bunga Persik berkata, "Luar biasa, belut sendiri sudah sangat licin, kalau direndam dalam minyak, siapa yang bisa menangkapnya?"
You Xun tersenyum, "Itu cuma pujian teman-teman di dunia persilatan, memuji ilmu ringan tubuhku yang lincah seperti belut, sebenarnya aku sangat malu, kungfu yang tak ada artinya ini tak patut untuk disebut-sebut. Nyonya Zhang, akhir-akhir ini kau sangat lincah". Sambil berbicara ia menjura dalam-dalam. Nyonya setengah baya itu, Nyonya Zhang, memutar matanya hingga putihnya terlihat, ia berkata dengan lantang, "Kau pintar bersilat lidah, pergilah jauh-jauh". You Xun ini berwatak amat sabar, ia sama sekali tak marah, ia berkata kepada si pengemis, "Pengemis Sakti Sepasang Naga Saudara Yan, kedua naga hijaumu ini makin lama makin gesit dan lincah saja". Pengemis itu bernama Yan Sanxing, julukannya sebenarnya adalah 'Pengemis Jahat Sepasang Ular', namun You Xun dengan sembarangan memanggilnya 'Pengemis Sakti Sepasang Naga', Yan Sanxing yang wataknya keras, begitu mendengarnya, tak bisa menahan senyumnya.
You Xun juga mengenali si biksu pengemis berambut panjang Chou Songnian, biksu Xi Bao dan pendeta Tao Yu Ling, ia mengucapkan beberapa kalimat pujian untuk mereka. Ia terus tertawa dan bercanda, sehingga tak lama kemudian ia berhasil mencairkan suasana yang tegang.
Tiba-tiba terdengar Dewa Daun Persik berkata dengan lantang, "Hei belut yang direndam dalam minyak, kenapa kau tak memuji kepandaian dan kungfu kami enam bersaudara yang hebat?" You Xun tersenyum, "Hal ini......hal ini tentu saja patut dipuji......" Tak nyana bahwa sebelum ia selesai bicara, tangan dan kakinya sudah dipegang oleh Dewa Akar, Dewa Batang, Dewa Cabang dan Dewa Daun berempat, mereka mengangkatnya, namun tidak menggunakan tenaga untuk menariknya.
You Xun cepat-cepat memuji, "Kungfu yang hebat, kepandaian yang luar biasa, sungguh jarang terdapat baik di zaman dahulu maupun zaman sekarang!" Ketika keempat dewa persik mendengar You Xun memuji mereka tiga kali berturut-turut, mereka jadi tak ingin mencabiknya menjadi empat potong. Dewa Akar dan Cabang Persik serentak berkata, "Mengapa kepandaian kami jarang terdapat di zaman dahulu maupun zaman sekarang?" You Xun berkata, "Aku dijuluki 'Si Licin Yang Tak Dapat Dipegang', sebenarnya tak ada orang yang bisa memegangku. Namun kalian berempat begitu menjulurkan tangan langsung bisa menangkapku sehingga sama sekali tidak licin dan dapat dipegang. Kungfu tangan kosong kalian sangat lihai, benar-benar jarang terdapat baik di zaman dahulu maupun zaman sekarang. Setelah ini aku pasti akan menyiarkan nama kalian berenam di dunia persilatan, supaya semua orang di dunia persilatan tahu bahwa di dunia ini terdapat tokoh-tokoh hebat seperti kalian". Dewa Akar Persik dan yang lain-lain amat girang dan segera melepaskannya.
Nyonya Zhang berkata dengan sinis, "Si Licin Yang Tak Dapat Dipegang memang pantas mendapat julukan itu. Bukankah kau baru saja meloloskan diri lagi?" You Xun berkata, "Keenam jago ini kungfunya terlalu hebat hingga membuat orang kagum, sayang sekali aku tak tahu apa-apa, siapakah nama sesepuh berenam?" Dewa Akar Persik berkata, "Kami enam bersaudara, kami disebut 'Enam Dewa Lembah Persik'. Aku Dewa Akar Persik, dia Dewa Cabang Persik". Ia lalu menyebutkan nama-nama keenam saudaranya satu persatu. You Xun bertepuk tangan sambil berkata, "Bagus sekali. Bagus sekali. Julukan 'dewa' ini sangat cocok dengan ilmu silat kalian, bukankah hanya orang-orang yang mempunyai kepandaian kungfu yang begitu hebat hingga dapat melampaui keduniawian dan mencapai kesucian seperti ini yang pantas disebut 'dewa'?" Enam Dewa Lembah Persik amat girang dan serentak berkata, "Kau orang yang cerdas dan punya pandangan yang luas, kau orang yang sangat baik".
Nyonya Zhang memelototi Yu Canghai sambil membentak, "Sebenarnya kau mau menyerahkan Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu atau tidak?"
