Perguruan Emei (Gobi), aliran buddhisme atau taoisme?
anggota perguruan emei (gobi) dalam cerita Heavenly Sword & Dragon Slaying Sabre |
|
Perguruan Emei (atau bisa juga disebut partai / sekte) merupakan sebuah perguruan bela diri yang sangat umum muncul dalam cerita silat, juga sering disebut namanya dalam berbagai novel, film, dan serial drama wuxia.
Pada umumnya, perguruan atau partai Emei ini lebih dikenal kemunculannya pada cerita 'To Liong To' (pedang langit dan golok naga atau Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre) karya Jin Yong. Dimana merupakan perguruan yang didirikan oleh Guo Xiang, dan pada cerita HSDS, salah satu tokoh utama wanita, Zhou Zhiruo berasal dari perguruan Emei ini setelah dititipkan oleh Zhang Sanfeng saat masih kecil.
Saking terkenalnya, adaptasi Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre telah belasan kali di adaptasi, tetapi yang menjadi persoalan adalah gambaran tentang partai Emei ini pada versi adaptasi serial drama adalah sebuah partai yang anggotanya cuma boleh ada murid wanita, dan ketuanya yaitu Miejue Shitai mempunyai rupa seorang pendeta wanita taoisme yang memiliki rambut panjang hitam dan memegang tongkat sabut bulu taoisme* , terus murid wanitanya cantik-cantik.
*catatan: saya tidak tau nama resminya dalam bahasa Indonesia apa, bahasa inggris mereka menyebut Fly Whisk atau Horsetail Whisk, kalau hokkien mungkin ke-mo-cheng.
Padahal aslinya dinovel itu tidak begitu, bukan hanya partai Emei versi Jin Yong terdapat murid pria, tetapi juga adalah partai buddhisme, Miejue shitai sendiri seorang biksuni, muridnya campuran antara murid biksuni, dan juga murid awam / murid sekuler yang boleh berambut. Ini yang kita bahas.
catatan: Perguruan Emei ini dalam bahasa hokkien disebut Gobi pay dan pinyin mandarin disebut Emei Pai. Mandarinnya adalah 峨嵋派 .
Dalam Sejarah
Dalam cerita fiksi, Perguruan Emei (gobi) terletak di gunung Emei, Sichuan. Padahal, kenyataannya adalah tidak ada yang namanya perguruan bela diri Emei dalam sejarah di dunia nyata.
Yang ada adalah bela diri Emei. Gunung Emei di Sichuan merupakan tempat lahirnya ilmu bela diri kung fu Emei. Teknik bela diri Emei ini seperti campuran gaya kerasnya ilmu bela diri Shaolin dan gaya lembutnya ilmu bela diri Wudang, seperti penggabungan di antara keduanya.
Bagaimana munculnya bela diri Emei di Sichuan ini, terdapat beberapa versi.
Yang paling terkenal adalah versi bahwa bela diri Emei ini diciptakan oleh seorang pertapa bernama Situ Xuankong. Dia tinggal di gunung Emei sekitaran era musim semi dan gugur (tahun 770-474 SM) atau era negara-negara berperang (47-221 SM), tidak tahu yang mana.
Situ Xuankong menciptakan bela diri berdasarkan pengamatan gerak-gerik para monyet putih di gunung Emei, dan kemudian menirunya, menciptakan pukulan Emei Tong Bei Quan (Tongbi Quan / pukulan kera putih) dan ilmu pedang.
Kemudian ilmu bela diri Situ Xuankong diwariskan kepada para praktisi bela diri penganut taoisme yang tinggal di gunung Emei, kemudian mulai berkembang di era dinasti Tang (618-907), saat itu buddhisme mulai muncul di china dan para biksu banyak berdatangan ke gunung Emei dan tinggal di sana untuk menyebarkan ajaran buddhisme dan ilmu kung fu Shaolin. Di saat ini lah terjadi percampuran ajaran dan keahlian Buddhisme dan taoisme.
Jadi asalnya ilmu bela diri kung fu Emei merupakan payung dari campuran berbagai teknik bela diri di provinsi Sichuan, dan para praktisinya adalah pria.
