Revisi kecantikan Miao Ruolan di novel Flying Fox
ini adalah informasi acak soal perbedaan edisi dan revisi pada novel Jin Yong.
----------------------------------
Edisi 2:
The steward was about to respond to the lad when, from behind his back, echoed a female voice, "Aiya, stop all fighting, please. Stop all fighting, please. I really hate to see people taking to arms." There was a soft spontaneity in her voice that fell with gentle melody on the ears of the Company present. The group assembled could not help but turn their heads around.
A young damsel clad in gamboge was seen smiling from the portal. She had a fair complexion. Her eyes were like limpid pools and she cast a couple of glances at the people assembled. Her looks and manners showed unusual refinement and inexpressible grace. Her brows gave her the air of a literateur. She seemed like an orient pearl or an effulgent jadeite. All those present in the hall were bold and brave members of the Martial Brotherhood, outlaws who had adventured across the kingdom. They seemed to be mesmerized by suddenly chancing upon a damsel as fair and fine as she. They were all captivated by the ethereal grace of her poise, and were quelled by her beauty. They stood uncomfortably, spellbound and enraptured.
Nevertheless, the twins appeared to be totally unaffected by her charm. They took no note of her presence. While Fortune and his party were standing entranced by the damsel, the twins seized this opportunity and quickly cleft every single weapon with a clash and a clang.
*translate ke Indonesia:
Pelayan itu hendak menanggapi anak itu ketika, dari belakang punggungnya, menggema suara wanita, "Aiya, tolong hentikan semua pertempuran. Hentikan semua pertempuran, tolong. Aku benar-benar benci melihat orang-orang mengangkat senjata". Terdengar kehalusan di suaranya yang tergabung dengan melodi lembut di telinga para hadirin. Kelompok yang berkumpul mau tidak mau berbalik melihat karena itu.
Seorang gadis muda berpakaian gamboge terlihat tersenyum dari balik portal. Dia memiliki kulit yang cerah. Matanya seperti kolam yang jernih dan dia melirik orang-orang yang berkumpul. Penampilan dan perilakunya menunjukkan penyempurnaan yang tidak biasa dan keanggunan yang tak terungkapkan. Alisnya memberi kesan seperti seorang sastrawan. Dia tampak seperti mutiara orient atau batu giok yang berkelas. Semua yang hadir di aula adalah anggota yang gagah dan berani dari Persaudaraan Bela Diri, penjahat yang telah bertualang di seluruh kerajaan. Mereka sepertinya terpesona oleh kesempatan yang muncul tiba-tiba bertemu gadis yang secantik dan semenarik seperti dia. Mereka semua terpikat oleh keanggunan halus dari sikap tenangnya, dan dipadamkan oleh kecantikannya. Mereka berdiri dengan tidak nyaman, terpesona dan terpesona.
Namum demikian, si kembar tampaknya sama sekali tidak terpengaruh oleh pesonanya. Mereka tidak memperhatikan kehadirannya. Sementara “Fortune” (nama orang dlm bahasa inggris) dan kelompoknya berdiri terpesona oleh gadis itu, si kembar mengambil kesempatan ini dan dengan cepat membelah setiap senjata dengan bentrokan dan deringan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
kali ini yang terpilih adalah tentang kecantikan Miao Ruolan.
Umumnya wanita yang muncul di cerita silat / wuxia , kebanyakan dibilang cantik untuk menambah daya tarik cerita, tidak terkecuali novel cersil / wuxia dari Jin Yong. Tetapi ada beberapa wanita yang terlibat hubungan dengan tokoh utama , memiliki wajah yang biasa biasa atau kecantikan yang biasa, seperti contohnya Cheng Lingsu dan Miao Ruolan.
Tetapi di edisi 2 (edisi revisi), telah terjadi perubahan akan kecantikan Miao Ruolan, yang semula dibilang kecantikan biasa, di ubah ceritanya menjadi kecantikan tingkat luar biasa. Berikut perubahan atau perbedaan antara edisi 1 saduran OKT/BBT dan edisi 2 saduran Olivia Mok.
---------------------------------------
Edisi 1:
Ie Koankee sudah akan membuka suara lagi, ketika mendadak
terdengar suara wanita yang merdu, sudah mendahuluinya. “ah, jangan berkelahi,
jangan berkelahi. Aku paling tidak suka melihat orang mengangkat senjata dan
menggerakkan kaki-tangan untuk saling menghantam.”