You Xun berkata, "Aiyo, kalian sedang memperebutkan Kitab Pedang Penakluk Kejahatan? Setahuku, kitab ini tidak berada di tangan Ketua Yu". Nyonya Zhang bertanya, "Apa kau tahu ada di tangan siapa?" You Xun berkata, "Orang ini namanya sangat besar, kalau kukatakan, jangan-jangan kau akan ketakutan". Si biksu pengemis Chen Songnian berkata dengan lantang, "Cepat bicara! Kalau kau tak tahu, pergilah dari sini dan jangan menghalang-halangi kami!" You Xun berkata, "Guru ini tentunya terlalu banyak makan daging babi atau kambing panggang sehingga terlalu panas. Ilmu silatku biasa-biasa saja, tapi aku tahu kabar yang beredar. Rahasia di dunia persilatan sukar untuk disembunyikan dari pandangan dan pendengaranku".
Sepasang Orang Aneh Tongbai, Nyonya Zhang dan yang lain-lain tahu bahwa perkataannya ini tidak dibuat-buat. You Xun ini ingin tahu dan mencampuri segala urusan, tak banyak perisitiwa di dunia persilatan yang tak diketahuinya. Si perempuan buta berkata, "Jangan main tebak-tebakan, ayo cepat bicara!" Nyonya Zhang berkata, "Sebenarnya Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu ada di tangan siapa?"
You Xun menyeringai, lalu berkata, "Kalian tahu julukanku 'Si Licin Yang Tak Dapat Dipegang', uang masuk ke tangan kiri, lantas keluar dari tangan kanan, beberapa hari ini aku sedang jatuh rudin. Kalian semua orang kaya, sehelai bulu yang kalian cabut dari tubuh kalianpun lebih tebal dari kakiku. Aku mendapatkan informasi ini dengan susah payah, benar-benar sebuah kesempatan emas yang jarang terjadi. Kata pepatah, 'Pedang pusaka dihadiahkan untuk sang pahlawan, bedak dan gincu untuk si cantik', informasi penting akan kujual pada si hartawan. Aku bukan sedang main tebak-tebakan tapi sedang menjual informasi".
Nyonya Zhang berkata, "Baik, kita bunuh Yu Canghai dulu, lalu kita paksa si belut You ini bicara. Serang!" Begitu kata 'serang' itu keluar dari mulutnya, terdengarlah suara dentang denting senjata yang saling beradu dengan sangat sebat. Nyonya Zhang bertujuh meninggalkan bangku panjang yang mereka duduki dan melancarkan beberapa jurus dengan senjata mereka terhadap Yu Canghai. Ketujuh orang itu hanya sekali melancarkan serangan, lalu mundur, namun mereka masih mengepung Yu Canghai. Setelah mundur, terlihat darah segar mengalir dari tubuh Biksu Sibao dan Biksu Pengemis Chen Songnian, Yu Canghai telah memindahkan pedangnya ke tangan kiri, jubah yang menutupi bahu kanannya robek-robek, entah terkena serangan gencar siapa.
Nyonya Zhang berseru, "Serang lagi!" Ketujuh orang itu sekali lagi serentak menyerang, dentang denting senjata kembali terdengar, lalu mereka kembali mundur, namun lagi-lagi masih mengepung Yu Canghai.
Terlihat wajah Nyonya Zhang terkena sabetan pedang, sebuah luka panjang nampak dari alis kiri sampai ke dagunya. Lengan kiri Yu Canghai terkena bacokan, tangan kirinya tak bisa menggunakan pedang lagi dan ia memindahkan pedang ke tangan kanannya. Pendeta Yuling mengangkat gada gigi serigalanya sambil membentak, "Ketua Yu, kita berdua sama-sama pengikut Tao, aku sarankan kau menyerah saja". Yu Canghai mendengus dan memakinya dengan suara rendah.
Nyonya Zhang tidak menghapus darah segar di wajahnya, ia mengangkat golok pendeknya dan mengarahkannya ke Yu Canghai sambil berkata, "Sekali......"
Sebelum Nyonya Zhang sempat mengucapkan kata 'lagi', mendadak terdengar seseorang berkata, "Tunggu dulu!" Orang ini menerjang masuk ke dalam kepungan dan berdiri di samping Yu Canghai, lalu berkata, "Kalian bertujuh melawan satu orang, ini sangat tidak adil, lagipula si tua You ini sudah mengatakan bahwa Kitab Pedang Penakluk Kejahatan benar-benar tidak berada di tangan Yu Canghai". Orang ini adalah Lin Pingzhi. Sejak ia melihat Yu Canghai, pandangan matanya tak pernah meninggalkannya barang sekejap, ketika ia melihat kedua lengan Yu Canghai telah terluka, ia tahu kalau Nyonya Zhang dan ketujuh kawannya akan menyerang sekali lagi, Yu Canghai pasti akan tercacah habis. Permusuhannya dengan orang ini sedalam lautan, ia harus membunuhnya dengan tangannya sendiri dan ia tak akan membiarkan orang lain melakukannya, maka ia maju menghadang mereka.