Pada awal Dinasti Song Selatan (1127-1279), seorang master buddhisme aliran Zen bernama Bai Yun (Awan Putih) menciptakan tenaga dalam Emei (Qigong), dengan menggabungkan berbagai teknik seperti pijat, akupunktur, meditasi, dll. Selama dinasti Ming (1368-1644), Seni bela diri Emei berkembang pesat, dengan banyak muncul petarung berbakat.
Orang lain yang ikut berjasa dalam mengembangkan bela diri Emei adalah biksu Deyuan dari Dinasti Song Selatan. Saat tinggal di dekat Gunung Emei, dia mengamati gerakan monyet. Dia akhirnya menciptakan satu set tinju monyet untuk digunakan dalam bela diri kung fu Emei. Karena Biksu Deyuan memiliki alis putih, ia dijuluki Baimei (alis putih), dan ilmu pukulannya disebut BaiMeiQuan.
Ilmu silat Emei sering dianggap feminim, tidak heran karena para penduduk lokal daerah situ umumnya memiliki bentuk fisik yang relatif kecil, sehingga mereka lebih mengandalkan kelincahan tubuh, dibanding adu kekuatan seperti orang utara. Mereka juga fokus terhadap lemparan senjata rahasia, yang paling terkenal adalah Emei Piercing, berbentuk seperti hairpin. Senjata ini juga muncul dalam cerita Jin Yong (selain digunakan oleh murid emei di cerita HSDS, juga ibu suri palsu di cerita duke of mount deer).
Perguruan Emei memang ada rumor yang mengatakan itu ada, tetapi tidak memiliki bukti cukup kuat untuk keberadaannya. Cerita yang beredar adalah sebagai berikut; Perguruan emei didirikan oleh pendeta wanita di zaman dinasti Ming, dia menggabungkan berbagai keahlian dan kemampuan berbagai bela diri tempat lain, dan menciptakan sesuatu yang baru.
Ilmu baru ini menggabungkan ketegasan dengan fleksibilitas, dengan keseimbangan sempurna antara gerakan palsu dan nyata. Dikenal sebagai ilmu tinju gadis giok, memiliki gerakan yang indah dan anggun, cocok untuk wanita.
Nantinya, pendeta taoisme wanita ini beralih menganut ajaran buddhisme, dan ilmu tinju gadis giok berubah nama menjadi ilmu pukulan Emei. Biksuni ini kemudian mulai merekrut murid wanita dan mengajarkan agama dan bela diri, dan akhirnya berdirilah perguruan Emei. Senjata utama mereka yang berbentuk seperti tusuk rambut ukuran besar dengan ring di tengah, kemudian diberi nama Emei Piercing / Dagger / Emeici / Sting.
Gunung Emei merupakan salah satu dari empat gunung suci agama Buddha di China. Gunung Emei juga menjadi salah satu tempat berdirinya kuil Buddha paling awal. Tidak jauh dari gunung Emei juga terdapat patung Buddha Raksasa Leshan (yang nonton State of Divinity pasti tahu rupanya). Setidaknya ada 30 kuil di gunung Emei.
Cerita Jin Yong
Perguruan atau partai Emei paling terkenal dalam cerita novel Jin Yong adalah pada cerita Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre. Di sini, perguruan Emei adalah aliran buddhisme. Penjelasannya bisa lihat di bagian khusus.
Kemudian pada cerita Pendekar Hina Kelana (smiling proud wanderer atau xiao ao jiang hu), ketua dari perguruan Emei adalah seorang pria pendeta taoisme.
Pada cerita Sword Stained with royal blood, juga merupakan aliran taoisme.
Kemudian pada cerita The Young Flying Fox, perguruan Emei kembali menjadi buddhisme, tokoh utama wanita pada cerita ini, Yuan Ziyi, merupakan murid dari biksuni perguruan Emei, tidak dijelaskan apakah Yuan Ziyi adalah murid tetap atau murid awam, tetapi karena Yuan Ziyi adalah biksuni, kemungkinan besar adalah murid tetap perguruan Emei. Perguruan Emei boleh dibilang mengalami puncak kejayaan ilmu bela diri pada masa Kisah si Rase Terbang ini.