Terpesona oleh nada suara yang empuk berirama itu, semua
orang menengok kebelakang. Seorang gadis yang mengenakan baju kuning berdiri di
ambang pintu. Putih bersih laksana salju yang baru turun warna kulitnya,
matanya yang jernih menatap wajah semua hadirin disitu dan mulutnya senantiasa
bersenyum menggiurkan.
Kecantikan gadis jelita ini bukannya terlalu luar biasa,
tetapi murni dan bersinar suci, mempesona dan menarik, laksana batu permata
yang tiada cacadnya. Mereka yang berada didalam ruangan itu adalah orang-orang
Kang Ouw yang sudah menjelayah kemana-mana dan kenyang mengalami rupa-rupa
kejadian. Tetap berhadapan dengan gadis jelita itu, mereka seakan-akan memasuki
dunia lain. Tanpa kecuali, mereka jatuh dibawah pengaruh matanya yang suci dan
agung itu dan merasa diri sendiri rendah serta kotor. Yang paling usil mulut
pun tak berani berlaku kurang ajar terhadapnya.
Berbeda dengan yang lain-lain, dua anak itu tidak
menghiraukan kedatangan si Nona. Karena usia mereka yang masih terlalu muda,
maka pikiran mereka pun masih sangat sederhana. Menggunakan kesempatan, ketika
semua orang itu masih ternganga, dua bocah itu telah bergerak secepat kilat dan
berturut-turut senjata-senjata orang-orang yang masih utuh sudah terbabat
kutung semua.
The steward was about to respond to the lad when, from behind his back, echoed a female voice, "Aiya, stop all fighting, please. Stop all fighting, please. I really hate to see people taking to arms." There was a soft spontaneity in her voice that fell with gentle melody on the ears of the Company present. The group assembled could not help but turn their heads around.
A young damsel clad in gamboge was seen smiling from the portal. She had a fair complexion. Her eyes were like limpid pools and she cast a couple of glances at the people assembled. Her looks and manners showed unusual refinement and inexpressible grace. Her brows gave her the air of a literateur. She seemed like an orient pearl or an effulgent jadeite. All those present in the hall were bold and brave members of the Martial Brotherhood, outlaws who had adventured across the kingdom. They seemed to be mesmerized by suddenly chancing upon a damsel as fair and fine as she. They were all captivated by the ethereal grace of her poise, and were quelled by her beauty. They stood uncomfortably, spellbound and enraptured.
Nevertheless, the twins appeared to be totally unaffected by her charm. They took no note of her presence. While Fortune and his party were standing entranced by the damsel, the twins seized this opportunity and quickly cleft every single weapon with a clash and a clang.
*translate ke Indonesia:
Pelayan itu hendak menanggapi anak itu ketika, dari belakang punggungnya, menggema suara wanita, "Aiya, tolong hentikan semua pertempuran. Hentikan semua pertempuran, tolong. Aku benar-benar benci melihat orang-orang mengangkat senjata". Terdengar kehalusan di suaranya yang tergabung dengan melodi lembut di telinga para hadirin. Kelompok yang berkumpul mau tidak mau berbalik melihat karena itu.
Seorang gadis muda berpakaian gamboge terlihat tersenyum dari balik portal. Dia memiliki kulit yang cerah. Matanya seperti kolam yang jernih dan dia melirik orang-orang yang berkumpul. Penampilan dan perilakunya menunjukkan penyempurnaan yang tidak biasa dan keanggunan yang tak terungkapkan. Alisnya memberi kesan seperti seorang sastrawan. Dia tampak seperti mutiara orient atau batu giok yang berkelas. Semua yang hadir di aula adalah anggota yang gagah dan berani dari Persaudaraan Bela Diri, penjahat yang telah bertualang di seluruh kerajaan. Mereka sepertinya terpesona oleh kesempatan yang muncul tiba-tiba bertemu gadis yang secantik dan semenarik seperti dia. Mereka semua terpikat oleh keanggunan halus dari sikap tenangnya, dan dipadamkan oleh kecantikannya. Mereka berdiri dengan tidak nyaman, terpesona dan terpesona.
Namum demikian, si kembar tampaknya sama sekali tidak terpengaruh oleh pesonanya. Mereka tidak memperhatikan kehadirannya. Sementara “Fortune” (nama orang dlm bahasa inggris) dan kelompoknya berdiri terpesona oleh gadis itu, si kembar mengambil kesempatan ini dan dengan cepat membelah setiap senjata dengan bentrokan dan deringan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Miao Ruolan versi TV 2006, gambar utk pemanis |