Nyonya Zhang bertanya dengan bengis, "Kau siapa? Kau mau menemani dia mampus?" Lin Pingzhi berkata, "Aku tak ingin menemani dia mati. Aku merasa hal ini tak adil dan ingin berbicara tentangnya. Kita tak usah berkelahi dengannya". Chou Songnian berkata, "Kita bantai saja bocah ini sekalian". Pendeta Yuling berkata, "Siapa kau bocah kurang ajar? Apa kau selalu mencampuri urusan orang?"
Lin Pingzhi berkata, "Aku Lin Pingzhi dari Perguruan Huashan......"
Sepasang Orang Aneh Tongbai, Pengemis Jahat Sepasang Ular dan Nyonya Zhang serentak berseru, "Kau dari Perguruan Huashan? Mana Tuan Muda Linghu?"
Linghu Chong menyoja dan berkata, "Aku Linghu Chong, aku cuma anak kampung, mana pantas disebut 'Tuan Muda'? Apa kalian kenal temanku?" Di sepanjang jalan, banyak tokoh aneh dan berilmu tinggi yang berlaku sangat hormat padanya dan berusaha untuk menyenangkannya, mereka semua berkata bahwa mereka melakukannya demi seorang teman ini, Linghu Chong sama sekali tak bisa menebak kapan dia telah bertemu dengan teman yang begitu berkuasa ini. Ketika ia mendengar mereka bertujuh bertanya tentang dirinya, ia merasa bahwa mereka pasti memberinya muka karena teman yang luar biasa itu.
Benar saja, Nyonya Zhang bertujuh berbalik dan dengan amat sopan memberi hormat kepadanya. Pendeta Yuling berkata, "Begitu kami bertujuh menerima pesan, kami segera menuju kemari, siang dan malam kami berjalan tanpa henti. Dapat berjumpa disini, sungguh sangat bagus".
Yu Canghai telah menderita luka yang tak ringan, ketika ia melihat bahwa orang yang telah menolongnya adalah Lin Pingzhi, mau tak mau ia merasa amat heran, namun ia segera mengerti maksudnya. Ketujuh orang yang mengepungnya terlihat sedang berbicara dengan Linghu Chong, ia sadar bahwa ia harus segera melarikan diri. Kakinya sama sekali tak terluka, maka tiba-tiba ia melompat, masuk ke belakang rumah makan, lalu keluar dari pintu belakang dan kabur seperti terbang.
Yan Sanxing dan Chou Songnian serentak berseru kaget, namun jelas bahwa ia sudah tak terkejar lagi.
'Si Licin Yang Tak Bisa Dipegang' You Xun melangkah ke hadapan Linghu Chong, lalu berkata sembari tersenyum. "Ketika aku datang dari timur, aku sering mendengar kawan-kawan di dunia persilatan menyebut nama besar Tuan Muda Linghu, dalam hati aku sangat mengagumimu. Ketika aku tahu bahwa ada puluhan ketua sekte, ketua perkumpulan, pemilik gua dan pulau yang berkumpul di Wubagang[1] untuk bertemu dengan tuan muda, aku cepat-cepat datang untuk melihat keramaian, tak nyana aku sangat beruntung dapat bertemu dengan tuan muda terlebih dahulu. Tenanglah, tak usah khawatir, kali ini orang akan membawa obat ajaib ke Wubagang, kalaupun tidak ada seratus macam, paling tidak ada sembilan puluh sembilan macam. Penyakit tuan muda yang sepele ini pasti akan hilang! Hahaha, bagus sekali, bagus sekali!" Ia menarik-narik tangan Linghu Chong dan mengoyang-goyangkannya, seakan sangat akrab dengannya.
Linghu Chong terkejut dan bertanya, "Ketua sekte, perkumpulan, pemilik gua dan pulau apa? Dan seratus macam obat ajaib apa? Aku sama sekali tak mengerti".
You Xun tersenyum, "Tuan Muda Linghu tak usah khawatir, mengenai sebabnya, kalaupun nyaliku setinggi langitpun aku tak berani sembarangan bicara. Tuan muda jangan khawatir, hahaha, kalau aku bicara sembarangan, walaupun tuan muda tidak marah, kalau perkataanku didengar orang lain, si marga You ini memangnya punya berapa kepala? Walaupun You Xun sepuluh kali lipat lebih licin, kepalaku ini juga cepat atau lambat akan dipenggal orang".
Nyonya Zhang berkata dengan muram, "Katamu kau tak berani bicara sembarangan, tapi kenapa kau menyebut hal ini? Apapun yang terjadi di Wubagang akan dilihat dengan mata kepala sendiri oleh Tuan Muda Linghu. Aku tanya padamu, Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu sebenarnya ada di tangan siapa?"