Balik ke pembahasan perguruan Emei pada cerita The Heavenly Sword and Dragon Saber, beberapa bukti dalam novel yang menunjukkan Emei adalah buddhisme adalah:
The Heavenly Sword and Dragon Slaying Sabre
HSDS chapter 18 (edisi 2)
Hati biksuni Miejue terbakar dengan ketidaksabaran, dia tidak sabar mengesampingkan amanat Buddha untuk segera mengambil nyawa dan membunuh orang-orang sekte iblis dengan rapi dan bersih.
HSDS chapter 18 (edisi 3)
Zhang Wuji membungkuk. "Terimakasih, Tetua. Apakah kakak-kakak dari Panji Logam ini juga diampuni?"
Alis panjang biksuni Miejue terkulai. Ia tertawa dingin. "Nama Buddhis-ku apa?"
"Nama tetua adalah Miejue 'memusnahkan segalanya.'"
Chapter 11 (edisi 2 inggris & mandarin)
Ji Xiaofu did not do as she was told. Instead, she said, “Ever since the E-mei School was founded by the Little Eastern Heretic, our Great-Grandteacher Guo, many of our school-mates have either chosen to be nuns or to remain unmarried all their lives.
'Nun' pada sumber novel asli menggunakan kalimat 出家为尼, kata 尼 (ni) menunjukkan biksuni, kadang ni digabung dengan 姑 menjadi nigu.
Chapter akhir (Edisi 1 Indonesia)
Zhou Zhiruo memangkas rambutnya sampai botak dan menjadi biksuni. Berikut kutipan dari edisi 1 saduran Gan KL:
"Sejak itu, Ciu Ci-yok memotong rambut menjadi Nikoh, tidak urus soal-soal keduniawian lagi."
Chapter 9 (semua edisi)
"Sejak berpisah di bukit Shaoshi guru dan pendekar wanita Guo tak pernah bertemu lagi. Guru bilang, dalam hatinya pendekar wanita Guo tak dapat melupakan satu orang yaitu pendekar Yang Guo yang di luar kota Xiangyang menewaskan Mongke Khan dengan melempar batu. Pendekar wanita Guo mengembara ke seluruh dunia, tapi tak dapat bertemu lagi dengan Pendekar Yang Guo. Saat berumur empat puluh tahun, ia mendapat pencerahan, lalu menjadi biksuni dan mendirikan aliran Emei." - Biksuni di sini juga menggunakan 出家为尼 .
Chapter 9 lagi (edisi dua)
Tetapi marga tetua mie jue adalah Fang sebelum menjadi biksuni. Pendekar Fang itu adalah abang dari tetua Mie Jue.
Chapter 23 (edisi 2 inggris)
“Pin ni [lit. impoverished nun] ‘fa ming’ [Buddhist name/title, not real name] is Jing Kong. Have you gentlemen seen my Shifu?”Chapter 37 (edisi dua)
Chapter 37 saat Situ Qianzhong menyindir
"Kita menggunakan ilmu silat untuk berteman" kata Situ Qianzhong, "juga tak punya dendam besar, kenapa harus bertarung hingga hidup dan mati? Orang yang sudah menyucikan diri memegang prinsip welas asih. Dengan mengucapkan ini, apakah biksuni tak takut Buddha menyalahkan?"
Chapter 37 (edisi 2 inggris)
Amidst this confusion, suddenly from outside the field four Buddhist nuns wearing black robes walked in quick steps, each one had a whisk in her hand. In loud and clear voices they announced, “Emei Pai Zhangmen [sect leader] Zhou Zhiruo, leading the Emei disciples, pays her respect to Shaolin Temple’s Kong Wen Fangzhang.”
Chapter 13 (Edisi 3 - indonesia)
Ji Xiaofu menitikkan air mata. "Karena keputusan ayah, murid sebenarnya ditunangkan dengan Pendekar Keenam Yin dari aliran Wudang. Setelah menghadapi masalah ini, mohon Guru berbelas kasihan mengizinkan murid menyucikan diri, memotong rambut, dan menjadi biksuni."Book 3 - chapter 27 (edisi 2 - inggris)
"the third generation sect leader of emei pai, 'Nu Ni' (female buddhist nun) miejue, hereby passes the sect leader position to the fourth generation 'nu di zi' (female disciple) Zhou Zhiruo."