You Xun pura-pura tak mendengar dan berpaling ke arah suami istri Yue Buqun, sambil menyeringai ia berkata, "Begitu aku masuk dan melihat kalian berdua, dalam hati aku berpikir, tuan dan nyonya ini nampak anggun, pembawaannya tidak biasa, mereka berdua tokoh dunia persilatan yang mana? Mereka berdua bersama dengan Tuan Muda Linghu, tentunya mereka adalah ketua Perguruan Huashan yang termasyur Tuan Yue dan istri".
Yue Buqun tersenyum, "Aku tak berani menerima pujian itu".
You Xun berkata, "Seperti kata pepatah, punya mata namun tak mengenali Taishan. Hari ini hamba punya mata namun tak mengenali Huashan. Baru-baru ini Tuan Yue membutakan mata lima belas musuh tangguh dengan satu sabetan pedang, menggetarkan dunia persilatan, hamba sangat kagum hingga ingin menghaturkan sembah. Ilmu pedang yang hebat! Ilmu pedang yang hebat!" Ia berbicara dengan penuh semangat seakan menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri. Yue Buqun mendehem, awan gelap seakan melintas di wajahnya. You Xun berkata lagi, "Nyonya Yue Pendekar Wanita Ning......"
Nyonya Zhang membentak, "Kau bicara ngalor-ngidul, kapan selesainya? Cepat bicara! Siapa yang punya Kitab Pedang Penakluk Kejahatan?" Dia telah mendengar nama suami istri Yue, namun tak nyana tak memperdulikannya.
Sambil menyeringai, You Xun mengangsurkan tangannya dan berkata, "Beri aku seratus tahil perak, maka kau akan kuberitahu".
Nyonya Zhang mnedengus, lalu berkata, "Apa di kehidupanmu yang sebelumnya kau belum pernah melihat uang? Kau selalu minta-minta uang".
Si lelaki buta anggota Sepasang Orang Aneh Tongbai mengambil setahil perak dari saku dadanya, lalu melemparkannya ke arah You Xun sambil berkata, "Seratus tahil perak ini sudah cukup, cepat bicara!" You Xun menyambut perak itu dan menimbang-nimbangnya di tangannya seraya berkata, "Terima kasih banyak. Ayo kita keluar, aku akan beritahu kau". Lelaki buta itu berkata, "Kenapa harus keluar? Kau bicara disini saja supaya semua orang bisa mendengarnya". Semua orang serentak berkata, "Benar, benar. Kenapa harus sembunyi-sembunyi?" You Xun menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tak bisa, tak bisa! Harganya seratus tahil perak per orang, bagaimana aku bisa menjual informasi penting ini dengan harga seratus perak saja? Kalau aku menjualnya dengan begitu murah, apa kata dunia?"
Tangan kanan lelaki buta itu melambai, Chou Songnian, Nyonya Zhang, Biksu Sibao dan yang lain-lain menghampiri, dalam sekejap mereka mengepung You Xun seperti mereka mengepung Yu Canghai baru-baru ini. Nyonya Zhang berkata dengan sinis, "Orang ini dijuluki Si Licin Yang Tak Dapat Dipegang, untuk menghadapinya tak bisa dengan menggunakan tangan, ayo kita hunus senjata". Pendeta Yuling mengangkat gada gigi serigala bersegi delapannya, "Wus! Wus!", ia memutar-mutarnya di udara sambil berkata, "Benar, coba lihat apakah kepalanya juga licin dan tak bisa dipegang". Semua orang memandangi gigi-gigi serigala di gadanya yang tajam berkilauan dan memandangi wajah You Xun yang halus dan rambutnya yang hitam berkilauan bagai diminyaki, semua merasa bahwa kepalanya tak akan bernasib baik.
You Xun berkata, "Tuan Muda Linghu, baru-baru ini kawan yang berusia muda dari perguruanmu yang mulia telah menolong Ketua Yu keluar dari kepungan dengan mengucapkan beberapa perkataan, namun kenapa ketika si You ini mengalami kesulitan besar, tuan muda masih seakan tak mendengar dan melihatnya?"
Linghu Chong berkata, "Kalau kau tak mengatakan dimana Kitab Pedang Penakluk Kejahatan berada, aku akan terpaksa campur tangan dan menyinggung saudara". Ketika berbicara sampai disini, hatinya terasa pedih, ia tak kuasa menahan diri untuk memandang ke arah Yue Lingshan sambil berpikir, "Bahkan kau juga menuduh aku mengambil kitab pedang Si Lin Kecil".
Nyonya Zhang bertujuh bersorak-sorai, "Bagus sekali, bagus sekali! Tuan Muda Linghu, silahkan turun tangan".
You Xun menghela napas, "Baiklah, aku akan bicara. Kalian duduklah kembali, untuk apa kalian mengepungku?" Nyonya Zhang berkata, "Untuk menghadapi Si Licin Yang Tak Bisa Dipegang, kita harus melipatgandakan kewaspadaan". You Xun menghela napas, "Ini namanya membuat susah diri sendiri. Kenapa aku You Xun tidak menunggu di Wubagang saja sambil menonton keramaian, tapi malah datang kesini menghantar nyawa?" Nyonya Zhang berkata, "Sebenarnya kau mau bicara atau tidak?"
You Xun berkata, "Aku akan bicara, aku akan bicara. Kenapa aku tak akan bicara? Hei, Ketua Dongfang, kapan anda berkunjung kemari?" Ia mengucapkan kedua kalimat terakhir keras-keras, pada saat yang sama matanya menatap keluar rumah makan ke arah barat, raut wajahnya menunjukkan rasa terkejut yang amat sangat.
Semua orang terkejut dan ikut memandang ke arah matanya memandang, mereka melihat di jalan seseorang perlahan-lahan berjalan mendekat, tangannya menjinjing keranjang sayur, dia adalah tukang sayur kota itu, bagaimana mungkin dia adalah ketua sekte Dongfang Bubai yang namanya menggetarkan kolong langit? Ketika semua orang kembali berpaling, You Xun sudah pergi entah kemana, mereka baru sadar bahwa mereka telah tertipu. Nyonya Zhang, Chou Songnian dan Pendeta Yuling semua memaki-maki, namun mereka tahu ilmu ringan tubuhnya luar biasa, orangnya juga amat licik, kalau ia sudah melarikan diri, sukar untuk menangkapnya.
Linghu Chong berkata dengan lantang, "Ternyata Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu dibawa lari You Xun, benar-benar tak terpikir olehku bahwa kitab itu ada ditangannya". Semua orang serentak bertanya, "Benarkah? Apa benar-benar ada di tangannya?" Linghu Chong berkata, "Tentu saja kitab itu berada di tangannya, kalau tidak untuk apa ia berkeras tak mau mengaku dan mati-matian berusaha melarikan diri ?" Suara bicaranya sangat keras, setelah itu ia merasa bahwa qinya hampir habis.
Tiba-tiba terdengar You Xun berkata dengan lantang dari balik pintu, "Tuan Muda Linghu, untuk apa kau menuduhku?" Tak lama kemudian ia masuk ke dalam melalui pintu.
Nyonya Zhang sekalian amat girang, mereka segera mengepungnya. Pendeta Yuling meringgis, "Kau kena akal-akalan Tuan Muda Linghu!" You Xun nampak khawatir, ia berkata, "Benar, kalau omongan ini sampai tersiar keluar, bahwa You Xun mempunyai Kitab Pedang Penakluk Kejahatan, sejak saat ini si You ini tak akan bisa melewatkan satu haripun dengan tenang, entah berapa banyak orang yang akan mencari gara-gara dengan si You ini. Andai aku punya tiga kepala dan enam lenganpun aku tak bisa melawan. Tuan Muda Linghu, kau memang hebat, hanya dengan sebuah kalimat kau bisa membuat Si Licin Yang Tak Bisa Dipegang kembali".
Linghu Chong tersenyum simpul sambil berkata dalam hati, "Apa hebatnya diriku? Hanya saja aku pernah dituduh seperti itu sebelumnya". Mau tak mau ia memandang ke arah Yue Lingshan. Yue Lingshan juga kebetulan sedang memandang dirinya. Pandangan mata kedua orang itu saling bertumbukan, wajah keduanya memerah dan mereka cepat-cepat memalingkan muka.
Nyonya Zhang berkata, "Saudara You, ketika kau barusan ini melarikan diri, kau menyembunyikan Kitab Pedang Penakluk Kejahatan supaya kami tak bisa menemukannya, benar tidak?" You Xun berseru, "Tuduhan ini sungguh keterlaluan! Nyonya Zhang, kalau kau bicara seperti ini, kau akan membuat nyawa You Xun melayang. Kalian semua coba pikir, kalau Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu berada di tanganku, You Xun tentunya sudah memakai pedang, dan ilmu pedangnya pun amat tinggi. Bagaimana mungkin bahwa, pertama, aku tak membawa pedang, kedua, tak memakai pedang, dan ketiga, ilmu silatku rendah?" Semua orang berpikir bahwa perkataannya ini benar.