Chapter 23 (edisi dua inggris)
most of them were buddhist nuns wearing dark robes, along with some seven, eight men.
Bab 34 Edisi 3 Indonesia
Zhou Zhiruo berkata "Aku... aku lebih ingin mengikuti Guru, mencukur rambut dan menjadi biksuni. Ah, kami para ketua aliran Emei, tak ada satu pun yang menikah."Semua Edisi (mandarin)
Biksuni Miejue Shitai sering dipanggil 滅絕老尼 / 滅覺老尼 (miejue lao ni) . Lao = semacam panggilan senioritas. Sedangkan Ni seperti yang di atas, menunjukkan biksuni wanita yang belajar buddhisme dan tidak menikah. Sejarahnya, Ni adalah kata serapan dari sanskerta / sanskrit / Pali.Kesimpulan
Pada Adaptasi Film & Serial Drama
Kembali ke atas, pada Heavenly Sword & Dragon Sabre versi adaptasi film dan serial drama wuxia, umumnya para anggota dan murid-murid partai Emei dibuat cantik-cantik, semuanya perempuan, berambut panjang, menggunakan make-up, dan Miejue shitai seolah seperti seorang pendeta taoisme wanita dengan memegang tongkat sabut bulu taoisme.
Kemungkinan itu disebabkan karena para artis tidak mau memangkas rambut menjadi botak seperti layaknya seorang biksuni. Rambut adalah mahkota wanita, rasanya produser akan kesulitan jika meminta dan memaksa para artis-artis yang memerankan murid emei untuk memangkas rambut secara total, apalagi jika artisnya terkenal seperti katty chow saat sebagai Miejue Shitai. Sehingga dibuatlah versi sekarang, yang lebih mirip gaya pendeta taoisme.
Saya tidak tahu ada berapa banyak adaptasi serial drama wuxia To Liong To yang ikut setia seperti di novel dalam hal ini, karena saya sendiri cuma nonton beberapa versi adaptasi drama, kalian bisa komen di kolom comment di bawah jika tahu.
Pada cerita pengarang lainnya
Seperti yang dijelaskan pada bagian sejarah, bahwa aslinya tidak ada perguruan Emei di dunia nyata. Istilah perguruan emei ini pertama kali diperkenalkan oleh Huanzhu Louzhu, seorang pengarang cerita silat genre Xianxia. Dia adalah orang yang membuat terkenal genre Xianxia, dan juga sekte Emei. Karya karangan Huanzhu Louzhu yang paling terkenal adalah Sword Xia of the Shu Mountains (Legend of the Swordsmen of the Mountains of Shu), atau dalam adaptasi TV lebih dikenal dengan nama 'The Legend of Zu'.
Pada cerita Liang Yusheng, perguruan Emei setidaknya ada muncul dalam tiga judul cerita Liang Yusheng. Di dunia alam semesta Liang Yusheng, perguruan Emei adalah aliran buddhisme. Dalam cerita perjodohan busur kemala ada Jin Guang yang merupakan ketua Emei, juga ada master dharma Fa Hua dari Emei dalam novel Kisah Pedang Bersatu Padu.
Pada cerita novel wuxia Gu Long, Perguruan Emei ada cukup banyak kemunculannya ataupun disebut pada karya-karya novel Gu Long (khu lung). Dalam dunia Gu Long, perguruan Emei adalah aliran taoisme, tetapi mayoritas judul cerita tidak dijelaskan secara detail tentang aliran apakah perguruan Emei ini, mungkin yang paling jelas adalah tokoh Dugu Yihe pada serial Lu Xiaofeng yang merupakan seorang penganut taoisme, kemudian Shen Xi , seorang kepala dari aliran Emei pada cerita pendekar binal (Legendary Siblings / Juedai Shuangjiao) yang membawahi murid pendeta-pendeta taoisme pria.
Ada yang bilang dalam cerita pendekar ulat sutra, Emei adalah buddhisme, tapi saya kurang tahu soal ini.