Dewa Akar Persik berkata, "Setelah kau mendapatkan Kitab Pedang Penakluk Kejahatan, kau belum tentu sempat mempelajarinya; kalaupun kau sempat mempelajarinya, kau belum tentu sudah menguasainya. Kau tak membawa pedang karena mungkin seseorang telah mencurinya". Dewa Batang Persik berkata, "Kipas yang ada di tanganmu itu sebenarnya adalah sebilah pedang pendek. Ketika kau menggunakannya untuk menunjuk barusan ini, bukankah itu salah satu jurus Ilmu Pedang Penakluk Kejahatan?" Dewa Cabang Persik berkata, "Benar. Kalian semua lihat, saat ia menunjuk dengan miring menggunakan kipas lipatnya, ia jelas menggunakan jurus ke limapuluh sembilan Ilmu Pedang Penakluk Kejahatan yaitu 'Menunjuk Ke Arah Si Licik Dan Jahat', siapa yang ditunjuk olehnya akan dicabut nyawanya".
Saat itu kipas lipat di tangan You Xun kebetulan sedang menunjuk ke arah Chou Songnian. Biksu pengemis yang berangasan itu meraung bagai harimau, sepasang golok biksu yang berada di gengamannya menebas ke arah You Xun. You Xun mengegos sambil berseru, "Dia cuma bercanda. Hei! Hei! Hei! Jangan kau masukkan dalam hati!" "Trang, trang, trang, trang!", sepasang golok yang berada di tangan kiri dan kanan Chou Songnian masing-masing menebas dua kali, dan semuanya ditangkis oleh You Xun. Mendengar suaranya, nampaknya kipas lipatnya itu dibuat dari baja murni. Ia gemuk dan berkulit putih, penampilannya seperti orang yang biasa hidup enak, namun gerakan tubuhnya amat lincah, dan hanya dengan ayunan ringan kipas lipatnya, ia dapat membuat golok lengkung berkepala harimau Chou Songnian berayun hingga beberapa chi jauhnya. Nampaknya ilmu silatnya di atas si biksu pengemis, namun karena ia sedang terkepung, ia tak berani menyerang balik.
Dewa Bunga Persik berseru, "Ini adalah jurus ketigapuluh dua Kitab Pedang Penakluk Kejahatan, 'Kura-Kura Kentut', hmm, jurus yang digunakannya untuk menangkis sabetan golok itu ialah jurus keduapuluh dua, 'Kura-Kura Bertempurung Lunak Membalikkan Tubuh'.
Linghu Chong berkata, "Tuan You, kalau Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu tidak berada di tanganmu, lalu ada di tangan siapa?"
Nyonya Zhang, Pendeta Yuling dan yang lain-lain serentak berkata, "Benar. Cepat bicara, ada di tangan siapa?"
You Xun tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Aku tak bicara hanya karena ingin menjualnya untuk beberapa ribu tahil perak, kalian begitu kikir, tentunya ingin menghemat uang, baiklah, aku akan bicara. Tapi begitu kalian mendengarnya, kalian cuma bisa menginginkannya dalam hati, kalian sama sekali tak akan bisa berbuat apa-apa. Kalau Kitab Pedang Penakluk Kejahatan itu berada di tangan orang lain, kalian masih punya sedikit harapan, namun sekarang kitab itu berada di tangan jagoan ini, hal ini......ah, ini......" Semua orang menahan napas dan memusatkan perhatian untuk mendengarnya mengungkapkan nama si pemilik kitab pedang itu. Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang bercampur dengan derit roda kereta mencongklang di jalanan. You Xun menggunakan kesempatan itu untuk menutup mulut, ia mengarahkan telinganya untuk mendengarkan dengan seksama, katanya, "Eh, siapa yang datang?" Pendeta Yuling berkata, "Cepat bicara, siapa yang mendapatkan kitab pedang itu?" You Xun berkata, "Aku pasti akan memberitahukannya, untuk apa kau tak sabaran seperti ini?"
Terdengar suara kuda dan kereta itu tiba di luar rumah makan, lalu tiba-tiba berhenti, terdengar suara seorang tua berkata, "Apakah Tuan Muda Linghu ada disini? Perguruan kami mengirim kuda dan kereta khusus untuk menyambut anda".
Linghu Chong ingin mengetahui dimana Kitab Pedang Penakluk Kejahatan berada untuk membuyarkan rasa curiga guru, ibu guru, segenap murid dan adik kecil terhadap dirinya. Oleh karena itu, ia tidak menjawab panggilan dari luar itu, dan berkata kepada You Xun, "Ada orang luar yang datang, cepatlah bicara!" You Xun berkata, "Tuan muda, mohon maaf, justru karena ada orang luar datang, aku tak bisa bicara".
Mendadak terdengar suara derap kuda dari jalanan, ada tujuh atau delapan penunggang kuda yang mencongklang menghampiri, mereka berhenti di depan rumah makan. Sebuah suara yang berwibawa berkata, "Ketua Huang, apakah anda datang kesini untuk meyambut Tuan Muda Linghu?" Orang itu berkata, "Benar. Penguasa Pulau Sima kenapa anda juga datang kesini?" Suara yang berwibawa itu mendehem, menyusul terdengar suara langkah kaki yang berat, seorang lelaki yang amat tinggi besar melangkah masuk ke dalam rumah makan, lalu dengan lantang ia berkata, "Siapa diantara kalian yang Tuan Muda Linghu? Hamba Sima Da, datang untuk menyambut tuan muda dan mengantar beliau ke Wubagang untuk bertemu dengan sekalian orang gagah".
Linghu Chong tak punya pilihan lain, ia menyoja seraya berkata, "Aku Linghu Chong, aku tak berani merepotkan Penguasa Pulau Sima". Penguasa Pulau Sima berkata, "Nama hamba Sima Da, karena sejak kecil tubuh hamba tinggi besar, maka ayah ibu memberi hamba nama ini. Tuan Muda Linghu boleh memanggilku Sima Da saja, A Da tak berani dipanggil Penguasa Pulau segala".
Linghu Chong berkata, "Aku tak berani memanggil tuan dengan nama kecil tuan". Ia menunjuk ke arah suami istri Yue Buqun seraya berkata, "Beliau berdua ini adalah guru dan ibu guruku". Sima Da menyoja dan berkata, "Senang bertemu dengan kalian". Ia berbalik dan berkata, "Hamba terlambat menyambut, mohon tuan muda jangan menyalahkan hamba".
Yue Buqun sudah menjabat ketua Perguruan Huashan selama lebih dari sepuluh tahun,
Ia selalu dihormati oleh orang di dunia persilatan, akan tetapi Sima Da ini dan Nyonya Zhang, Chou Songnian, Pendeta Yuling dan orang-orang lain semua sangat hormat pada Linghu Chong, namun sama sekali tak memperdulikan dirinya yang ketua Perguruan Huashan. Kalaupun mereka agak hormat padanya, mereka melakukannya semata-mata karena memandang muka Linghu Chong, wajah mereka jelas-jelas menunjukkan hal itu. Ini seperti memakinya di depan mukanya, dan hal ini membuatnya geram. Namun Yue Buqun sangat pandai mengendalikan dirinya, ia sama sekali tak menunjukkan rasa marahnya.
Saat itu sang ketua yang bermarga Huang sudah masuk ke dalam. Orang ini usianya sudah delapan puluh tahun lebih, janggutnya yang putih tergantung di depan dadanya, namun ia masih segar bugar. Ia sedikit menjura ke arah Linghu Chong, lalu menyoja sambil berkata, "Tuan Muda Linghu, para saudara di perkumpulan kami mencari sesuap nasi di sekitar tempat ini, kali ini kami tak menyambut tuan muda dengan baik, kami pantas mati".
Pikiran Yue Buqun terguncang, "Jangan-jangan ini dia?" Ia sudah tahu sebelumnya bahwa di hilir Sungai Kuning terdapat Partai Sungai Langit, ketuanya Huang Boliu adalah seorang tokoh sesepuh di dunia persilatan Dataran Tengah, hanya saja peraturan partainya longgar, dalam partainya orang jahat dan baik bercampur baur, sehingga sukar untuk menghindari berbuat kejahatan dan melanggar hukum, oleh karena itu nama Partai Sungai Langit ini tidak terlalu baik. Namun anggota Partai Sungai Langit ini banyak, jago-jagonya juga tak sedikit, ia tergolong partai besar di Lu, Yu dan E[2]. Apakah orang tua yang berada di hadapannya ini adalah 'Naga Hujan Berjanggut Perak' Huang Boliu yang membawahi puluhan ribu anggota partai? Kalau benar dia, kenapa ia bisa begitu hormat kepada Linghu Chong, anak kemarin sore yang baru muncul ini?
Rasa curiga dan sangsi dalam hati Yue Buqun segera lenyap tanpa bekas ketika ia mendengar Pengemis Jahat Sepasang Ular Yan Sanxing berkata, "Tuan Naga Berjanggut Perak, anda adalah penguasa tempat ini, apa kau tak mau menyambut
kami kawan-kawan yang datang dari jauh ini?"
Orang tua itu memang Huang Boliu si 'Naga Hujan Berjanggut Perak', ia tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kalau bukan karena Tuan Muda Linghu, bagaimana aku bisa mengundang begitu banyak orang gagah seperti ini? Semua orang yang berkunjung ke Henan timur dan Shandong barat adalah tamu-tamu Partai Sungai Langit, tentu saja kami harus menyambut mereka. Di Wubagang partai kami telah mempersiapkan sebuah jamuan, bagaimana kalau Tuan Muda Linghu dan para kawan sekalian berangkat ke sana?"
Linghu Chong melihat bahwa rumah makan yang kecil itu telah dipenuhi orang, di tengah-tengah keributan seperti ini, You Xun tak mungkin mengungkapkan rahasianya, untung saja saat ini setelah semua keributan ini, rasa curiga guru, adik kecil tentunya dapat banyak berkurang, dan di kemudian hari tentunya semua akan dapat terungkap dengan jelas, oleh karenanya ia tak ingin buru-buru membersihkan namanya. Ia berkata kepada Yue Buqun, "Guru, kita pergi atau tidak? Mohon arahan guru".
Yue Buqun berpikir, "Orang-orang yang berkumpul di Wubagang pasti tak ada yang berasal dari perguruan lurus, bagaimana kita bisa bergaul dengan mereka? Sepertinya orang-orang ini menggunakan penghormatan dan basa-basi untuk memancing Chong er agar masuk partai mereka. Kejadian yang menimpa Liu Zhengfeng dari Perguruan Heng Shan telah memberi contoh, barangsiapa dekat dengan pengikut aliran sesat, pada akhirnya ia akan kehilangan seluruh martabatnya. Namun di tengah keadaan saat ini, bagaimana kita dapat menolak?"
You Xun berkata, "Tuan Yue, saat ini suasana di Wubagang sangat ramai! Banyak sekali penguasa gua dan pulau yang sudah tak muncul di dunia persilatan selama lebih dari sepuluh tahun, bahkan dua atau tiga puluh tahun. Kita semua datang demi Tuan Muda Linghu. Anda telah membesarkan dan mendidik seorang pendekar muda yang mahir ilmu surat dan silat dan berjiwa pahlawan, muka Tuan Yue benar-benar sangat gemilang. Tentunya kau ingin pergi ke Wubagang. Kalau Tuan Yue tidak pergi, bukankah Tuan Yue akan mengecewakan banyak orang?"
Yue Buqun masih tak menjawab, Sima Da dan Huang Boliu berdua setengah memapah dan setengah mengendong Linghu Chong keluar, lalu memapahnya masuk ke dalam sebuah kereta besar. Chou Songnian, Yan Sanxing, Sepasang Orang Aneh Tongbai, Enam Dewa Lembah Persik dan yang lain-lain berebutan ikut keluar.
Yue Buqun dan nyonyanya saling memandang sambil tersenyum getir, mereka berdua berpikir, "Semua orang ini hanya ingin Chong er datang. Kita datang atau tidak, mereka tak sama sekali tak perduli".
Yue Lingshan amat heran, katanya, "Ayah, ayo kita ikut melihat tipu muslihat apa yang ingin dilakukan orang-orang aneh ini terhadap kakak pertama". Setiap kali ia berpikir tentang Sepasang Beruang Gurun Utara yang suka makan daging manusia, ia masih merasa takut, namun ia berpikir bahwa karena mereka telah membebaskannya karena memandang muka sang kakak pertama, tentunya mereka tak akan mengigit jari-jari tangannya. Namun begitu tiba di Wubagang, ia tak akan pergi jauh-jauh dari sang ayah.
Yue Buqun mengangguk-angguk, lalu melangkah keluar. Setelah muntah-muntah baru-baru ini, ia sama sekali belum makan dan minum, tak nyana langkah kakinya goyah, hawa murninya tak lagi murni, mau tak mau ia diam-diam terkejut, "Racun Lan Fenghuang dari Sekte Lima Racun itu sungguh lihai".
Sima Da, Huang Boliu dan orang-orang lain membawa banyak kuda, mereka segera memberikan kuda tunggangan untuk Yue Buqun, Nyonya Yue, Nyonya Zhang, Chou Songnian, Enam Dewa Lembah Persik dan yang lainnya. Beberapa murid lelaki Huashan tak punya kuda tunggangan dan berjalan bersama dengan para anggota Partai Sungai Langit dan pengikut Penguasa Pulau Zhang Jing[3] Sima Da menuju ke Wubagang.
Catatan: Dalam transfusi darah dalam ilmu kedokteran moderen perlu dibedakan berbagai golongan darah, darah golongan O dapat disumbangkan kepada siapa saja. Lan Fenghuang tidak mengetahui hal ini, namun berdasarkan pengalaman yang lama, ia tahu bahwa dirinya mempunyai golongan darah O, dan ia juga memilih beberapa orang bergolongan darah O dari seratus lebih perempuan pengikut sektenya untuk menyumbangkan darah pada Linghu Chong. Pengikut sekte yang golongan darahnya bukan O tidak ikut serta.
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Nama Wubagang (五霸冈) yang berarti 'Tebing Lima Tiran' diambil dari nama lima tiran atau wu ba (五霸) yang berkuasa di zaman Musim Semi dan Musim Gugur (770-Abad V SM). Kelima tiran ini berkuasa karena dapat melindungi Dinasti Zhou dan negara-negara feodal kecil lain dari serangan bangsa-bangsa non-Han. Identitas kelima tiran ini berbeda-beda menurut berbagai sumber sejarah.
[2] Nama lain dari Propinsi Shandong, Henan dan Hubei.
[3] Berarti 'Pulau Ikan Paus Panjang'.